Senin, 17 Maret 2008

Kecerdasan di Tangan Ibu

Selama tiga tahun terakhir, konsumsi daging, telur, dan susu cenderung meningkat.

Kecerdasan, menurut Prof. Dr. Hardinsyah, MS, merupakan kemampuan menanggap, menjawab, mengatasi masalah, memahami diri dan lingkungan, serta memberikan makna bagi lingkungan tersebut sesuai tahap perkembangan. Hal itu disampaikan Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB Bogor itu pada seminar di Bogor, 12 Maret 2008.

Dalam seminar “Peran Gizi dan Bahan Pangan Hewani yang ASUH dalam Mewujudkan Generasi Muda Bangsa yang Sehat dan Cerdas”, yang diselenggarakan Persatuan Isteri Dokter Hewan Indonesia (PIDHI) itu, ia mengatakan, ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan. Pertama, genetik. Kedua, non-genetik (gizi makanan, kesehatan, stimulasi, dan lingkungan). Lingkungan ini, antara lain orang tua, keluarga, teman, dan masyarakat.

Perbaikan asupan gizi, menurut Hardinsyah, mengutip data UNICEF (1997), mempunyai andil 50% dalam pertumbuhan ekonomi negara-negara Eropa Barat selama satu abad terakhir. Asupan gizi ini, antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.

Masih Belum Cukup

Salah satu sumber gizi adalah pangan hewani seperti daging, susu, dan telur. Meski tiga tahun terakhir konsumsi pangan hewani di Indonesia cenderung meningkat, tapi, kata Drh. Mukartini dari Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ditjen Peternakan, Deptan, masih jauh dari kecukupan. Hal ini antara lain karena faktor daya beli, harga, ketersediaan, dan pengetahuan. Selain itu, terkait dengan keamanan, kesehatan, dan kehalalan pangan itu.

Kalau kita lihat dari tingkat sosial ekonomi dari 230 juta penduduk Indonesia, kelompok golongan bawah mencapai 48%, golongan menengah 40%, dan golongan atas 12%. Hampir 87% muslim, yang mensyaratkan pangan halal adalah wajib. Dari total penduduk itu, yang bermukim di desa 58% dan di kota 42%. Berarti, “Hanya 30 juta orang (golongan atas) yang tinggal di kota dengan daya beli tinggi,” katanya pada seminar itu.

Karena itu, untuk meningkatkan konsumsi pangan hewani, perlu peningkatan kesadaran pemahaman pelaku maupun konsumen tentang pangan hewani yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal). Misalnya, aman dari bahaya biologis (seperti bakteri atau kuman, virus, dan parasit), bahaya residu dan kontaminasi bahan kimia berbahaya, aman dalam komposisi gizi dan bahaya pemalsuan, serta aman dari kaidah agama (halal).

Tapi, sayangnya, di lapangan banyak kita temukan penyimpangan. Misalnya, daging ayam suntik (setelah dipotong, disuntik air untuk meningkatkan bobot jual), daging ayam tiren (mati kemaren) tapi tetap dijual, daging ayam berformalin, dan daging sapi gelonggongan (sebelum dipotong sapi diberi air melalui mulut, sehingga setelah dipotong bobot jualnya bertambah). Selain itu, pemalsuan daging sapi dengan daging celeng (babi).

Tentunya, perbuatan kurang terpuji ini berdampak kurang baik bagi bisnis pangan hewani. Dari segi produsen, importir, atau pedagang, perlu berpikir ulang bahwa keuntungan jangka pendek dari penyimpangan tersebut justru dalam jangka panjang malah merugikan. Dari segi konsumen, mereka perlu mengenali penyimpangan pangan hewan tersebut agar tidak terkonsumsi. Sedangkan dari segi pemerintah, kita meminta pengawasan yang lebih ketat.

Nilai Plus Pangan Hewani

Apalagi, menurut Hardinsyah, pangan hewani ini banyak keunggulannya. Antara lain, rasanya enak, mudah diserap tubuh, kaya protein, mineral (zat besi dan kalsium), asam lemak, Vitamin B12, B6, dan asam folat. Barangkali, karena keunggulan itulah, mengapa Arsene Wenger, Manajer Arsenal, salah satu klub sepakbola papan atas di Inggris, menyuruh pemainnya mengonsumsi daging ayam, selain ikan, sayuran, dan banyak minum air putih.

Tentunya, sebagai organisasi kemasyarakatan, PIDHI ingin menggugah kesadaran masyarakat, terutama kaum ibu, bahwa mengonsumsi makanan bergizi, terutama pangan hewani, sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan fisik dan kecerdasan. Karena itu, dalam memperingati ulang tahun ke-54, organisasi yang diketuai Hj. Elly Sofjan Sudardjat ini, selain seminar, juga mengadakan kampanye gizi dengan memberikan makanan ASUH. “Salah satu program PIDHI, meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” tulis PIDHI.

Syatrya Utama, Yan Suhendar

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain