Kepemimpinan Daerah dan Agribisnis
Sejak penerbitan perdananya lima tahun lalu sampai edisi ke-135 ini, AGRINA beberapa kali mengangkat isu kepala daerah dalam hubungannya dengan pembangunan pertanian dan agribisnis. Dr. Fadel Muhammad ketika masih Gubernur Gorontalo tiga kali ditempatkan sebagai cover story. Kalau kemudian dia diangkat menjadi menteri kelautan dan perikanan, itu tidak lepas dari kesohorannya sebagai pemimpin yang berhasil mengangkat pertanian dan perikanan sebagai ujung tombak pembangunan provinsinya.
Drs. Cornelis sewaktu menjadi Bupati Landak, Kalimantan Barat juga kami tampilkan dalam tulisan utama untuk memberi apresiasi usahanya di bidang pertanian. Dia dipercaya memimpin kabupaten untuk dua periode. Kemudian bersama pasangannya, Christiandy Sanjaya, memenangkan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Barat dengan tetap mengedepankan isu peningkatan pertanian, perkebunan, pertambangan sebagai jalan utama keluar dari kemiskinan. Pada edisi-edisi lainnya kami menyanjung keberhasilan Bupati Musi Banyuasin Ir. Amiruddin Inoed, Bupati Sukabumi Drs Sukmajaya, Bupati Merauke Johanes Gluba Gebze dalam mengembangkan pertanian dan agribisnis di daerah mereka.
AGRINA perlu menampilkan kepemimpinan daerah dalam mengembangkan pertanian karena pertanian menjadi tumpuan hidup dari 50% lebih rakyat Indonesia. Dan kawasan pertanian itu berada di daerah-daerah. Tidak heran ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan revitalisasi pertanian, ia perlu menambahkan “dan pembangunan pedesaan”. Pertanian identik dengan mayoritas penduduk dan pedesaan. Identik dengan keberhasilan pembangunan nasional. Kepemimpinan daerah menjadi sangat utama karena semenjak otonomi dan desentralisasi, semua kewenangan memerintah dan mengatur kebijakan berada di tangan kepala daerah, terutama bupati dan walikota (hanya pertahanan, keamanan, keuangan, hukum, agama, dan hubungan LN yang berada di pemerintahan pusat).
Selama 32 tahun masa Orde Baru Soeharto, pembangunan pertanian tersentralisasi, mulai dari jenis padi yang seragam secara nasional, pengadaan saprodi dan alsintannya, penyaluran pendanaan (BRI), penyaluran hasil panen (ke KUD), sampai petugas penyuluhan. Namun sekarang, setelah zaman otonomi dan desentralisasi, pemerintahan daerah memegang kuasa dan kebijakan hampir semua bidang, pembangunan pertanian seperti dibiarkan berjalan sendiri, diperhatikan “sambil lalu”. Di banyak daerah pembangunan pertanian dikalahkan oleh pembangunan mal, gedung-gedung megah pemerintahan dan rumah jabatan, monumen, sentra-sentra komersial yang quick yielding. Pertanian, perkebunan, perikanan yang berkelanjutan tidak jadi prioritas karena hasilnya berada di luar jangka waktu kekuasaan kepala daerah yang lima tahun itu (dan belum tentu terpilih untuk masa jabatan kedua). Penyuluhan pertanian ditimpa nasib paling sial, dilikuidasi. Dan baru tiga tahun ini dihidupkan kembali secara terpusat.
AGRINA menampilkan Bupati Landak, Cornelis, sebagai laporan utama di sampul depan pada 8 Agustus 2007. Tiga bulan kemudian, 16 November 2007, dia maju untuk pemilihan Gubernur Kalimantan Barat, dan menang. Dalam edisi kali ini, kami menampilkan lagi seorang calon bupati, Jopinus Ramli Saragih Garingging, untuk Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara. Potensi ekonomi kabupaten itu sebagian besar bertumpu pada pertanian dan perkebunan. Produksi padi dan kelapa sawitnya terbesar kedua di Sumatera Utara. Daerah ini juga unggul dengan perkebunan karet dan cokelat (juga jeruk dan kopi). Hasil kebun karet rakyatnya cukup bermutu, maka ditampung oleh PT Good Year Sumatra Plantations. Di situ terdapat pula PTPN III dan PTPN IV.
Ada lima kandidat bupati dan calon wakil bupati pada Pilkada Kabupaten Simalungun yang akan diselenggarakan pada 27 September 2010. Harapan kami, kontes ini dimenangkan calon yang bersungguh-sungguh memajukan pertanian, membangkitkan agribisnisnya dari on-farm sampai manufacturing, yang membangun infrastruktur berkait dengan agribisnis, yang memberdayakan petani, dan mendampinginya dengan penyuluh yang patriotik. Semoga kepala daerah terpilih, menjalankan kepemimpinan dan kebijakannya dengan menempatkan pertanian, pendidikan dan kesehatan masyarakat pada prioritas paling atas.
Daud Sinjal