“Solusi masalah kedelai harus berdasarkan pendekatan sistem, yaitu sistem agribisnis mulai dari hulu hingga hilir. Selain itu, pendekatan bisnis pasti jalan karena harga kedelai yang tinggi sangat ini,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000—2004, saat diwawancarai AGRINA.
Apa penyebab naiknya harga kedelai secara signifikan tersebut?
Penyebab pertama, prestasi pertumbuhan ekonomi China dan India yang konsisten menyebabkan peningkatan konsumsi protein, termasuk protein nabati yang berasal dari kedelai. Contohnya China, tahun lalu mengimpor sebanyak 20 juta ton kedelai, tahun ini meningkat menjadi 30 juta ton. Penyebab kedua, harga minyak bumi yang terus beranjak naik merangsang upaya mencari energi alternatif, salah satunya etanol yang dihasilkan dari jagung. Hal tersebut membuat perluasan penanaman jagung berdampak mengurangi penanaman kedelai. Masalah kedelai ini adalah masalah global excess demand.
Apa yang dapat kita lakukan untuk menghadapi kondisi global itu?
Saat ini adalah kesempatan yang luar biasa besarnya untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Belum pernah ada kesempatan sebaik ini yang kita alami karena harga internasional sudah meningkat sangat tinggi dan tidak ada tanda-tanda harga itu akan menurun.
Jadi masalah kenaikan harga kedelai ini adalah masalah jangka panjang, masalah perubahan zaman, bukan masalah musiman. Karena itu kita perlu berpikir dan bertindak secara jangka panjang. Namun masalah kedelai ini tidaklah serumit masalah beras yang bersifat nasional. Produksi kedelai cenderung bersifat lokal sehingga peran pemerintah daerah menjadi lebih strategis.
Bagaimana solusinya?
Kenaikan harga kedelai yang sangat tinggi secara potensial telah tersedia insentif buat para petani kita untuk meningkatkan produksinya. Apalagi teknologi untuk peningkatan produksi kedelai sudah kita miliki. Benih sudah lama kita kembangkan, teknik budidaya dan pascapanen sudah semakin sempurna, dan lokasi-lokasi potensial untuk penanaman kedelai sudah diketahui. Jika benih lokal tidak tersedia, untuk jangka pendek bisa saja kita impor benih kedelai.
Solusi jangka panjangnya, pertama, tugas kita sekarang adalah membantu para petani dan stakeholder agribisnis kedelai untuk bisa bekerja keras, bekerjasama, dan bekerja secara cerdas. Tentunya dengan fasilitas dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Fasilitas pemerintah dapat berupa mempertemukan semua stakeholder agribisnis kedelai agar dapat bekerjasama untuk menangkap kesempatan ini secara menguntungkan bagi semua pihak. Atau untuk daerah-daerah tertentu membantu menyediakan infrastruktur, seperti irigasi, bibit dan pupuk bersubsidi, serta kredit bersubsidi.
Kedua, harga kedelai setinggi sekarang ini akan merangsang petani menanamnya. Namun petani harus diberikan informasi untuk mendapatkan benih, pupuk, pestisida, dan menanggulangi kekeringan melalui irigasi atau springkle irigation guna menghemat air. Semua input tersebut akan mampu dibayar petani. Input yang maksimal niscaya produktivitas petani akan optimal. Mungkin saja pada masa yang lalu produktivitas petani rendah karena tidak mampu membeli bahan input.
Ketiga, petani belum tentu menerima harga tinggi itu karena masalah pemasaran. Masalah pemasaran selama ini tidak pernah muncul karena kita lebih banyak mengimpor. Masalah pemasaran kedelai dalam negeri dapat kita selesaikan dengan bekerjasama. Contohnya, institutional consumer (koperasi tahu tempe, asosiasi pakan ternak) harus secara proaktif membina kerjasama dengan petani kedelai. Institutional consumer harus membina pemasaran kedelai yang efisien dan efektif dari petani sampai kepada mereka. Perusahaan-perusahaan penyedia input seperti benih, pupuk, pestisida, dan juga secara proaktif membina hubungan dengan para petani dan organisasi petani.
Keempat, agar semua itu dapat berjalan dengan lancar diperlukan koordinasi. Siapa yang menjadi koordinatornya sangat tergantung situasi lokal. Koordinator bisa dari industri pakan ternak, koperasi tahu tempe, asosiasi petani kedelai, atau pemerintah daerah. Tugas koordinator untuk mengorkestra kegiatan produksi, pemasaran input, pemasaran output, dan pembiayaannya. Koordinator tidak perlu menguasai itu semua, apalagi memilikinya, tapi bisa menciptakan hubungan yang harmonis dari semua stakeholder itu untuk kepentingan bersama.
Untung Jaya