Rabu, 7 Maret 2018

Mengatasi Defisit Perdagangan Internasional

“Ekspor kita kalah dengan negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam, apalagi jika dibandingkan Taiwan dan Korea Selatan. Sementara kita tahu bahwa ekspor dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi penting kita,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
 
 
Apa persoalan mendasar dari kekalahan ekspor kita?
 
Dalam rapat kerja dengan jajaran Kementerian Perdagangan di Istana Negara 31 Januari 2018, Presiden Joko Widodo memberikan teguran dengan nada tidak puas.
 
Kenapa Indonesia yang begini besar dan kaya dalam sumberdaya alam dan jumlah penduduk lebih besar namun nilai ekspornya lebih kecil dibandingkan negara tetangga yang ukuran ekonominya masih jauh lebih kecil dibandingkan kita?
 
Banyak kritikan diberikan kepada Kemendag yang pada dasarnya mengenai sasaran tetapi tidak sepenuhnya akan menjadi solusi.
 
Kemendag sebenarnya sudah mengambil inisitif yang sangat penting. Pertama, bagaimana mengaktifkan kembali Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) di beberapa negara tujuan ekspor kita.
 
Kedua, Kemendag juga akan meningkatkan negosiasi dan perjanjian bilateral dan multilateral dalam bidang perdagangan. Kedua hal ini sangat penting dan berguna.
 
Namun kedua inisiatif ini akan jauh lebih berguna apabila kita mempunyai sektor produksi yang kompetitif. Jadi persoalan yang lebih mendasar justru berada pada sektor produksi nasional kita seperti pertanian, perindustrian, pertambangan, dan pariwisata.
 
 
Bagaimana seharusnya sektor produksi kita?
 
Dalam bidang pertanian misalnya, paradigma kita adalah memperjuangkan swasembada pangan sering diterjemahkan asal tidak mengimpor hasil-hasil pertanian.
 
Dalam keadaan seperti itu impor bisa dikurangi tapi efeknya terhadap ekspor minimum sekali.
 
Di samping itu, pertanian kita kecuali sawit umumnya kalah bersaing dengan produk pertanian negara lain karena produktivitas dan kualitas produk pertanian kita relatif kurang kompetitif.
 
Banyak hal penyebabnya antara lain, infrastruktur belum memadai, supply chain yang terpotong-potong, dan managerial capability yang masih jauh ketinggalan. 
 
Seperti bidang pertanian, di bidang industri pun strategi industrialisasi kita kurang memberikan sumbangan terhadap peningkatan ekspor.
 
Industri kita kebanyakan merupakan perpanjangan tangan dari industri negara lain yang bermaksud menangkap potensi pasar dalam negeri Indonesia yang sangat besar.
 
Dengan strategi ini impor bahan baku dan barang modal yang meningkat tanpa impact pada peningkatan ekspor. 
 
Demikian pula bidang pariwisata kita jauh ketinggalan dibandingkan Thailand, Malaysia, dan Singapura. Dan sektor pertambangan kita pun belum berhasil meningkatkan nilai tambah di hilir karena hanya mengekspor raw material yang harganya belakangan ini melemah.
 
 
Apa yang harus kita lakukan?
 
Pada intinya kekalahan kita dalam ekspor ini adalah kekalahan daya saing dalam perdagangan internasional. Kita masih berada pada cara berpikir seperti petani tradisional, masih pada tahap menjual apa yang kita hasilkan dan belum menghasilkan apa yang dibutuhkan oleh pasar.
 
Agar ekspor kita berkembang dan melebihi negara tetangga dan pesaing, Kemendag selain melakukan perubahan strategi dan taktik perdagangan internasional, perlu juga meyakinkan sektor produksi kita seperti pertanian, perindustrian, pertambangan, dan pariwisata mengenai pentingnya peningkatan daya saing.
 
Tanpa peningkatan daya saing dan penyesuaian produk yang dibutuhkan oleh pasar internasional, ekspor kita sulit melebihi negara lain. 
 
Karena itu, peningkatan ekspor merupakan kerjasama antara pemerintah dalam hal ini Kemendag, Kementan, Kemenperin, Kemen-ESDM, dan Kemenpar. Perlu juga disadari, yang melakukan ekspor adalah pengusaha, bukan pemerintah.
 
Namun pemerintah harus memfasilitasi, mendukung, bahkan memproteksi pengusaha nasional agar lebih mampu bersaing dalam perdagangan internasional. Jadi dibutuhkan public and private cooperation agar dapat mengejar ketertinggalan kita dalam pengembangan perdagangan internasional.
 
Untung Jaya

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain