Apakah hal ini kelanjutan dari yang telah Profesor sampaikan pada AGRINA No. 71 yang lalu?
Ya. Saya ingin menyampaikan solusinya secara komprehensif. Namun sebelumnya saya ingin sampaikan lagi faktor yang menyebabkan terjadinya tekanan permintaan terhadap pangan sehingga harganya meningkat. Pertama, prestasi pertumbuhan ekonomi China dan India yang konsisten menyebabkan peningkatan permintaan pangannya naik secara signifikan. Kedua, harga minyak bumi yang telah beranjak naik sejak 1970-an meningkat lagi secara nyata pada akhir 1990-an.
Ketiga, bioenergi. Perkembangan bioenergi mengakibatkan kompetisi antara energi dengan pangan dan pakan. Keempat, penduduk dunia yang terus bertambah juga menyebabkan excess demand. Dan kelima, global warming. Global warming sudah mengakibatkan kegagalan panen di mana-mana, baik karena kekeringan maupun banjir dan bencana alam lain.
Keempat hal tersebut, kecuali global warming, menyebabkan permintaan dunia untuk produk pertanian dan pangan bertumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan suplai. Ini berakibat terjadinya excess demand yang menyebabkan harga produk pertanian dan pangan meningkat secara global. Faktor kelima, kendati pun tidak berakibat pada excess demand, tapi pada waktu-waktu tertentu dapat mengurangi penawaran yang pada akhirnya menyebabkan tambahan kenaikan harga.
Lima fenomena tersebut bukanlah fenomena musiman, tapi itu fenomena jangka panjang. Bukan perubahan musim tapi perubahan era atau zaman. Zaman excess supply ke zaman excess demand. Zaman harga pangan murah ke zaman harga pangan mahal.
Bagaimana solusinya?
Usaha pemerintah mengurangi pajak impor adalah salah satu solusi yang benar untuk sementara. Selain itu, para konsumen harus dibantu agar dapat melakukan diversifikasi pangan ke arah bahan makanan yang harganya lebih murah dan berasal dari dalam negeri. Dan kebijakan raskin perlu diteruskan untuk membantu konsumen dengan pendapatan rendah. Di samping itu, para petani harus dibantu agar lebih cepat lagi dalam peningkatan produksi dan produktivitas pangan, dan tekad swasembada untuk bahan pangan pokok harus diperkuat. Dan swasembada dimaksud tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan sendiri, melainkan juga dapat mengekspor pangan strategis tersebut.
Beberapa solusi harus kita lakukan segera saat ini secara bersamaan. Pertama, kemandirian pangan strategis supaya tidak tergantung negara lain yang dapat mengubah kebijakan sesuai kebutuhan mereka. Kita ini negara besar, jika negara lain mengubah kebijakannya dan kita sudah sempat tergantung, maka kita akan sulit membuat penyesuaian. Sekali lagi saya tekankan, hal ini harus menyadarkan kita tentang pentingnya kemandirian pangan. Untuk makanan pokok, kita tidak boleh tergantung pada orang lain.
Kedua, kebijakan proteksi dan promosi yang telah kita terapkan sejak 2000 masih relevan dilanjutkan meskipun untuk sementara kebijakan proteksi dikurangi sebagai usaha penyesuaian bagi konsumen agar mereka tidak terlalu menderita. Namun usaha peningkatan produksi dan produktivitas melalui kebijakan promosi harus lebih digalakkan. Produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara aplikasi teknologi paling mutakhir, perbaikan infrastruktur transportasi dan irigasi, memperlancar perdagangan, perbaikan SDM, pendidikan petani melalui penyuluhan-penyuluhan, kelembagaan pertanian, dan organisasi petani dan pelaku dunia usaha agribisnis.
Apa solusi selanjutnya?
Ketiga, berkaitan dengan kemandirian pangan dan swasembada pangan, maka desentralisasi dan privatisasi kebijakan pertanian dan pangan kita menjadi lebih penting. Kita harus memanfaatkan budaya pangan lokal sebagai upaya diversifikasi pangan. Kita harus memanfaatkan iklim lokal untuk tujuan produksi yang menyesuaikan diri dengan spesifikasi lokal. Kita harus memberikan iklim usaha yang lebih kondusif agar petani dan dunia usaha dapat bekerja lebih efisien dan efektif.
Keempat, koordinasi antarinstansi di pusat, antarinstansi pusat dan daerah perlu ditingkatkan dalam rangka implementasi kebijakan proteksi dan promosi. Untuk ini Dewan Ketahanan Pangan (DKP) dari pusat sampai ke daerah perlu diaktifkan dan diperkuat. Sewaktu excess supply terjadi, masalah pangan kita adalah bagaimana membantu petani, maka leadership untuk ketahanan pangan diharapkan datang dari pertanian (Departemen Pertanian). Tapi sekarang masalah yang kita hadapi adalah bagaimana membantu konsumen, maka leadership yang kita butuhkan barangkali berpindah ke Departemen Perdagangan, Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian, atau Departemen Sosial. Usaha untuk membantu petani sekarang menjadi jauh lebih mudah dibandingkan pada waktu yang lalu. Usaha membantu petani sebagai produsen jauh lebih mudah dibandingkan membantu konsumen pada saat ini.
Jika semua ini berjalan dengan lancar, maka saya yakin dalam jangka menengah dan panjang di dalam negeri kita bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap akibat negatif dari excess demand global tersebut.
Untung Jaya