Perlu kerjasama yang erat antara petambak, hatchery, pabrik pakan, dan coldstorage.
Kesamaan visi membawa Dr. Ir. Andi Tamsil, MS menjadi pengurus Shrimp Club Indonesia (SCI), organisasi petambak udang intensif. Meski ayah lima anak ini sebagai dosen, sedangkan anggota SCI yang berjumlah sekitar 400 orang adalah pebisnis, toh mereka bisa bernaung dalam satu wadah. “Alhamdulillah, kita bisa bertemu,” kata Andi.
Mereka sama-sama ingin mengembangkan udang secara nasional. Tentu juga ingin meningkatkan kesejahteraan anggota SCI. Meski Dosen Fakultas Perikanan Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar, ini bukan petambak, tapi ia konsultan untuk beberapa tambak intensif di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Pria kelahiran Sidrap, 12 November 1964 ini senang menggali ilmu, baik dari buku maupun praktisi juga sering menghadiri berbagai seminar dan pertemuan bidang perikanan. Dalam ajang World Aquaculture Society (WAS) di Bali, Mei 2005, sarjana perikanan dari Universitas Hasanuddin ini diajak Iwan Sutanto (sekarang Ketua Umum SCI) mendirikan SCI. Organisasi ini dideklarasikan di Bali, 9 Mei 2005.
“Kalau memang saya dibutuhkan, saya akan bantu, walau saya bukan petambak,” ujar Andi. Pada periode pertama (2005–2008), Ketua Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (Ispikani) Sulsel ini duduk sebagai Wakil Ketua IV SCI Bidang Hubungan Antarlembaga. Pada periode kedua (2008–2012), ia dipercaya sebagai Sekjen.
Kerjasama
Kontribusi kelompok SCI terhadap produksi udang nasional cukup signifikan. Dari total produksi udang tahun lalu sekitar 332 ribu ton, kontribusi petambak udang intensif yang tergabung dalam SCI sekitar 112 ribu ton atau sekitar 34%. Sumbangan perusahaan terintegrasi PT Central Proteinaprima (terdiri dari PT Wachjuni Mandira, PT Aruna Wijaya Sakti, dan PT Central Pertiwi Bahari) sekitar 100 ribu ton atau 30%. Sedangkan kontribusi petambak udang tradisional atau ekstensif sekitar 120 ribu ton atau sekitar 36%.
Dalam tataran operasional, menurut Andi, petambak SCI bermitra dengan para petambak tradisional di sekitarnya. Sebab, kalau tambak tradisional itu terkena penyakit, tentu juga akan merembet ke tambak udang anggota SCI. “Mereka kita jadikan partner. Kalau tetangga kita kena penyakit, kita juga berpotensi kena penyakit,” kata Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia cabang Sulsel itu.
Tentunya, menurut pengurus Perhimpunan Ikan Hias Indonesia cabang Sulsel itu, SCI juga bermitra dengan pabrik pakan, cold storage, dan hatchery (perbenihan). Di tambak ada SCI, di awal ada hatchery, di tengah-tengah ada pakan, dan di ujung ada cold storage. “Ini harus kerjasama, terutama dalam rangka traceability (ketelusuran),” terang Andi kepada AGRINA yang ditemui saat acara Indonesian Aquaculture, November lalu, di Yogyakarta.
Kerjasama dalam matarantai ini penting sekali. “Nggak boleh lagi jalan sendiri-sendiri,” tandas pengurus Kushin Ryu M Karate-do Indonesia (KKI) cabang Sulsel itu. Tidak boleh ada yang mati. Kalau SCI (petambak) mati, siapa yang membeli benur? Jadi, “Hatchery pun kita ajak dalam proses budidaya,” lanjutnya. Begitu pula dengan pihak cold storage.
Penguatan Cabang
Menurut doktor Biologi Reproduksi dari IPB itu, SCI mempunyai 12 cabang, antara lain di Malang, Situbondo, Banyuwangi, Bali, Lombok, Sumbawa, Lampung, Medan, Makassar, dan Tuban. Tapi, beberapa daerah, seperti Kaltim, Sulteng, Jateng, dan Jabar juga meminta dibentuk SCI. “Segera akan kita bentuk. Sekarang ini, arah kita, penguatan cabang-cabang,” kata Andi.
Menurut Andi, pada periode pertama (2005 - 2008), SCI baru pada tahap sosialisasi dan konsolidasi. Pada periode kedua (2008 – 2012), bukan hanya sosialisasi, tetapi juga sebagai mediator, antara pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dengan anggota SCI. Bagaimana kebijakan pemerintah dan keinginan pemangku kepentingan lainnya sampai ke anggota, begitu juga sebaliknya. Ke dalam, bagaimana SCI sebagai motivator atau bahkan provokator untuk memacu para anggotanya agar lebih giat lagi berproduksi.
Banyak hal yang dihadapi para anggota, seperti penyakit, bahan bakar solar, ataupun listrik. Belum lagi harga udang yang sekarang ini sedang turun, bahkan di bawah biaya produksi, terutama di pasar domestik. Mereka menduga, produksi udang PT Central Proteinaprima (yang mestinya untuk ekspor, karena berproduksi di kawasan berikat), merembes ke pasar domestik sehingga merusak harga. “Dalam tanda petik, kita tidak bisa melarang perusahaan terintegrasi itu menjual udangnya ke pasar domestik. Tapi, janganlah memasuki pasar SCI yang sudah ada selama ini,” harap Andi.
Lebih jauh menyoal pasar udang, Andi berpendapat, kalau “perembesan” udang dari kawasan berikat ke pasar domestik dengan harga murah itu terus menerus terjadi, bisa saja beberapa anggota SCI, yang luas tambaknya 10— 20 ha per orang, bakal kewalahan, dan akhirnya mati. “Gejala itu harus kita waspadai. Kita perlu memperhitungkan kegiatan rakyat secara keseluruhan,” tuturnya.
Karena itulah, Andi mengimbau agar pemerintah ikut menstabilkan harga udang di pasar domestik. Pemerintah harus memfasilitasi pertemuan dengan para pemangku kepentingan bisnis perudangan di Indonesia untuk menentukan berapa harga udang yang sepantasnya. “Jangan sampai biaya produksi lebih tinggi dari harga pembelian,” katanya.
Meski tesis atau disertasinya tidak di bidang udang, tapi Andi berkepentingan memajukan perikanan di Indonesia, termasuk bisnis udang para anggota SCI. Ia sangat senang kalau ilmunya bermanfaat bagi orang lain, termasuk anggota SCI. “Kalau bermanfaat buat orang lain, kenapa tidak. Ilmu itu nggak ada artinya kalau disimpan,” ujar suami Ir. Hj. Hasnidar yang juga dosen perikanan UMI. Ya, memang banyak petambak berharap, agar SCI dan Andi, bisa “melindungi” mereka. “Kita ingin meningkatkan kesejahteraan anggota SCI, rakyat kita, petambak-petambak kita,” Andi menutup obrolan.
Syatrya Utama
Nama : Dr. Ir. Andi Tamsil, MS Lahir : Sidrap, 12 November 1964 Istri : Ir. Hj. Hasnidar Jumlah Anak : 5 orang Pendidikan : S-1 (Perikanan Budidaya) Unhas, 1987 S-2 (Perikanan Budidaya) Unhas, 1992 S-3 (Biologi Reproduksi) IPB, 2000 Aktivitas : Sekjen SCI, 2008 – 2012 Wakil Ketua IV Shrimp Club Indonesia (SCI), 2005 – 2008 Dosen Fakultas Perikanan Universitas Muslim Indonesia (UMI), 1987- sekarang Dekan Fakultas Perikanan UMI, 1997 - 2005 Teknisi tambak dan hatchery PT Mutiara Biru, 1987 - 1990
DATA PRIBADI