Cerita Iskandar Ismanadji tentang tangsi tentara yang menghasilkan 30 ton lele sebulan bagai cerita bualan. Kita bisa membayangkan ada 7—8 truk volume 4 ton yang setiap bulan sekali mengangkut lele dari instalasi militer itu. “Saya sendiri juga tidak mengira,” kata Direktur Produksi, Ditjen Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan itu. Tapi demikianlah kejadiannya, di dalam kompleks ksatrian tentara di tengah kota di Sulawesi Selatan itu dibangun 500 kolam ikan ukuran 1 m x 2 m, menempel pada pagar tembok sekeliling kompleks. Di setiap kolam ditebar sampai 300 ekor lele. Air dialirkan melalui kran, kalau air kolam sudah kotor, diganti. Maka kesan lele jorok bisa dihilangkan.
Sementara itu Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun ini dijadwalkan efektif mulai Agustus ini meluncurkan program pengembangan budidaya ikan di lahan marginal dan di pekarangan rumah pedesaan. KKP sudah mengajukan alokasi anggaran ke Kemenkeu untuk bantuan sarana produksinya yang bernilai Rp7,5 juta per paket (terdiri dari terpal, benih, pakan dll). Ini disediakan bagi pembudidaya ikan konsumsi maupun ikan hias. Program ini belum memang menyentuh budidaya ikan di pekarangan rumah perkotaan, tapi menurut Iskandar Ismanadji, itu sudah disiapkan untuk tahun depan. Untuk DKI Jakarta, umpamanya, diutamakan kepada budidaya ikan hias.
Kolam ikan di pekarangan rumah, seperti juga sawah padi dipadukan dengan pelihara ikan (minapadi), tidak asing di pedesaan Indonesia, China, Jepang, negeri-negeri Asia Tenggara, dan India. Itu sepertinya menjadi kegiatan sambilan untuk dikonsumsi sendiri, bukan komersial. Sekalipun sumbangannya sangat berarti bagi asupan protein dan nutrisi bermutu masyarakat setempat.
Tapi di tengah-tengah kondisi perekonomian yang buruk seperti sekarang ini, budidaya ikan di kolam dan persawahan, skala besar atau skala rumahan juga sudah dimasukkan dalam perhitungan keekonomian yang lebih makro. Karena hasil kegiatan itu bisa menekan angka inflasi dari komponen belanja rumah tangga. Budidaya ikan pekarangan juga diperhitungkan dalam penanggulangan pemanasan global atau efek rumah kaca, maka ia disebut micro eco farming.
Cerita sukses yang di asrama tentara di Sulawesi Selatan tersebut, sebenarnya bisa diperankan oleh warga perkotaan atau pedesaan dengan halaman rumah yang terbatas. Biarpun pada kolam 1 m x 2 m atau bak dan gentong air. Budidaya ikan skala pekarangan ini untuk dikonsumsi sendiri atau dijual ke tetangga.
Satu lagi cerita yang menyenangkan adalah program KKP yang mulai 2010 ini menggulirkan paket-paket wirausaha untuk pembudidaya pemula, terutama sarjana yang belum dapat pekerjaan. Untuk memudahkan pembinaan dan kontrol, mereka diharuskan bergabung dalam kelompok dan terdaftar di kabupaten dan kota.
Lalu mencuat pula kejadian menarik tentang minapadi, yakni pembudidaya minapadi yang selamat dari amukan hama wereng karena ada ikan nila dan mas di kolam sawahnya. Sementara itu, di Wanayasa (Jawa Barat), serta di Klaten dan Boyolali (Jawa Tengah) petani dari lahan padi yang terkena wereng beralih ke pendederan ikan nila dengan memanfaatkan wereng. “Gusti ora sare,” kata orang Jawa. Maksudnya, Tuhan tidak tidur. Karena padinya mati, diganti dengan lele dan nila, yang sekaligus untuk memotong siklus wereng.
Perhitungan ekonomi, lingkungan hidup, dan kesehatan atas kolam pekarangan bahkan makin hangat dibicarakan di negara-negara maju seperti Amerika Utara dan Eropa. Kesadaran ini sudah tumbuh sebelum ekonomi dunia diganggu resesi. Kalau kami memakai kata-kata “keren” di judul tajuk ini, memang karena itu sudah menjadi motto di sana. Kolam ikan di pekarangan menjadi tempat parkir air, memberi kesejukan, menjaga mutu lingkungan karena mengesampingkan bahan-bahan kimiawi, memberi kesejukan dan keasrian, serta yang terpenting adalah membangun kemandirian pangan karena sumbernya dari kebun sendiri, sekaligus menurunkan angka index, menekan inflasi.
“The Guardian” koran Inggris terkemuka dalam penerbitannya pada Januari lalu menempatkan backyard aquaculture (budidaya ikan di pekarangan) sebagai salah satu dari 20 gagasan besar menghijaukan dunia, great green ideas.
Daud Sinjal