Medco Group, perusahaan energi, kini merambah dunia pertanian dengan menanam padi seluas 100 ha yang tersebar di berbagai daerah.
Keterlibatan Medco di bidang pertanian itu berangkat dari kepedulian perusahaan terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Demikian diungkap Irfan Fauzi Arif, Business Development Medco Group kepada AGRINA. Pengembangan cara bercocok tanam padi yang ramah lingkungan dengan system of rice intensification (SRI) menjadi pilihan perusahaan tersebut sebagai bagian dari Corporate Social Responsibilty (CSR).
Sampai saat ini, penanaman padi mereka tersebar di Aceh, Sumsel, Jabar, Banten, Kalteng, Bali, dan Papua. Sejak proyek ini berjalan Juli tahun lalu, mereka telah melakukan berbagai kegiatan, seperti pelatihan petani, bimbingan produksi, dan pascapanen.
Bermitra
Menurut Irfan, Medco sengaja memilih metode penanaman padi SRI karena instansinya memperhatikan lingkungan hidup. Budidaya padi SRI pada intinya seperti sistem organik dengan meminimalkan penggunaan bibit dan input saprotan tapi hasil panennya relatif tinggi.
Untuk menjalankan proyek tersebut, “Medco menjalin kemitraan dengan kelompok tani dan bekerjasama dengan peneliti dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi,” lanjut Irfan. Medco juga menggandeng sejumlah mitra kerja untuk melaksanakan penanaman padi sistem SRI, yakni Yayasan Aliksa Organic SRI di Sukabumi, Jabar, Universitas Andalas, Sumbar, dan Dewan Pemerhati Kehutanan & Lingkungan Tata Sunda (DPKLTS) yang diketuai Solichin GP.
Sejak Juli 2007, petani mitra dilatih cara menerapkan SRI, dilanjutkan dengan identifikasi lahan untuk mendapatkan besaran input yang diperlukan. Petani kemudian diberi pinjaman biaya produksi sebesar Rp6,5 juta per hektar. Gabah produksi petani mitra dibeli Medco sesuai harga pasar dan petani dapat mengembalikan pinjaman setelah panen.
Lebih jauh Irfan mengungkap, pihaknya memang turut membantu memasarkan produk petani mitra. Namun, sampai saat ini produk beras SRI masih dipasarkan di lingkungan Medco Group, rata-rata 2—3 ton per minggu. Ke depan, ia mengharapkan beras organik mitra binaannya dibeli Bulog untuk segmen pasar menengah atas atau ekspor.
Sintanur 7 Ton/Ha
Desa Bobojong, Kec. Mande, Kab. Cianjur, Jabar, salah satu lokasi penanaman padi yang dikelola Medco. Di wilayah tersebut, 13,5 ha lahan ditanami padi varietas Sintanur dengan sistem SRI pada musim tanam pertama. “Rata-rata hasil panen 7 ton/ha dengan harga jual gabah Rp3.000 per kg,” ujar Djodi Zulfikar, tenaga pendamping Medco kepada AGRINA saat ditemui di Cianjur.
Dengan hasil panen sama, metode SRI jelas lebih menguntungkan karena harga gabah IR64 yang biasa ditanam petani rata-rata hanya laku Rp2.100 per kg. Dengan hasil 7 ton gabah kering giling (GKG) berarti petani menerima Rp21 juta. Dikurangi pinjaman, pendapatan kotornya bisa mencapai Rp14,5 juta per panen. Apalagi, sistem SRI tidak menggunakan saprotan produk industri sehingga biaya produksi relatif lebih murah.
Menurut Trini S. Kadir, peneliti yang mengawal proyek padi SRI Medco, “Sebetulnya banyak petani yang mau ikut program organik ini tapi takut capek dan belum yakin dengan hasilnya.” Maklum, dalam sistem SRI, petani harus rajin menyiangi gulma dan keong mas yang menyerang benih padi. Padahal tiap lubang hanya ditanam satu batang.
Masih menurut Trini, petani padi SRI sebaiknya juga menyiasati kebutuhan kompos yang mencapai 7 ton/ha dengan cara “menabung”. Diharapkan, dalam satu musim tanam, seorang petani sudah bisa memenuhi kebutuhan pupuk organiknya sendiri sehingga dapat menekan biaya produksi.
Enny Purbani T., Dadang WI