Bagi kami, menanam kapas jenis apa saja tidak masalah, yang penting produksinya bagus dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
Demikian pendapat Marjuni Palimrugi, Ketua Asosiasi Petani Kapas Indonesia (Aspekindo), kepada AGRINA saat ditemui di rumahnya. Menurutnya, petani di sentra kapas, seperti Bulukumba dan Bantaeng, Sulawesi Selatan, terus berusaha mendapatkan jenis kapas terbaik dengan mencoba berbagai varietas, mulai dari kapas lokal, transgenik, hingga kapas hibrida introduksi dari China yang baru-baru ini dirilis menteri rertanian.
Tiga Juta per Musim
Awalnya, petani kapas di kedua wilayah tersebut menanam jenis kapas lokal Kanesia dengan produksi rata-rata 1,3 ton per hektar. Setelah itu, “Kami menanam kapas dari Amerika (transgenik) yang hasil produksinya sangat bagus tetapi dihentikan karena menuai pro dan kontra dari LSM dan Perguruan Tinggi,” ujar Marjuni.
Kapas hibrida asal China ditanam secara uji multilokasi sejak April – Maret 2007 di Desa Kaloling, Kec. Pa’jukukang, Kab. Bantaeng dan Desa Laikang, Kec. Kajang, Kab. Bulukumba. Varietas kapas yang ditanam adalah HSC138 dan HSC 188, dengan luas masing-masing dua hektar.
Salah satu petani yang kebunnya dijadikan ujicoba adalah Muhammad Arsyad, HS. Sekretaris Aspekindo ini juga mendapat kehormatan disambangi Mentan Anton Apriyantono dan Menteri Pertanian Tanzania Hon Steven M. Wassira, dalam rangka panen perdana kapas hibrida China beberapa waktu lalu.
“Pertanaman kapas tahun ini, dimulai Maret–April karena saat ini umumnya lahan tengah ditanami jagung oleh petani,” ujar Arsyad. Berdasarkan keputusan rapat antara petani dan perusahaan kapas yang difasilitasi Ditjen Perkebunan, untuk uji multilokasi, benih dan pupuk disubsidi pemerintah, masing-masing 100% dan 25%.
Menurut Arsyad, biaya produksi satu hektar lahan kapas sekitar Rp2 juta. Hasilnya rata-rata dua ton per hektar dengan harga Rp2.500 per kg. Sehingga satu kali musim tanam selama 115 hari, petani mendapat keuntungan Rp3 juta. Kapas produksi petani dibeli dua perusahaan pengolah kapas yang ditunjuk pemerintah, PT Seko Fajar Cotton dan PT Supin Jaya.
Pemandu Lapang
Menurut Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Bulukumba, Syafrullah Arief, Provinsi Sulawesi Selatan menyumbang kurang lebih 35% dari kebutuhan kapas nasional (600 ribu ton). “Bulukumba memiliki kondisi agroklimat yang cocok untuk dijadikan pengembangan kapas,” ujar Syafrullah. Ia menambahkan, pihaknya tidak mempersoalkan jenis kapas yang akan ditanam, yang penting produktivitasnya tinggi. “Nah, kapas hibrida dari China ini sudah terbukti di lapangan dan sudah dirilis oleh Menteri Pertanian,” jelasnya.
Pada musim tanam 2008, petani di wilayah ini akan menanam jenis kapas tersebut. Selain subsidi benih dan pupuk, “Pemda menyediakan pemandu lapang untuk membantu petani dalam mengendalikan serangan hama dan penyakit kapas,” katanya. Dengan luas areal tanam sekitar 2.000 hektar dan rata-rata produksi dua ton per hektar, Bulukumba dapat menghasilkan 4.000 ton per musim tanam.
Enny Purbani T., Isnawati Syachrun (Kontributor Makassar)
Budidaya Kapas Hibrida HSC 188 dan HSC 138 · Tanah diolah seminggu sebelum ditanami · Pupuk yang digunakan : SP36 dan KCL masing-masing 100 kg per ha diberikan pada saat tanaman berumur 15–20 hari. Urea 150 kg per ha diberikan pada umur 40–45 hari dan Za 100 kg per ha pada umur 60 hari. · Pestisida jenis Buldok diberikan jika diperlukan, dosisnya bergantung pada tingkat serangan hama. · Panen saat umur 100 – 115 hari, tapi tidak serentak karena kapas tidak mekar bersamaan.