Jagung bersama beras, kedelai, dan tebu adalah penghela untuk swasembada berkelanjutan. Namun data akurat produksi jagung nasional dari tahun ke tahun masih saja kontroversial. BPS memasang angka ramalan I tahun 2010 sebesar 18,12 juta ton pipilan kering. Pejabat di Kementerian Pertanian mematok target 19,8 juta ton sampai penghujung tahun, bila tidak diganggu cuaca yang tidak kondusif. Tapi Departemen Pertanian Amerika Serikat (yang biasa memantau produksi jagung dunia) dan orang-orang perbenihan mengestimasi produksi jagung Indonesia paling banter 10,31 juta ton.
BPS dan Dewan Jagung Nasional menghitung produksi dari luas lahan yang ditanam, sementara perusahaan swasta menghitung dari berapa banyak bibit yang beredar dan diserap di pasar. “Dihitung saja bibitnya yang beredar berapa. Kumpulin. Kalau asumsinya semua tertanam, itu maksimum berapa,” ujar Sudirman dari asosiasi industri pakan ternak.
Angka statistik memang bisa menyesatkan, bukan hanya pada jagung, dan bukan hanya terjadi di Indonesia. Politisi Inggris sudah lama punya umpatan kepada statistik, “There are three types of lies - lies, damn lies, and statistics,”, kata Perdana Menteri Inggris Benjamin Disraeli (1804–1881).
Maxdeyul Sola, Sekjen Dewan Jagung Nasional, melihat ARAM I produksi jagung yang tidak memenuhi sasaran. Ia juga menunjukkan tentang harga dan impor sampai Mei yang tinggi. Indikator paling gampang untuk melihat tingkat produksi adalah harga karena harga ditentukan oleh supply and demand. Ia melihat harga tidak pernah turun. Future trading dunia juga memperlihatkan harga selalu naik sampai Desember 2010 (mengutip data dari CBOT Corn). Jumlahnya di pasar dunia pun tetap hanya 10% dari total jumlah produksi (dunia) yang diperdagangkan atau sekitar 75 juta ton. Ia menambahkan, seharusnya kita panen pada Februari, Maret, April, dan Mei. Ternyata pada bulan-bulan panen itu kita mengimpor cukup besar. Sampai Mei tahun ini, volumenya mencapai 600 ribu ton. Diukur dari rata-rata per bulan kebutuhannya akan jagung, perusahaan pakan ternak sudah 50% mendatangkannya dari luar negeri.
Dari statistik yang kurang akurat, indikator harga, tingkat ketergantungan dari luar, serta iklim yang tak menentu, sudah seharusnya dari kemarin-kemarin kita tidak bisa lagi business as usual, atau sekadar mencanangkan target, mengobarkan feed the world, atau romantika “produk unggulan primadona dunia”. Nyatalah bahwa dari makalah serta roadmap yang dipaparkan pada seminar pangan nasional Feed The World akhir Januari lalu, lebih banyak masukan yang berisikan urusan yang bertahun-tahun terbengkalai. Padahal segala urusan itu berada dalam kemampuan kekuatan kita.
Belum lagi terhadap risiko akibat kejadian alam seperti anomali cuaca dan serangan hama. Para pelaku agribisnus sudah menuntut kesungguhan political will pemerintah terhadap komoditas pangan strategis ini, khususnya untuk pembangunan dan modernisasi infrastruktur yang seharusnya merupakan investasi pemerintah. Infrastruktur modern itu antara lain pelabuhan curah, pergudangan untuk stok nasional, silo, kapal curah sekelas Panamax, jaringan jalan sampai ke tepi kebun.
Pada sisi lain, para pelaku agribisnis juga sudah menunjukkan semangat untuk membuka lahan-lahan baru di luar Jawa, seperti Medco, Artha Graha, Bangun Cipta, yang mau berinvestasi untuk food estate di Merauke. Di samping itu masih pula ada upaya sungguh- sungguh untuk meningkatkan produktivitas dengan pendekatan bioteknologi seperti hibrida dan transgenik atau genetically modified organism yang bukan saja bisa mendongkrak produktivitas per hektar, tapi juga tahan terhadap gangguan hama dan perubahan cuaca.
AGRINA edisi ini mencoba mengulas tentang kondisi produksi jagung tahun ini yang cukup terganggu. Mengingatkan kembali tentang persyaratan dasar yang mutlak dibutuhkan untuk mencapai swasembada pangan berkelanjutan. Mengetengahkan upaya untuk mengangkat produktivitas jagung, dengan perluasan lahan dan pendekatan bioteknologi. Juga mengenalkan pemain-pemain baru yang merintis agribisnis jagung dengan benih unggul di luar Pulau Jawa. Termasuk juga peluang bisnis yang terbuka dalam bisnis jagung.
Daud Sinjal