“Momentum Hari Raya Idul Fitri bisa memberi manfaat lain bagi pengembangan agribisnis. Alasannya, ketupat dan lauk-pauknya serta kue-kue tradisional di kampung halaman merupakan produk akhir dari agribisnis domestik,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancarai AGRINA.
Apakah ada kaitannya perayaan hari-hari besar dengan agribisnis?
Perayaan hari besar itu seperti Tahun Baru dan Hari Raya Idul Fitri. Perayaan Tahun Baru biasanya dinantikan orang saat-saat pergantian tahun pada tengah malam. Perayaan itu terbatas oleh sebagian orang dan di tempat-tempat tertentu, terutama di kota-kota besar. Namun sebagian besar orang lainnya merasa masih sekadar melewati malam yang sama dengan malam-malam sebelumnya. Sehingga berbagai kegiatan ekonomi menyambut Tahun Baru tersebut tampaknya tidak sebesar yang diharapkan. Kecuali pada daerah-daerah tertentu seperti Bali dan Jakarta.
Jika dilihat dari pemanfaatan momentum sosial budaya sebagai penggerak ekonomi, mungkin Hari Raya Idul Fitri yang diperingati oleh saudara-saudara kaum muslim memberi dampak yang lebih besar pada perekonomian secara makro. Alasannya, jumlah saudara-saudara yang memperingati hari raya tersebut sangat besar.
Seberapa besar dampak perekonomian perayaan Idul Fitri tersebut?
Jika digunakan data arus mudik yang mencapai sekitar 16 juta orang dan jumlah ini sangat mungkin bersifat underestimate (di bawah perkiraan), maka besaran kegiatan ekonomi yang ditimbulkannya cukup substansial. Misalnya, setiap orang yang mudik mengeluarkan biaya tambahan rata-rata Rp200 ribu saja untuk transpor, oleh-oleh, dan uang saku dalam perjalanan mudiknya, maka jumlah kegiatan ekonomi sudah mencapai Rp3,2 triliun. Jumlah tersebut terkonsentrasi pada beberapa hari saja.
Jumlah tersebut tentu akan menjadi jauh lebih besar jika ditambah dengan peningkatan konsumsi makanan, pakaian, jasa hiburan, dan sebagainya. Lebih menarik lagi adalah peningkatan konsumsi itu dapat diduga sebagian besar akan terkonsentrasi pada konsumsi produk domestik.
Melihat kondisi tersebut apa yang harus diperhatikan?
Hal ini menunjukkan pentingnya memperhatikan kegiatan ekonomi yang berbasis pada rakyat. Dengan jumlah rakyat yang sangat besar, pasar domestik yang tersedia juga sangat besar. Jika pasar yang besar tersebut dipadukan dengan ketersediaan sumberdaya alam yang besar dan lingkup kegiatan ekonomi yang luas dan merata di seluruh wilayah negeri, berarti rakyat sebagai produsen dan konsumen, maka akan tercipta kegiatan ekonomi yang sangat besar dan mampu menggerakkan kegiatan seluruh rakyat.
Dengan menggunakan data perekonomian sebelum krisis moneter, terlihat jika pemerintah mendorong mekanisme pasar yang tidak terdistorsi ditambah dengan peningkatan alokasi investasi pemerintah di sektor pertanian serta keterkaitan antara pertanian dan industri ditingkatkan, yang berarti pengembangan agroindustri dalam sistem agribisnis secara lebih terencana, maka pertumbuhan ekonomi nasional akan lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata yang telah dicapai pada masa itu. Dengan begitu akan diperoleh kesempatan kerja yang lebih besar, ekspor yang lebih tinggi, investasi riil yang lebih tinggi, dan akumulasi stok kapital nasional yang juga lebih substansial.
Inilah kekuatan ekonomi rakyat yang jika dikelola dengan baik akan lebih menampakkan kemampuannya untuk mengatasi permasalahan sekaligus mengembangkan struktur perekonomian yang lebih kokoh pada masa yang akan datang.
Berarti Idul Fitri yang lebih berpengaruh terhadap agribisnis?
Tampaknya momentum penting Hari Raya Idul Fitri tersebut bisa memberi manfaat lain bagi pengembangan agribisnis. Alasannya, ketupat dan lauk-pauknya serta kue-kue tradisional di kampung halaman merupakan produk akhir dari agribisnis domestik. Permintaan tersebut dalam jumlah besar dengan kualitas baik. Dampaknya pada seluruh sistem dan usaha agribisnis. Mulai dari on-farm, yaitu pertanian, peternakan, dan perikanan, downstream agribusiness, mencakup pascapanen, sampai pada jasa penunjangnya, yaitu perdagangan.
Sekalipun perayaan Idul Fitri hanya sekali dalam setahun tapi dampak ekonominya sangat besar terhadap sistem dan usaha agribisnis. Sehingga Idul Fitri dapat dijadikan pemicu untuk pengembangan sistem dan usaha agribisnis dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik. Untuk menghasilkan produk dalam jumlah besar dan kualitas lebih baik tersebut bukanlah tanpa perencanaan tetapi petani dan peternak sudah menyiapkannya sejak beberapa bulan sebelum Idul Fitri. Diharapkan untuk selanjutnya petani dan peternak dapat terus menghasilkan produk dengan kualitas baik.
Hal yang memperkuat sistem dan usaha agribisnis ini diharapkan tidak saja pada perayaan Idul Fitri tapi berkembang pada perayaan keagamaan lainnya. Dengan begitu petani dan peternak kita terbiasa menghasilkan produk dalam jumlah besar dengan kualitas yang baik. Tentu saja hal itu dapat meningkatkan daya saing produk agribisnis kita.
Untung Jaya