Senin, 13 April 2009

Mencermati Rantai Pangan

“Rantai pangan dapat menimbulkan pertumbuhan nilai tambah yang cukup besar namun juga menghasilkan tambahan biaya. Siapa yang mendapat nilai tambah atau keuntungan dan siapa yang membayar tambahan biayanya?,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000–2004, saat diwawancara AGRINA.

Apa yang dimaksud dengan rantai pangan?

Sekarang ini ada tren terbentuknya rantai pangan (food chain) dari petani sebagai produsen pangan sampai ke konsumen yang tertata sangat rapi antara satu matarantai dengan matarantai lainnya. Motor atau penggerak dari rantai pangan ini adalah supermarket yang membangun suatu manajemen yang tidak terputus dari petani hingga ke konsumen. Pola ini dapat menghasilkan produk pangan dalam jumlah yang besar dengan kualitas sesuai minat konsumen. Dan biaya terhadap nilai akhir produk menjadi lebih kecil.

Rantai pangan melakukan modernisasi dalam sistem tataniaga, memperpendek tataniaga, dan menyederhanakan tananiaga sehingga rantai pangan bisa berkembang lebih cepat. Rantai pangan dapat merangsang pertumbuhan yang cukup besar tapi pertumbuhan besar itu selain menimbulkan nilai tambah yang besar juga menghasilkan tambahan biaya.

Siapa yang mendapat nilai tambah atau keuntungan dan siapa yang membayar tambahan biayanya?

Memang pertanyaan sering muncul saat kita membahas tentang rantai pangan. Dalam hukum pasar, keuntungan akan jatuh kepada pihak yang mempunyai kekuatan ekonomi lebih besar dan mempunyai informasi lebih baik. Dalam konteks ini umumnya petani dalam posisi ekonomi yang lemah dan kurang informasi. Dengan demikian, sebagian besar dari biaya itu akan dibebankan kepada petani. Sementara sebagian besar keuntungan akan dinikmati supermarket.

Jadi, perkembangan rantai pangan tersebut memang dapat menjadi sumber pertumbuhan sistem agribisnis. Namun di satu sisi kalau tidak dikelola dengan baik, petani hanyalah pekerja keras dengan keuntungan marginal. Di sisi lain, keuntungan yang besar jatuh ke tangan pelaku rantai pangan yang besar-besar terutama supermarket. Kondisi seperti itu terjadi karena sering setelah beberapa waktu rantai pangan beroperasi, supermarket berada pada posisi monopsoni terhadap petani dan monopoli terhadap konsumen akhir.

Bagaimana cara menanggulangi hal tersebut?

Pertama, kurangi bahkan hilangkan posisi monopsoni dari suatu supermarket. Caranya, perbanyak rantai pangan sehingga menimbulkan persaingan yang lebih banyak antar-supermarket. Dengan demikian akan menghilangkan sifat supermarket yang monopsoni terhadap petani dan monopoli terhadap konsumen. Jadi, keuntungan monopsoni dan monopoli akan hilang, dan nilai tambah menjadi terbagi pada banyak rantai pangan.

Kedua, munculkan persaingan yang sehat antara supermarket dengan pasar tradisional. Namun pasar tradisional perlu dimodernisasi agar bisa menjadi saluran alternatif bagi produk-produk pangan petani. Modernisasi atau pengembangan pasar tradisional tidak hanya dari aspek fisik tetapi juga dari segi institusi dan menajemennya. Pengelola memiliki visi bisnis dan mampu berperan sebagai agen perantara  produsen dan konsumen. Maksudnya, ia mampu mengaitkan antara petani dan pedagang kecil sebagai penjual dengan konsumen sebagai pembeli.

Bahkan pasar-pasar tradisional harus difasilitasi dengan perlengkapan modern yang dibutuhkan penjual dan kosumen. Tujuannya agar bahan pangan yang diperjualbelikan menjadi lebih baik dan lebih tahan lama, misalnya dilengkapi mesin pengepakan dan pendingin. Dengan demikian baru pasar tradisional menjadi pesaing terhadap rantai pangan.

Ketiga, para petani perlu mendapat bantuan informasi, terutama mengenai harga dan permodalan, agar jangan terikat pada suatu supermarket. Untuk itu asosiasi seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), dan asosiasi komoditas sejenis bahkan koperasi agribisnis para petani dapat memberikan sumbangsih yang besar.  Oleh karena itu, koperasi agribisnis para petani tidak hanya mengurusi kegiatan on-farm tapi juga bergerak pada kegiatan off-farm baik di hulu maupun di hilir.

Keempat, pemerintah daerah  dapat berperan penting sebagai penyuluh mengenai informasi terutama informasi harga dan sebagai fasilitator untuk pengembangan organisasi petani. Pemda perlu membuat sistem yang membuat petani dengan mudah dapat mengakses informasi yang diperlukannya. Dan sebagai fasilitator, Pemda berupaya mengembangkan organisasi petani supaya berorientasi bisnis dan mempunyai posisi tawar yang kuat terhadap pembeli produk mereka.

Untung Jaya

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain