Produksi bandeng untuk umpan tuna memberi keuntungan 40% lebih banyak ketimbang bandeng konsumsi. Bagaimana teknis budidayanya?
Pada edisi 69 diketengahkan kelebihan berbagai bandeng sebagai ikan budidaya. Selain itu, juga dikemukakan tentang pasar bandeng konsumsi serta peluang pasar bandeng untuk umpan tuna. Berikut cara budidaya bandeng untuk memproduksi umpan tuna di tambak maupun di keramba jaring apung (KJA).
Budidaya Bandeng Intensif
Untuk pemeliharaan di tambak intensif, ditebar nener berukuran rata-rata 0,05 gr per ekor (panjang 2—3 cm) dengan kepadatan 100.000—120.000 ekor per ha (10—12 ekor per m2). Bandeng diberi pakan alami yang terdiri dari kelekap, lumut, dan plankton yang terkandung dalam air tambak.
Selain itu, bandeng juga dipasok pakan buatan berupa butiran yang diberikan saat berumur lebih dari dua minggu. Pakan butiran dihancurkan lalu diberikan sebanyak 3—5% dari bobot total bandeng yang terdapat di tambak. Waktu pemberiannya tiga kali sehari, pukul 08.00, 13.00, dan 16.00.
Pengontrolan pakan sangat penting untuk melihat kecukupan jumlah pakan. Karena itu pengontrolan dilakukan 1—2 jam setelah pemberian pakan. Jika dalam 1—2 jam pakan habis dimakan, dosis pakan ditambah hingga 5%. Sebaliknya, kalau dalam selang waktu tersebut pakan belum habis, dosis pakan dikurangi.
Bandeng di KJA
Untuk pemeliharaan di KJA, benih yang digunakan sebaiknya berukuran gelondongan dengan berat minimal 20 gr per ekor, panjang rata-rata 4—7 cm. Seleksi benih perlu dilakukan sebelum ditebarkan supaya diperoleh benih yang sehat dan seragam. Padat penebaran optimal gelondongan bandeng dalam KJA untuk menghasilkan bandeng umpan sebanyak 500—600 ekor per m3 dengan perkiraan tingkat kematian 10%.
Sebelum ditebar, gelondongan bandeng diadaptasikan ke dalam perairan budidaya, terutama terhadap salinitas dan suhu. Penebaran sebaiknya dilakukan pada pukul 06.00—08.00 atau 19.00—20.00 untuk menghindari stres akibat perubahan kondisi lingkungan perairan.
Padat penebaran sangat dipengaruhi ukuran ikan dan tempat pemeliharaan. Selain itu, sifat perenang cepat dan melawan arus juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan padat penebaran. Padat penebaran bandeng dalam KJA mempengaruhi pemanfaatan ruang gerak dan peluang mendapatkan pakan serta kualitas air terutama konsentrasi oksigen terlarut.
Dalam kondisi ikan berjejal, persaingan penggunaan oksigen terlarut sangat tinggi, terutama pada malam hari pada saat arus tenang sehingga penurunan oksigen terlarut cukup drastis. Konsentrasi oksigen terlarut dalam KJA yang ditebari 750 ikan per m3 dapat mencapai 2 ppm saat pasang tertinggi atau surut terendah yang terjadi pada malam hari.
Pemeliharaan ikan bandeng di KJA mengandalkan pakan buatan. Karena itu, teknik, jumlah, waktu, dan frekuensi pemberian pakan perlu diperhatikan dengan cermat. Umumnya pakan diberikan sebanyak 5—10% bobot bandeng yang dipelihara per hari dengan metode satiasi (ikan dalam kondisi 90% kenyang).
Pakan sebaiknya diberikan saat surut atau pasang duduk (mencapai puncak dan surut terendah). Bisa juga ketika arus sangat lemah sebanyak 2—3 kali sehari, pukul 07.00—08.00, 11.00—12.00, dan 16.00—17.00. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit agar tidak banyak terbuang karena bandeng bergerak aktif berebutan pakan sehingga menimbulkan gerakan arus air dalam KJA.
Tingkatkan Produksi
Pertumbuhan ikan perlu dipantau dua minggu sekali untuk memperoleh data dalam menentukan jumlah pakan. Selain itu, data tersebut diperlukan guna mengevaluasi perkembangan bobot dan kesehatan bandeng yang dipelihara. Jumlah sampel sebaiknya tidak kurang dari 50 ekor yang diambil secara acak. Penimbangan berat dan pengukuran panjang dilakukan terhadap sampel yang telah dibius dengan phenoxy ethanol 200—225 ppm.
Pemanenan dilakukan bila ukuran bandeng yang hendak diproduksi telah tercapai. Untuk memproduksi bandeng umpan berukuran 80—200 gr per ekor atau panjang 10—16 cm, dibutuhkan waktu pemeliharaan selama 2—3 bulan. Budidaya bandeng secara intensif dengan input teknologi, seperti penggunaan kincir dan pakan dapat meningkatkan produksi bandeng hingga 500%.
Pemeliharaan secara intensif dengan penerapan teknologi maju di tambak dan KJA yang ditempatkan di teluk dan sekitar muara sungai dengan pemilihan lokasi dan pengelolaan yang tepat, dapat menghasilkan bandeng berkualitas tinggi.
M. Ghufran H. Kordi (Kontributor Makassar)