Senin, 17 Maret 2008

TAJUK : Empat Sehat, Lima Sempurna

Di negara-negara penganut welfare state di Eropa Barat, pemenuhan kebutuhan susu bagi anak-anak dihayati sebagai hak asasi. Maka manakala tahun lalu harga susu melonjak naik, mereka mengingatkan para penyelenggara negara tentang pengamalan fundamental right tersebut. Di China, di tengah-tengah lonjakan harga susu dunia 2007 itu, perdana menterinya, Wen Jiabao, justru “nyidam” mau memberi setiap anak setengah liter susu setiap hari. Padahal  negeri 1,3 miliar manusia itu adalah net importer susu.

Tingkat konsumsi minum susu dunia saat ini antara 100—110 kg per kapita per tahun, Indonesia baru 7 kg setahun. Di sini susu baru sekadar pelengkap dari “empat sehat, lima sempurna”. Yang empat itu cukup sebagai persyaratan untuk hidup sehat. Kalau mau hidup lebih sempurna, bermutu dan unggulan, baru minum susu. Prioritas minum susu hanya sebagai pengganti ASI, atau nutrisi bayi. Bukan untuk sepanjang hayat dikandung badan.

Deputi Menko Perekonomian Bayu Krisnamurthi bilang, pemerintah akan memberi susu bagi bayi di bawah tiga tahun bagi anggota masyarakat berpendapatan rendah. Artinya, kalau toh susu masuk prioritas, itu terbatas pada lapisan rakyat miskin dan di bawah tiga tahun. 

Di India, pasokan susu digerakkan melalui koperasi dan UKM yang difasilitasi berbagai kemudahan. Di sana, susu yang menjangkau seluas-luasnya masyarakat. Di Indonesia, masyarakat menengah ke bawah masih susah menjangkau susu yang harganya  kerap tak terkejar. Negeri ini, setelah merdeka dan mengurus diri sendiri lebih 62 tahun, bangsanya masih pada taraf disadarkan pentingnya minum susu, tapi belum mampu menyediakan susu untuk diminum seluas-luasnya masyarakat.    

AGRINA mengisi edisinya kali ini lagi-lagi dengan fokus ke susu. Karena susu penting untuk menciptakan manusia yang sehat dan pintar. Orang China menganggap orang bisa tinggi, tegap, dan pintar karena minum susu. Satu merek susu di China memasang label sebagai susu resmi (official milk) program ruang angkasa China, dan menjanjikan bahwa susu itu “membentengi rakyat China”. 

Bangsa India yang punya tradisi kuat minum susu sering menang dalam persaingan merebut posisi penting di dunia. Perempuan India dari Madras, Indra Nooyi, menjadi CEO Pepsi Cola, pemuda India yang dulu mengais-ngais rezeki di Sidoarjo, Laksmi Mittal, kini jadi raja industri baja dunia.

Untuk mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia, bangsa Indonesia harus minum susu. Minum susu harus jadi program pemerintah dan dimenangkan prioritasnya dalam pembangunan nasional. Oleh karena 70 persen pengadaannya bergantung pada pasokan luar, pemerintah bersama stakeholder lainnya harus mengembangkan produksi dalam negeri. Bisa dengan skema kemitraan pemodal besar dengan peternakan rakyat, atau seperti di India, oleh UKM dan Koperasi yang difasilitasi. India dengan penduduk 1,2 miliar punya 193 juta ekor sapi yang sepenuhnya peliharaan rakyat. Di sana pemain di industri susu perah melulu UKM dan koperasi. Hanya produk turunan susu seperti keju, yoghurt, mentega, atau susu bubuk yang boleh dikerjakan oleh swasta modal besar.

Produksi susu Indonesia sekarang sekitar 500 juta liter, yang dihasilkan oleh sekitar 350.000 ekor sapi. Kebutuhan konsumsi susu adalah  2.000 juta liter. Ini bisa dipenuhi dari setidaknya 1 juta ekor sapi yang mampu menghasilkan susu 20 liter per ekor per hari. Dari ekstensifikasi dan intensifikasi peternakan dan industri susu yang merata di banyak daerah. Yang dibekali mesin perah, tanki pendingin dan teknologi yang menjamin bakteri tidak melewati ambang yang dipersyaratkan.

Kepedulian dan keberpihakan untuk membangun bangsa yang bermutu juga digenapkan dengan subsidi distribusi susu pada murid sekolah dan keluarga tidak mampu. Special Milk Program di Amerika memberikan susu gratis kepada anak sekolah dan anak balita dan ibu hamil/menyusui dari keluarga miskin. India memasang anjungan anjungan susu di pinggir jalan di 1000 kota yang memungkinkan rakyat bisa mendapatkan satu liter susu segar dengan harga murah. Program minum susu buat seantero rakyat Indonesia amatlah serasi pada credo yang membawa Dr. Yudhoyono jadi presiden, “bersama kita bisa”.

Daud Sinjal

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain