“Lonjakan harga pangan menjadi persoalan pelik yang menguras energi pemerintah. Seperti tahun-tahun sebelumnya, menjelang bulan puasa dan Idul Fitri harga pangan selalu mengalami kenaikan. Namun tampaknya tahun ini agak mengkhawatirkan sampai-sampai Presiden Joko Widodo menugaskan menteri terkait untuk menurunkan harga daging sapi di bawah Rp80 ribu per kg,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 -2004, saat diwawancara AGRINA.
Mengapa lonjakan harga pangan menjelang bulan puasa dan Lebaran terus berulang?
Harga pangan dipengaruhi berbagai faktor, baik dari sisi permintaan dan penawaran seperti tingkat pendapatan, pendidikan, pertumbuhan penduduk, produksi, impor, stok, dan hari-hari besar keagamaan. Saat bulan puasa dan Lebaran, tradisi mudik dan kumpul keluarga serta silaturahmi melonjakkan permintaan akan bahan makanan seperti beras, daging sapi, bawang merah, dan cabai. Perkiraan wajar kenaikan ini sekitar 10%-15%. Hal ini berulang terus tiap tahun, sehingga lonjakan harganya juga ikut berulang setiap tahun. Lonjakan harga menjelang hari-hari besar memang tidak terhindarkan dan bersifat siklus, musiman, dan sementara.
Apa penyebab munculnya hal tersebut?
Lonjakan harga menjelang bulan puasa dan Lebaran lebih dominan didorong oleh ekspektasi para pedagang akan timbulnya kenaikan permintaan sehingga mereka menaikkan harga jual. Walaupun laporan resmi menyatakan produksi mencukupi.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 12 Edisi No. 264 yang terbit pada Juni 2016. Atau klik di www.scanie.com/featured/agrina.html, https://www.wayang.co.id/index.php/majalah/agrina