Senin, 8 Nopember 2010

Makan Kerapu Menambah Hoki

Buat masyarakat etnis Cina di Hongkong, Malaysia, Singapura, China daratan, Taiwan, atau di rantau lainnya, ikan kerapu adalah ikan bertuah dan bergengsi.  Makan ikan kerapu dipercaya akan menambah hoki. Juga suatu prestise, di mana menghidangkan kerapu menunjukkan si empunya hajat orang yang mapan dan sukses. “Di Hongkong,  pesta itu harus ada kerapu. Nggak ada kerapu nggak lengkap,”  kata Yulianto, Kepala Subdit Analisis dan Informasi Pasar Luar Negeri, Kementeran Kelautan dan Perikanan. Maka jangan heran kalau dalam film blockbuster “Drunken Master”  yang dibintangi Jackie Chan, makanan yang juga dijadikan “bintang” adalah steamed grouper.

Kita harus bersyukur, habitat kerapu berada di kawasan segitiga terumbu karang, dan Indonesia adalah bagian daripadanya. Lebih bersyukur lagi bahwa dari enam negara Coral Triangle  (Indonesia, Filipina, Malaysia, Papua Niugini, Timor Leste, Kepulauan Solomon) tersebut, kerapu lebih banyak berada di perairan Indonesia. Kerapu adalah genuine Indonesia dan menjadi berkah bagi kita, bukan hanya karena perairan dan kawasan terumbu karang kita yang terluas, tapi dalam pembudidayaannya, ratusan teluk yang tenang dan lepas pantai yang terlindung kita adalah paling ideal.  Ya, budidaya ikan kerapu inilah yang kini berlangsung di Lampung, Batam, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bali, Sumbawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo.

Herdy Gemawan, Direktur PT Koral Biru Indonesia mengatakan, permintaan kerapu tidak pernah turun. Naiknya 10% setahun. “Pada saat Imlek, volume permintaan dan harga kerapu di Malaysia, Singapura, China, Hongkong, Taiwan, bisa sampai dua kali lipat”. Kita nomor satu sebagai pemasok kerapu, dan mulai tahun ini pasokan kerapu dari Indonesia itu sudah 60% hasil budidaya. Menurut Yulianto, trade-mark kerapu Indonesia, sebagai khas Indonesia dan bercita-rasa tinggi, sudah diakui di Hongkong. Dengan tujuan pasar ke negara negara berpenduduk China di Asia Timur itu, kita belum punya pesaing. Tapi kita juga tidak boleh bersikap bahwa itu  berlaku sudah dengan sendirinya, take it for granted. Malaysia bersiap-siap menyalip di tikungan. India juga sudah mengumumkan keberhasilannya mengembangkan pembenihan kerapu (jenis macan) di Kepulauan Andaman dan Nikobar, dan sudah pula menghitung keuntungan sepuluh kali lipat kalau mengekspor kerapu hidup, dibandingkan kerapu beku.

Maka janganlah kita menyia-nyiakan berkah alam dan keunggulan kerapu kita ini. Yulianto mengingatkan pengutamaan pada benih, induk, pakan, pengepakan, jalur logistik dan transportasi, serta standar yang sama. Pengutamaan ini  harus menyebar ke wilayah-wilayah yang potensial untuk budidaya. Kita masih kalah di kargo udara, yang bisa menjamin kerapu dikirim hidup-hidup. Jadi, sangatlah penting  pembangunan jalan raya dan jaringan penerbangan dari dan ke daerah-daerah penghasil kerapu yang bisa langsung ke negara tujuan ekspor.  

Ada juga usul yang sangat bagus dari Herdy Gemawan, yakni pengembangan budidaya kerapu di pulau-pulau terluar di perbatasan. “Daerah perbatasan ini riskan sekali penyusupan-penyusupan,” Herdy mengingatkan. Maka ia pun merancang  program kerjasama dengan Lantamal (Pangkalan Utama AL), yang akan melibatkan prajurit penjaga perbatasan RI untuk usaha budidaya ikan. Program ini akan  mengundang investasi swasta dan dukungan lintas kementerian, serta badan usaha milik negara (BUMN).

Budidaya kerapu di teluk-teluk kita yang indah ini, bisa dikembangkan dengan berbasis masyarakat secara mandiri atau berkelompok. Atau melalui kemitraan dengan swasta besar, perusahaan PMA dan BUMN. Contoh yang berhasil bisa dilihat di Malili, Sulawesi Selatan yang merupakan kerjasama segitiga antara nelayan-swasta PT Koral Biru Indonesia-CSR PT Inco. Contoh yang bagus juga bisa dilihat di Pantai Ringgung, Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Di situ terdapat hutan bakau dengan tamasya laut yang indah, kawasan piknik dengan pondok pondok apung, berdampingan serasi dengan keramba jaring apung kerapu milik  pembudidaya, anjung pemancingan, dan warung-warung ikan bakar. Budidaya kerapu bukan saja mencipta agribisnis yang menghasilkan devisa, tapi juga menghidupkan pariwisata domestik, ekonomi rakyat, sambil menjaga lingkungan.  

Daud Sinjal

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain