Senin, 18 Pebruari 2008

Iming-iming Kemitraan TMF Tidak Boleh Merugi

Dalam kemitraan yang ditawarkan TMF, plasma tidak boleh merugi. Kerugian akan ditanggung perusahaan inti.

Hal itu diungkapkan Muslikhin Irmat, pimpinan PT Tunas Mekar Farm (TMF), perusahaan inti kemitraan ayam pedaging di Bogor, Jabar. Berdiri sejak tiga tahun lalu. TMF dapat menggaet 150 anggota dengan populasi 3.000—20.000 ribu ekor. Jumlah  total populasinya mencapai 500 ribu—550 ribu ekor.

Sebagai perusahaan inti lokal, menurut Muslikhin, pihaknya sangat mengedepankan pelayanan yang terbaik kepada plasma agar dapat berproduksi optimal. Karena itu strategi pelayanan pun dimulai dengan membuat kesepakatan yang saling menguntungkan dengan penekanan peternak tidak boleh rugi, khususnya kerugian operasional. “Walaupun rugi, hanya rugi dengan harga jual yang di bawah harga pokok produksi (HPP), sehingga jangan sampai peternak sudah tidak mendapatkan untung dan biaya operasional pun tidak kembali per periode (dua bulan),” ungkapnya bulan lalu.

Lebih jauh ia menambahkan, jika modal operasionalnya bisa kembali, si plasma akan melakukan budidaya lagi pada periode selanjutnya. Dengan komitmen harus sama-sama untung, maka dalam kondisi harga pakan yang melambung, anak ayam yang juga akan mahal dan obat-obatan juga sudah naik, serta biaya operasional misalnya gas dan minyak tanah yang meningkat, maka satu-satunya target bersama adalah meningkatkan performa hasil produksi.

Pola Kekeluargaan

Pola kemitraan TMF memang tidak jauh dari pola kemitraan lainnya tapi lebih fleksibel dalam pelayanan karena disesuaikan dengan kondisi tiap-tiap plasma.

Sebagai inti, TMF memberikan sapronak yang berkualitas, dan harga ayam dengan kontrak pembelian 10%—15% di atas HPP. Pembayaran panen dilakukan paling lama seminggu, serta pembinaan lebih intensif dengan mengadakan berbagai acara, misalnya pertemuan rutin bulanan, olahraga bersama dan perayaan ulang tahun perusahaan yang dihadiri plasma. “Sebagai inti harus mampu memenuhi kebutuhan plasma agar tidak akan nakal karena selama ini terjadinya kenakalan banyak disebabkan kurangnya perhatian inti kepada plasma,” jelas Muslikhin.

Apabila hasil produksi bagus, plasma akan memperoleh bonus. Bahkan, jika suatu peternakan milik plasma siap panen sekitar 2—3  minggu lagi, tapi plasma sudah membutuhkan biaya, maka setelah dinilai kelayakannya, inti dapat memberikan bantuan.

Selain itu plasma yang berprestasi bagus, inti dapat memberikan pinjaman lunak untuk pengembangan kandang dan alat sarana produksi ternak (sapronak). Bantuan ini diakui Agus Saifulloh, salah satu plasma TMF di Nanggung, Bogor. Ia mendapatkan bantuan pengembangan kandang dari kapasitas 8.000 ekor menjadi 12.000 ekor.

Menjaga Kualitas Sapronak

Untuk dapat menyuplai yang terbaik bagi plasma, TMF membeli sapronak dari berbagai perusahaan. TMF melakukan seleksi ketat terhadap sapronak itu agar plasma terhindarkan dari kegagalan panen akibat kualitas sapronak yang tidak berkualitas.

Namun sapronak berkualitas tidak akan memberikan hasil panen bagus tanpa manajemen pemeliharaan yang bagus pula. Karena itu plasma harus mampu menekan nilai konversi pakan (FCR) dan mengurangi kematian ayam. Teknisnya, plasma pun melakukan seleksi bibit yang lebih ketat, efisien pakan, dan sanitasi perkandangan. Selama ini hasil kerja plasma tergambar dari indeks prestasi (IP). Komponennya adalah tingkat kematian hanya 1%, dan FCR mencapai 1,1—1,2. Prestasi peternak akan lebih bagus lagi kalau ia mampu menekan FCR.

Yan Suhendar

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain