Hotel, restoran, dan warung kakilima yang menyajikan menu bebek alias itik kian marak. Tentu tempat-tempat makan itu membutuhkan pasokan itik secara kontinu.
“Tren makan daging bebek mulai berkembang tidak hanya di warung kaki lima, tapi sudah mulai ke kelas restoran,” ungkap Rouf Estianda, pemilik Rumah Makan Bebek Tunjungan di Tebet, Jakarta Selatan. Ini jelas bisa jadi sebuah peluang bagi pemasok itik.
Komentar Rouf ada benarnya. Lihat saja warung-warung tenda di Jakarta, Bogor, Depok Tangerang, dan Bekasi yang menyajikan menu bebek dengan berbagai variasinya nyaris selalu ramai diserbu pengunjung.
Kurang Pasokan
Menurut Muhamar Razak, pendamping klaster itik terpadu di Sukadiri, Tangerang, Banten, angka pasti permintaan itik untuk pasar Jabodetabek belum ada. Namun, berdasarkan permintaan yang masuk ke kelompok binaannya, bisa mencapai 2.000 ekor per minggu. Dari angka itu, baru terpenuhi 1.000—1.200 ekor per 2,5—3 bulan. “Sampai saat ini sudah ada lima pemasok yang meminta 1.000—2.000 ekor per minggu,” ucapnya ketika dihubungi via telepon.
Sugeng Widodo, pemilik warung nasi bebek goreng “Joko Putro” di Petogogan, Jakarta Selatan, menyebutkan, setiap hari butuh itik rata-rata 75 ekor guna memenuhi permintaan konsumen mulai pukul 17.00—23.30. “Hingga saat ini tidak ada kendala pasokan karena ayan sudah punya langganan, dan mereka langsung memotong sesuai permintaan dengan persyaratan usia bebek yang sudah tua,” ucapnya.
Sementara Agus, pengelola Bebek Bakar “Bunda” di Margonda, Depok, mengakui, masih kekurangan pasokan. Karena itulah ia menerapkan pembelian stok bebek untuk dua hari ke depan dengan jumlah 50—60 ekor dari Pasarminggu, Jakarta Selatan. “Terkadang kebutuhan itu tidak bisa didapatkan sekaligus,” keluh Agus yang restonya menghabiskan 25—30 ekor per hari.
Kekurangan pasokan juga dirasakan Santoso, pemilik” Resto Tiktok Van Depok” di Depok. Untuk memenuhi kebutuhan dua restonya, ia mencoba membudidayakan tiktok (persilangan itik dan entok) sendiri. Namun tetap saja belum mampu memenuhi kebutuhan. Setiap hari resto tersebut menghabiskan 50—55 ekor tiktok. Akibat kekurangan pasokan, terkadang salah satu restonya tutup sampai seminggu. “Makanya, saya fokuskan bahan bakunya untuk restoran yang di Margonda saja,“ ungkap Santoso.
Pasokan untuk resto-resto di Jabotabek tersebut, paling tidak dari tiga pasar, yaitu Pasar Cilincing, Pasarminggu, dan Pasar Marunda (Bekasi). Di tepi Jl. Raya Marunda misalnya, pasar bebek selalu ramai didatangi pelanggan. Jumari, salah satu pedagang di sana mengaku, pihaknya butuh pasokan 50—70 ekor per hari. Sebab sejumlah itu pula yang ia mampu jual saban hari. “Penjualan akan meningkat ketika mendekati hari raya keagamaan seperti Lebaran. Saat itu saya butuh pasokan dari peternak 100 ekor per hari,” terangnya.
Masih menurut Jumari, perdagangan bebek di pasar itu sudah berlangsung sejak lima tahun silam. Para pemasok itik datang dari Cilincing atau Marunda sendiri. Namun, ada juga pasokan dari Bekasi, Pamanukan, dan Indramayu, Jabar.
Yan Suhendar