Harga minyak sawit yang cenderung melambung di pasaran dunia membawa kesejahteraan sampai ke bagian hulu produksi tandan buah segar kelapa sawit.
Itulah yang dirasakan 702 petani kelapa sawit yang tergabung dalam KUD Bina Sejahtera, di Desa Kerta Mukti, Mesuji, Ogan Komering Ilir. Setelah menyulap 1.404 ha lahan tidur menjadi perkebunan sawit, sekarang mereka hidup makmur. Indikator kemakmuran mereka tampak dari rumah anggota yang dulunya bedeng (dinding papan) berlantai tanah, sekarang rumah tembok berlantai keramik. Parabola dan motor pun menjadi barang biasa yang dimiliki warga. Tak mengherankan memang. Menurut H. Marnu, Ketua KUD Bina Sejahtera, pendapatan bersih rata-rata para petani dari kelapa sawit saja Rp3 juta/bulan/petani/kavling (2 ha). Belum lagi jika dihitung dari usaha lainnya, seperti kebun karet, buah-buahan, ternak ayam, itik, kambing, dan sapi potong.
Kebun Sawit Rakyat
Kelompok petani sawit di Kerta Mukti itu bermula dari ditempatkannya para transmigran asal Pulau Jawa pada 1986 sebanyak 535 KK. Namun banyak yang meninggalkan tempat pemukiman karena sulit untuk bertahan hidup. Eksodus warga terjadi pada periode 1986—1993. “Pada 1989, 200 KK asal Jabar saja tinggal 9 KK,” kenang Anwar Sholihin, salah seorang transmigran yang bertahan asal Bandung, dan kini menjadi Ketua Pembina KUD Bina Sejahtera. “Saya yang datang belakangan, tahun 1991, hampir kembali lagi ke Jawa,” imbuh Gumono BA, yang sekarang menjabat Kepala Desa Kerta Mukti.
Betapa tidak, untuk bertahan hidup, selama bertahun-tahun para transmigran itu hanya mengandalkan kebun singkong. “Selama masa sulit (1986—1993), kami lebih banyak makan tiwul,” kenang Anwar. Status warga pun berubah menjadi buruh perkebunan di luar desa.
Kehadiran perkebunan kelapa sawit swasta di Mesuji memberi angin segar bagi warga Kerta Mukti. Oleh sebab itu, pada 1994, anggota KUD sepakat untuk memfungsikan lahan mereka menjadi perkebunan sawit dengan pola kebun sawit rakyat (KSR).
Bermitra
Sampai sekarang, kelapa sawit menjadi andalan utama penghasilan anggota KUD Bina Sejahtera yang berdiri pada 28 Oktober 1989 itu. Luas kebun yang ditanami sawit 1.404 ha terbagi dalam 30 kelompok tani (702 KK).
Dalam pengembangan agribisnis sawit, petani bekerjasama dengan perusahaan besar PT Sampoerna Agro Tbk.. Setelah mendapat jaminan dari pihak Sampoerna Agro, tiap petani memperoleh kredit dari bank Rp12,8 juta/KK untuk mengelola sawit seluas 2 ha.
Para petani mendapat pembinaan rutin dari perusahaan tersebut soal kelembagaan, budidaya sawit, manajemen produksi, administrasi pembayaran utang, manajemen tabungan, dan pembiayaan.
Pengurus koperasi mengatur pemeliharaan tanaman dan jadwal panen setiap bulan. Setiap kelompok mendapat giliran panen 2 kali sebulan. Seluruh produksi tandan buah segar (TBS) ditampung oleh pabrik kelapa sawit Sampoerna Agro. Untuk kelancaran pengangkutan TBS, koperasi memiliki 12 armada truk.
Selang beberapa tahun, KUD Bina Sejahtera berkembang pesat. Unit usaha bertambah menjadi 7 bidang, di antaranya unit angkutan, simpanan dana peremajaan kebun, dan penampungan TBS. Tahun lalu KUD menambah unit usaha berupa pasar swalayan. Omzet pun tak kurang dari Rp10,25 miliar/tahun. Nama KUD ini pun kian beken setelah meraih 7 prestasi terbaik di tingkat kabupaten dan provinsi. Puncak prestasinya tercapai pada 2004 sebagai KUD terbaik tingkat nasional dalam bidang simpan pinjam.
Dadang WI