“Kerjasama, kerja keras, dan kerja cerdas sangat dibutuhkan untuk penyelamatan orangutan. Penyelamatan harus dilakukan segera jika tidak barangkali sudah terlambat,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000–2004, saat diwawancara AGRINA.
Bagaimana kondisi orangutan saat ini?
Kita tidak tahu secara persis berapa jumlah orangutan di dunia. Menurut para ahli, jumlahnya tinggal sekitar 40.000. Dan itu hanya ada di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Yang berarti hanya ada di Indonesia dan Malaysia. Dulunya keberadaan orangutan sampai ke Asia Tengah dan di Indonesia sampai ke Pulau Jawa dan pulau lainnya, tapi sudah lama tidak kedengaran lagi beritanya.
Jumlah orangutan setiap tahun makin berkurang dan bila tidak ada usaha serius untuk mencegah kepunahan ini, menurut para ahli, maka dalam waktu 15 tahun orangutan akan menjadi sejarah seperti dinosaurus. Sekalipun masih ada, nantinya orangutan hanya berada di kebun binatang. Jika hanya di kebun binatang berarti bukan orangutan karena habitat orangutan seharusnya di hutan.
Bukan hanya soal kehilangan spesies penting ini karena jika orangutan punah, maka hilanglah satu indikator penting mengenai keadaan hutan yang lestari. Punahnya orangutan merupakan gambaran kerusakan dari hutan kita. Hilangnya orangutan menyebabkan hilangnya salah satu pihak yang menanami kembali hutan karena orangutan membantu menyebarkan biji-bijian, bibit, dan dedaunan yang nantinya akan tumbuh memperkaya ekosistem hutan.
Orangutan telah menjadi ikon fauna dunia melalui pendidikan, komunikasi, dan publisitas, baik media elektronik maupun cetak. Bahkan di beberapa negara Eropa sudah banyak orang jatuh cinta pada orangutan, dan mereka sangat gemas mendengar berita tentang kesengsaraan dan proses kepunahan orangutan di hutan tropis Indonesia dan Malaysia.
Apa dampak orangutan bagi perekonomian suatu negara?
Jika hutan rusak, maka lingkungan alam, sosial, dan ekonomi pun menjadi rusak. Bila hutan rusak, apalagi hutan tropis, akan terjadi global warming. Dan itu memberikan dampak yang sangat luas bagi kehidupan manusia, flora, dan fauna. Oleh karena itu banyak kelompok-kelompok yang memperjuangkan untuk memboikot produk-produk yang dihasilkan dengan cara merusak habitat dan kehidupan orangutan.
Contohnya produk kayu kita sudah lama diboikot karena merusak habitat orangutan. Belakangan ini produk kelapa sawit dari Indonesia mulai diboikot. Sedangkan kita tahu bahwa perkebunan kelapa sawit dibangun tidak pada hutan lindung, konservasi, dan produksi, melainkan pada hutan konversi. Memang sebagian dari hutan konversi masih mempunyai tegakan hutan yang utuh dan biodiversity yang sangat tinggi termasuk orangutan. Yang perlu diperhatikan adalah jika boikot tersebut efektif, maka akan menimbulkan kerugian ekonomis yang luar biasa buat negeri kita.
Ada juga pemerintahan di luar negeri yang mengritik negeri kita tentang pengelolaan hutan kita dan penyelamatan orangutannya. Citra negeri kita di luar negeri akan semakin buruk apabila kita tidak mampu menunjukkan kemajuan dalam penyelamatan orangutan dan habitatnya. Hal ini dapat mengganggu diplomasi internasional kita.
Bagaimana menyelamatkan orangutan?
Untuk menyelamatkan orangutan yang paling utama adalah menyelamatkan habitatnya, yakni hutan. Hutan-hutan yang masih dihuni orangutan harus dipertahankan untuk orangutan. Hutan-hutan yang sudah rusak harus direstorasi agar cocok dengan kondisi habitat yang dibutuhkan orangutan.
Indonesia selayaknya menyediakan hutan untuk orangutan. Sebenarnya kita hanya membutuhkan sekitar 4 juta ha hutan untuk 40.000 orangutan. Apabila kita mampu mempertahankan hutan yang masih baik dan merestorasi hutan yang sudah rusak, maka 4 juta buat Indonesia, khususnya di Sumatera dan Kalimantan, bukanlah luasan yang terlalu sulit untuk dipenuhi. Selain orangutan yang sebagian besar hidup di atas pohon terselamatkan, fauna dan flora yang ada di hutan tersebut juga ikut terselamatkan.
Dan ribuan orangutan yang sudah diselamatkan dari tangan pemiliknya pada waktu lalu harus dididik untuk dikembalikan ke hutan yang masih baik dan atau hutan yang sudah direstorasi. Orangutan yang terpaksa tersingkir atau tercampak karena penggunaan hutan konversi menjadi lahan non-hutan perlu direlokasi atau ditranslokasi ke hutan yang sesuai untuk mereka.
Telah banyak usaha pemerintah dan organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang penyelamatan orangutan ini. Pemerintah sendiri atau organisasi nirlaba sendiri tidak akan mampu menyelamatkan orangutan. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat harus bekerjasama untuk penyelamatan orangutan. Kerjasama, kerja keras, dan kerja cerdas sangat dibutuhkan untuk penyelamatan orangutan. Penyelamatan harus dilakukan segera, karena kalau tidak begitu, barangkali sudah akan terlambat. Marilah bertindak sebelum terlambat.
Untung Jaya