Banyak tambak udang terpaksa parkir gara-gara serangan penyakit. Rumput laut bisa dilirik untuk menjadikannya tetap produktif.
Rumput laut kini tidak lagi sekadar dikonsumsi segar, tetapi banyak dibutuhkan dalam industri makanan olahan, kosmetik, farmasi, tekstil, dan kulit. Olahan rumput laut juga digunakan pada industri pelat film, semir sepatu, kertas, serta bantalan pengalengan ikan, dan daging. Laju permintaan dunia terhadap rumput laut meningkat 10% per tahun. Khusus karaginan dibutuhkan 20.000 ton per tahun. Belum lagi agar, alginat, dan furselaran, bahan olahan rumput laut yang banyak dibutuhkan. Karena itu, prospek budidaya rumput laut di Indonesia masih sangat terbuka.
Terdapat 56 jenis rumput laut bernilai ekonomis di perairan Indonesia. Rumput laut ini bisa dibudidayakan di daerah pasang surut maupun tambak. Potensi lahan pasang surut diperkirakan mencapai 1,1 juta ha. Dengan produktivitas rata-rata 16 ton rumput laut kering/ha/tahun, total produksi bisa mencapai 17,7 juta ton per tahun. Jika harga rumput laut kering Rp4.500 per kg, nilai ekonominya sekitar Rp80 triliun per tahun dan dapat menyediakan lapangan kerja untuk sekitar satu juta orang.
Sementara itu, lahan tambak yang cocok pengembangan rumput laut sekitar 1,2 juta ha. Dari luasan itu, baru 380.000 ha yang digarap. Di Sulawesi Selatan khususnya, budidaya rumput laut di tambak sudah lama dilakukan, tapi tidak sepopuler udang windu. Penyebabnya, harga udang windu lebih tinggi dibandingkan harga rumput laut. Faktor lainnya, petani lebih memilih budidaya rumput laut di lahan pasang surut karena biaya produksinya relatif lebih kecil ketimbang di tambak, terutama bila harus membuka tambak baru.
Nilai Plus di Tambak
Seiring semakin tingginya intensitas serangan penyakit terhadap udang windu, sebagian petambak beralih memproduksi ikan dan rumput laut. Di Sulsel, terutama Kabupaten Pangkep, Pinrang, Maros, Takalar, dan Luwu, budidaya rumput laut di tambak menjadi salah satu pilihan.
Budidaya rumput laut di tambak menawarkan beberapa keunggulan. Batang (thallus) rumput laut tumbuh lebih panjang dan percabangannya lebih banyak. Metode tebar dasar juga memberi kesempatan batang mendapat nutrien dari air dan dasar tambak. Metode ini terbilang terbaik untuk menanam rumput laut jenis Glacillaria verucosa yang ditumpangsari bersama bandeng dan udang windu.
Masa pemeliharaan rumput laut di tambak berlangsung 6—8 minggu dengan produksi 1.500— 2.000 kg per ha rumput laut kering. Rumput laut yang dipelihara di tambak lebih aman dari gangguan pemangsa, seperti ikan beronang, penyu, dan bulu babi serta gangguan alam, misalnya arus, angin, dan gelombang.
Pembenihan
Jenis rumput laut yang dapat dibudidayakan di tambak adalah rumput laut merah (Rhodophyceae). Genus Gracilaria paling banyak dibudidayakan adalah Gracilaria verucosa, G. gigas, G. edulis, dan G. confervoides. Hal ini lantaran kandungan agarnya lebih tinggi daripada jenis lainnya. Di Sulsel, jenis G. confervoides dan G. gigas, paling banyak diusahakan, sedangkan di Jatim adalah G. edulis.
Benih rumput laut bisa berasal dari stok alam atau hasil budidaya. Benih dari alam, mudah dan murah pengadaannya, tapi sering tercampur jenis rumput laut lain. Karena itu, dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan dalam memilih benih. Benih budidaya lebih murni karena terdiri dari satu jenis rumput laut, tetapi bermasalah dalam pengadaannya.
Perbanyakan benih rumput laut dilakukan secara vegetatif dan generatif. Pengadaan benih vegetatif dilakukan dengan mengambil 10—20 cm ujung tanaman. Pilih ujung tanaman sehat karena bagian ini terdiri dari sel dan jaringan muda yang akan tumbuh. Pembiakan vegetatif rumput laut dilakukan melalui kultur jaringan, yaitu cara menghasilkan benih unggul dengan memperbaiki sifat genetik tanaman. Pertumbuhan benih rumput laut hasil kultur jaringan rata-rata 6,95%, sedangkan benih alam sekitar 5,74%.
Pembiakan rumput laut secara generatif memanfaatkan sifat reproduksi generatif tanaman. Tanaman dewasa yang sehat dan segar ditempatkan dalam bak berisi air laut, kulit kerang, karang mati, atau benda padat lain sebagai media tumbuh. Rumput laut selanjutnya mengeluarkan spora yang menempel pada substrat. Setelah spora menjadi tanaman kecil, pindahkan ke lokasi budidaya.
Pemilihan benih dikerjakan secara cermat. Benih yang baik berasal dari tanaman induk sehat, bersih, dan segar serta tidak bercampur dengan jenis lain. Induk yang sehat dipilih dari hasil budidaya, bukan stok alam.
Budidaya rumput laut dapat dilakukan di tambak baru, tambak lama, atau tambak bekas budidaya udang intensif yang terlantar alias tambak parkir. Sebelum tebar benih, tambak lama maupun baru diolah dengan cara mencangkul dan membalik tanah dasar sedalam 15—20 cm. Setelah itu, tanah diratakan dan dikeringkan selama 4—7 hari. Dasar tambak dikeringkan hingga retak-retak dan tidak melesak lebih dari satu cm bila diinjak. Bila tambak tidak dapat dikeringkan dengan tuntas, terdapat trisipan, siput, dan kepiting yang merugikan. Untuk itu, perlu dikendalikan dengan pestisida organik berupa saponin atau biji teh.
M. Ghufran H. Kordi K (Kontributor Makassar)