Akuakultur – termasuk di dalamnya rumput laut – paling
pesat pertumbuhannya di sektor pangan dunia. Nilainya sudah US$56 miliar per tahun,
dan memenuhi konsumsi hampir setengah masyarakat pemakan ikan di dunia. Ikan
menjadi sumber protein yang lebih menyehatkan karena menjauhkan obsesitas dan
penyakit kronis seperti osteoporosis, gangguan jantung, atau kanker. Tengoklah
orang Jepang yang “gila makan ikan”. Umur mereka lebih panjang, angka rata-rata
harapan hidupnya 86 tahun buat perempuan dan 79 tahun untuk laki-laki.
Sebagai negeri perairan terbesar di dunia, dengan garis pantai terpanjang
kedua (setelah Kanada), serta kawasan pesisir terluas dan memiliki ratusan
sungai dan danau, Indonesia mampu menjadi produsen terbesar perikanan budidaya,
baik darat maupun laut. Namun
laju pertumbuhan produksi perikanan nasional dalam lima tahun terakhir yang rata-rata
10,2% per tahun, masih didominasi perikanan tangkap. Perikanan budidayanya pada
2000-2006 pernah tumbuh rata-rata 21,8% (FAO report 2008).
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri, pernah memaparkan,
potensi produksi perikanan budidaya Indonesia bisa mencapai 58 juta ton per tahun.
Itu dihasilkan dari sekitar 24,5 juta ha perairan laut dangkal yang cocok untuk
budidaya kerapu, kakap, beronang, kerang mutiara, teripang, abalone, dan rumput
laut. Lalu dari lahan pesisir sekitar 1,22 juta ha yang cocok bagi pengembangan
udang, bandeng, kepiting, dan rumput laut. Serta dari ratusan ribu hektar kolam
dan mina padi yang tersebar.
Jadi kalau Menteri Kelautan dan Perikanan yang
sekarang, Fadel Muhammad, mengatakan Indonesia akan menjadi
penghasil produk perikanan terbesar dunia pada 2015, bukanlah “omong besar”. Itu akan diwujudkan dari peningkatan produksi
perikanan budidaya sebesar 353% dalam periode 2010-2014, yaitu dari 5,37 juta
ton pada 2010 menjadi 16,9 juta ton pada 2014. Diutamakan dari rumput laut,
lele, bandeng, dan kerapu. Dirjen Perikanan Budidaya Made L. Nurdjana mengemukakan, produksi perikanan
budidaya 2010 ditargetkan 5,37 juta ton atau naik 12,3% dibandingkan 2009 yang
4,78 juta ton. Proyeksi kenaikan produksi ikan budidaya 353% selama
lima tahun merupakan lompatan raksasa, berarti menggenjot kenaikan 50% per tahun.
Kenaikan itu akan dihasilkan dari ekstensifikasi dan intensifikasi lahan. Data
Ditjen Perikanan Budidaya: Potensi lahan budidaya 11.806.392 ha, dan baru
dimanfaatkan 762.320 ha atau 6,46%. Masih tersisa lahan 11.044.072 ha atau
93,64% yang belum dimanfaatkan. Tapi belum apa-apa Komisi IV sudah menolak untuk menyetujui perubahan
anggaran Rp184 miliar untuk budidaya. Alasannya, perubahan itu harus melalui
APBN-P karena DIPA-nya sudah diatur. Namun Made L. Nurdjana mengatakan, pencanangan “Indonesia menjadi penghasil produk perikanan terbesar dunia 2015”
itu untuk membangkitkan semua orang
agar guyub, kompak. Ini ternyata ditunjukkan lebih dulu di jajaran pemerintahan.
Kementerian PU akan berkontribusi untuk membenahi
infrastruktur perikanan. “Saya optimistis peningkatan produksi perikanan
budidaya sampai 353% bisa tercapai. Apalagi Pak Djoko Kirmanto (Menteri PU)
telah komitmen menganggarkan Rp1,7 triliun untuk perbaiki infrastruktur,” kata
Fadel Muhammad, di Surabaya akhir Januari lalu Dengan anggaran tersebut, PU
juga akan merevitalisasi tambak-tambak tidak produktif di seluruh Indonesia selama
lima tahun hingga 2014.
Kita mengenal Fadel Muhammad sebagai tokoh yang piawai
dalam ber-PR (public relations).
Namun menyimak persepsi sebelumnya dari Rokhmin Dahuri, pencanangan “Mewujudkan
Indonesia Penghasil Produk Perikanan dan Kelautan Terbesar 2015” itu tidak bisa
dibilang “sekadar proyek public relations”. Sepanjang ada konsistensi atas
pembangunan infrastruktur, peranan swasta besar dan pemberdayaan kelompok
pembudidaya, pengolahan untuk produk bernilai tambah, riset dan pengembangan rekayasa genetik, perluasan lahan,
pelestarian daya dukung lingkungan, berlangsung terus sepanjang lima tahun.
Disertai dengan guyub dari semua pemangku kepentingan akuakultur.
Kita menyambut seminar-pameran-temu bisnis “Indonesian
Aquaculture (Indoaqua) 2010, bertema “Peran Aquaculture dalam mewujudkan
Indonesia sebagai Penghasil Produk Perikanan Terbesar tahun 2015” di Bandarlampung
4- 7 Oktober 2010.
Daud
Sinjal