Kamis, 30 Juni 2016

Cermat Bereuforia

Angin segar terus mengembus industri perudangan nasional. Saat negara-negara produsen udang dunia masih berjibaku memulihkan produksi dan ekspor udang yang masih tertekan penyakit, produksi dan ekspor udang asal Tanah Air terus melaju. Meski belum terlalu signifikan, sejak awal tahun ini posisi ekspor udang asal Indonesia di pasar Amerika Serikat (AS) dan Jepang kian mendominasi.

Tahun ini bisa jadi udang Indonesia unjuk gigi di pasar udang global. Sepanjang kuartal pertama 2016 ekspor udang ke pasar AS dan Jepang didominasi udang asal Indonesia. Tercatat pada lansiran data eksportir udang ke pasar Amerika Serikat (AS) pada (9/5) oleh National Marine and Fisheries Service, Indonesia membukukan angka ekspor udang sebanyak 8.909 ton.

Perolehan ini mengungguli pesaing terberat Indonesia yakni India yang ditahan pada peringkat dua. Jika dibandingkan 2015 pada kurun yang sama, Indonesia justru mencatat angka ekspor yang lebih banyak, yakni 9.618 ton.

Di Jepang, Indonesia juga berjaya di peringkat pertama dengan membukukan ekspor sebanyak 2.174.883 kg. Jumlah ini meningkat sebanyak 540.826 kg jika dibandingkan ekspor Februari 2016 ketika Indonesia masih berada di bawah bayang-bayang India.

Tren positif ini bisa jadi merupakan dampak dari upaya ekspansi para petambak udang nasional mulai tahun lalu. Harga udang yang cenderung stabil tinggi dalam setahun terakhir mendorong mereka menambah pundi-pundi hasil panen udang. Tidak sedikit pengusaha baru yang langsung terjun dalam skala semi intensif, intensif, maupun supra intensif.

Tambak udang di Indonesia masih sangat berpeluang dikembangkan. Alasannya karena bebas penyakit, permintaan dunia tinggi, pesaing-pesaing sedang terpuruk akibat penyakit Early Mortality Syndrome, serta Indonesia udangnya bebas residu tanpa antibiotik.

Sejumlah daerah pesisir di Jawa dan Indonesia timur seperti Nusa Tenggara Barat disasar untuk wilayah pengembangan tambak baru. Untuk Jawa, wilayah pesisir selatan, seperti Garut Selatan dan Ujungkulon, punya daya tarik tersendiri bagi petambak udang.

Meski terlihat ibarat spora yang tumbuh, ternyata pembuatan tambak baru atau perluasan budidaya udang tidak mudah. Pembebasan lahan masih menjadi masalah klasik. Fakta di lapangan, satu petak tanah bisa pemiliknya ganda. Selain itu, izin lokasi setiap pemerintah daerah tidak sama, belum lagi ada tambahan sertifikasi Analisis Dampak Lingkungan (Amdal).

Sertifikasi Amdal menjadi kendala tersendiri karena untuk menjadi layak secara lingkungan tidak hanya lingkungannya saja tapi juga sosialnya. Hal ini yang sulit bagi pembudidaya, apalagi sertifikat tersebut masih mengacu ke perindustrian, limbah cair harus ada batas sekian, disamakan dengan industri padahal untuk tambak jelas berbeda.

Kehati-hatian dalam menerapkan SOP budidaya petambak dalam melakukan ekspansi usaha juga diuji. Pemilihan lokasi ekspansi yang pasti tergantung ketersediaan dan kualitas air karena menjadi salah satu faktor utama. Di mana air laut masih bersih dan bagus di sanalah tempat yang cocok membuat tambak.

Dalam pengembangan tambak, SOP ditetapkan untuk menyeimbangkan antara udang, lingkungan, dan bakteri. Lalu didukung teknisi berpengalaman dalam berbudidaya, tim kerja juga harus dapat menjalankan program-program yang telah ada.

Dalam membuat tambak baru, baik tambak rakyat maupun intensif, nomor satu adalah melihat lokasi yang tepat. Di suatu lokasi yang banyak tambak berkumpul, ketika daya dukung lingkungan terlewati, pasti akan terjadi masalah, misal merebaknya kasus white feces diseases. Hal itu karena masalah lingkungan, ketika daya dukung sudah tidak bisa memenuhi, tidak sebanding dengan pengolahan limbahnya, investasi dilakukan jauh lebih besar dari daya dukung, pasti beberapa saat kemudian akan menjadi masalah.

Meski dihadapi banyak tantangan, pembukaan tambak baru atau perluasan akan memberikan lapangan kerja baru dan mengurangi pengangguran, industri yang berkaitan dengan udang seperti pabrik pakan dan cold storage juga akan berkembang. Para pelaku optimistis tahun ini bisa tumbuh lebih dari 20%.

Pandu Meilaka

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain