“Danau Toba sudah ditetapkan menjadi salah satu tujuan wisata nasional. Pemerintah dan masyarakat di Sumatera Utara khususnya di wilayah lingkar Danau Toba patut bergembira dengan inisiatif baru dari pemerintah pusat ini. Mudah-mudahan inisiatif ini tidak memberikan ekspektasi berlebihan terhadap manfaat dari pariwisata yang akan dikembangkan,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
Apakah masyarakat setempat sering memberikan ekspektasi yang berlebihan?
Pembangunan pariwisata merupakan pekerjaan besar tetapi tidak bisa terlepas dari kegiatan pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya setempat. Pembangunan pariwisata harus dilihat sebagai proses panjang yang tidak mungkin terjadi dalam sekejap mata. Dibutuhkan tahapan-tahapan dan proses yang berkelanjutan agar pariwisata itu menjadi benar-benar berkembang.
Big push untuk pariwisata datang dari inisiatif pemerintah membangun infrastruktur dan mendapat respons dari dunia usaha di dalam dan luar wilayah lingkar Danau Toba. Sangat disayangkan ada kebiasaan sekelompok kecil masyarakat setempat yang over reaktif dengan berbagai alasan terhadap inisiatif besar dan baru dari luar sehingga malah menghambat usaha ini. Dan jika kelompok ini terlalu berlebihan bisa jadi pariwisata tidak berkembang, demikian juga dengan sektor-sektor penunjang lainnya.
Karena itu, semua komponen masyarakat harus saling mengingatkan agar tidak sikap reaktif, apalagi konfrontatif, karena akan menghambat pembangunan pariwisata. Kritik dan kontrol masyarakat terhadap inisiatif pemerintah dan dunia usaha memang dibutuhkan namun hal itu harus dilaksanakan secara konstruktif. Marilah kita akui bahwa salah satu penyebab pembangunan di wilayah lingkar Danau Toba tidak berjalan pesat selama ini akibat sikap masyarakat yang over reaktif itu.
Bagaimana sebaiknya membangun wilayah lingkar Danau Toba?
Pembangunan pariwisata dan infrastruktur yang menunjangnya harus bersinergi dengan pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya. Pembangunan pariwisata membutuhkan pembangunan di bidang pangan yang bersumber dari tanaman, ternak, dan perikanan.
Pembangunan bidang pangan itu akan menunjang pariwisata, dan pariwisata menjadi pasar yang baik bagi produksi pangan lokal. Industri kreatif, seperti kerajinan, bisa lebih berkembang dan lebih mendorong pariwisata apabila dapat dikembangkan lebih baik. Demikian pula bidang kesehatan dan pendidikan harus dikembangkan tidak hanya untuk menunjang pariwisata tapi juga menunjang bidang-bidang yang lain.
Dengan kata lain, wilayah lingkar Danau Toba dijadikan destinasi wisata sebagai pendorong besar lalu didukung pembangunan bidang lain untuk menunjang berkembangnya pariwisata. Kita jangan punya ekspektasi yang berlebihan terhadap suatu sektor, misalnya pariwisata. Namun pembangunan yang menyeluruh menjadi suatu keharusan agar inisiatif pembangunan pariwisata benar-benar memberikan manfaaat.
Apa yang menjadi prinsip pembangunan wilayah lingkar Danau Toba?
Berkaitan dengan pembangunan pariwisata dan pembangunan menyeluruh tadi, semuanya harus diupayakan tidak merusak lingkungan. Namun repotnya, semua orang bicara mengenai lingkungan, tapi tidak banyak yang benar-benar mengerti tentang lingkungan. Apa yang dimaksud dengan pemeliharaan dan perbaikan lingkungan serta bagaimana mengukurnya? Bukanlah pekerjaan mudah.
Banyak orang mengandalkan perasaan, padahal setiap orang mempunyai perasaan berbeda. Karena itu, kita membutuhkan banyak bantuan ilmu pengetahuan dan para cerdik pandai di bidang ini. Sehingga tidak lagi terjadi masyarakat awam lebih keras suaranya daripada para ahli di bidang lingkungan.
Jadi usaha pembangunan di wilayah lingkar Danau Toba haruslah merupakan usaha kombinasi dari pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya yang berkelanjutan. Pembangunan harus memberikan manfaat yang adil kepada semua pemangku kepentingan secara berkelanjutan. Itulah harapan kita menjadikan Danau Toba salah satu destinasi wisata yang penting di Indonesia.