Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad membangun sembilan pilar agropolitan untuk menciptakan pertanian yang modern di provinsinya. Tiga di antaranya mengandalkan mesin dan teknologi. Dalam pada itu, Departemen Pertanian RI telah membangun 59 unit silo jagung di seluruh Indonesia, sementara Badan Litbang Deptan mengembangkan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) di 10.000 desa pada 200 kabupaten/kota.
Menteri Pertanian Anton Apriyantono mengakui, petani kita sangat jauh tertinggal dalam penerapan teknologi pertanian dibandingkan petani dari negara tetangga, "Dunia sudah jauh berubah begitu juga petaninya, kita masih jalan di tempat”. Ketertinggalan ini bukan hanya pada hasil inovasi pertanian yang baru, terhadap yang lama pun jauh tertinggal. Diperlukan percepatan penyampaian teknologi pertanian hingga ke petani dengan menerjunkan peneliti langsung ke desa dan langsung mempraktikkannya di lahan petani.
Pengiriman para peneliti sebagai pemandu teknologi dan penyuluh pertanian dalam rangka program Prima Tani ke 200 kabupaten/kota diharapkan tak hanya mempercepat penerapan teknologi hasil penelitian Badan Litbang ke petani tapi juga meningkatkan pendapatan petani. Prima Tani menggunakan pendekatan partisipatif dan menumbuhkan sikap mandiri petani. Petani melihat contoh dan belajar langsung menerapkan teknologi. Tapi yang juga penting di sini adalah mengembangkan agribisnis yang sesuai potensi sumberdaya wilayah. Menteri menargetkan, dalam tiga tahun pelaksanaan program ini, pendapatan petani bisa naik satu setengah kali lipat.
Menjadi penting untuk ditekankan di sini, untuk mengejar ketertinggalan kita di bidang teknologi pertanian, paling cocok adalah dengan pendekatan dari atas dan dari bawah, dari pusat dan dari daerah-daerah. Sesungguhnya, memang Indonesia telah membagi pembangunan pertaniannya pada proyek-proyek desentralisasi (proyek asli daerah yang dijalankan otonom), dekonsentrasi (proyek pusat yang pembangunannya dititipkan ke daerah), dan perbantuan (proyek di daerah yang sepenuhnya dibantu pusat). Pembangunan silo dan program Prima Tani merupakan proyek pusat/dekonsentrasi
Inovasi dan temuan teknologi pertanian bisa datang dari Litbang Deptan, Kantor Menristek, BPPT, perguruan tinggi, atau swasta dan ditransfer ke daerah-daerah. Tapi bisa juga dihasilkan dari kearifan budaya dan alam daerah setempat. Maka, sekali pun sudah ada Prima Tani, adalah lebih baik lagi apabila pengembangan teknologi pertanian digalakkan secara paralel dengan yang asli dari daerah. Ada proyek pusat berupa desiminasi dan transfer teknologi, tapi ada juga yang terdesentralisasi, yakni inovasi teknologi asli daerah yang langsung bisa diaplikasikan setempat. Atau penggabungan keduanya seperti yang dilakukan pemerintah Provinsi Banten.
Indonesia diberkati dengan sumber daya alam, dari bumi, air dan udara, yang berlimpah. Kita juga harus melihat jumlah ratusan juta penduduknya sebagai “karunia” sumber daya manusia. Dengan berkat dan karunia itu, kita mengembangkan sumber-sumber energi terbarukan dari matahari, angin, air (mikrohidro), bio-mass, gelombang laut di desa- desa pesisir sampai di pegunungan. Aplikasi teknologinya tidak terlalu canggih, sehingga pemda sanggup menanggung kredit dan pembiayaannya. Teknologi dan juga pengadaan mesin pertanian disesuaikan dengan kondisi lokal. Lokalitas yang pesisir, atau lembah, atau gunung atau di daerah aliran sungai. Gorontalo, umpamanya, menerapkan pompa air tanpa mesin hasil inovasi setempat untuk memanfaatkan sumberdaya air, sekaligus konservasinya.
Maka bayangkanlah, belasan ribu desa di pantai, gunung, dan lembah membangun kincir angin, mikrohidro, mengembangkan bio-mass dan tenaga ombak untuk energi yang menggerakkan teknologi di pedesaan. Renungkan pula tentang “Negara Desa” yang diutarakan Prof. Sjamsoe’oed Sadjad pada diskusi di Sekolah Pascasarjana IPB Senin (19/5) lalu. Guru besar emeritus IPB bilang, kalau bangsa ini mau tetap eksis, harus memikirkan pembangunan yang bertolak dari desa. Ia membayangkan tumbuhnya kekuatan negara yang bertumpu pada kekuatan desa desa, masing-masing dengan kekuatan industri besar berbasis pertanian, dengan consolidated agriculture yang didukung perbankan berbasis aset desa.
Daud Sinjal