Rabu, 12 Oktober 2016

Arah Pengembangan Pariwisata dan Perikanan di Danau Toba

“Mengapa harus mempertentangkan pengembangan pariwisata dan budidaya perikanan di Danau Toba? Keduanya bisa saling komplemen dengan konsep pengembangan yang berkelanjutan tanpa mencemari dan merusak lingkungan perairan danau,” ungkap  Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec, Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.

Bagaimana duduk perkaranya?

Belakangan ini ada keinginan yang sangat besar untuk membuat pariwisata nasional dan lokal menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang besar di luar pertumbuhan sektor industri, pertanian, dan pertambangan. Memang banyak potensi pengembangan pariwisata di dalam negeri yang belum digarap secara serius. Sementara di daerah obyek atau pengembangan pariwisata dimaksud sudah lama berkembang usaha agribisnis yang dibutuhkan bangsa dan negara ini sebagai sumber pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat.  

Misalnya, pengembangan pariwisata di Danau Toba, Sumatera Utara. Sudah sejak lama di perairan Danau Toba ada inisiatif pengembangan usaha budidaya ikan khususnya melalui keramba jaring apung (KJA) modern. Dan sejak dulu tidak pernah terjadi konflik yang berarti antara pengembangan perikanan dan pariwisata di perairan Danau Toba. Pariwisata berkembang sendiri meskipun secara lambat dan usaha perikanan berkembang dengan laju yang lebih cepat.

Namun belakangan ini kelihatannya ada keinginan pemerintah pusat untuk memajukan Danau Toba sebagai salah satu obyek wisata nasional bahkan internasional.  Sehingga memunculkan kritik mengenai kerusakan lingkungan dari banyak pihak dan salah satu bidang yang mendapat kritik secara tajam adalah keberadaan KJA yang dimiliki para petani ikan dan perusahaan perikanan.

Dalam debat yang terjadi seolah-olah pengembangan perikanan dan pariwisata adalah dua hal yang bertentangan satu sama lain dan tidak dilihat adanya kemungkinan sinergi. Sebenarnya pada tahap sekarang ini keadaan pariwisata belum menunjukkan prestasi yang lebih menonjol dibandingkan usaha KJA. Namun entah bagaimana pengembangan pariwisata melihat KJA sebagai penghambat pengembangan pariwisata dan perusak lingkungan.

Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 12 Edisi No. 267 yang terbit pada September 2016. Atau klik di www.scanie.com/featured/agrina.html, https://www.wayang.co.id/index.php/majalah/agrina

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain