Dengan potensi hortikultura yang melimpah, seharusnya Indonesia menjadi eksportir. Kenyataannya, negara ini masih mengimpor beragam komoditas hortikultura.
Agar produk hortikultura mencapai kemajuan berarti dalam pembangunan nasional, diperlukan langkah percepatan dalam pengembangannya. Percepatan ini tentu membutuhkan gerakan dari kesadaran, kepedulian, perhatian, dan dukungan berbagai pihak. Demikian diungkapkan Ahmad Dimyati, Dirjen Hortikultura, Deptan, di sela-sela kegiatan Promosi Hortikultura 2007, yang diselenggarakan pada 23—25 November lalu, di Lapangan Aldiron, Pancoran, Jakarta Selatan.
Masih Net Importer
Dalam neraca perdagangan produk hortikultura, Indonesia masih berstatus net importer artinya jumlah impor masih lebih banyak ketimbang yang diekspor. “Hal itu diakibatkan produksi dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat,” ungkap Mentan Anton Apriyantono.
Padahal, perdagangan dunia produk hortikultura dan produk herbal cenderung meningkat. Permintaan terhadap buah-buahan, tanaman hias tropis, dan rempah terus naik terutama terkait tren kembali ke alam. "Perdagangan dunia produk hortikultura terus meningkat, namun kita belum mampu mendayagunakannya secara optimal," imbuh Anton.
Hal senada diutarakan Budi Waluyo, Manajer PT Agung Mustika Agro Lestari, eksportir buah manggis di Tangerang, Banten. “Potensi perdagangan produk hortikultura untuk ekspor sangat besar,” tandasnya. Khusus untuk manggis, lanjut dia, dengan pesaing utama hanya Thailand dan Malaysia, seharusnya Indonesia mampu mengekspor lebih banyak. “Kami saja bisa mengekpor manggis 3—4 kontainer 40 feet per minggu. Satu kontainer berisi 20—25 ton. Harga jual manggis ekspor manggis kisaran 0,50—0,80 US$/kg sampai 1 US$/kg,” ungkap Budi.
Menarik Investor
Dimyati menjelaskan, kondisi kelebihan impor tersebut tidak terlepas dari masih minimnya jumlah perusahaan yang berkecimpung di sektor hortikultura, seperti produk buah-buahan, rempah, dan bunga. Hal ini selanjutnya menyebabkan Indonesia sangat terlambat memanfaatkan peluang ekspor komoditas tersebut, padahal pangsa pasar di luar negeri menunjukkan kecenderungan terus meningkat
Dimyati menambahkan, Promosi Hortikultura 2007 diikuti oleh produsen, asosiasi dan perhimpunan hortikultura, pelaku usaha hortikultura maupun industri terkait, institusi pemerintah yang menangani pengembangan komoditas hortikultura, baik pusat maupun daerah, perwakilan dari negara sahabat dan institusi internasional. Wahana ini diharapkan menjadi sarana tersosialisasinya berbagai informasi potensi-potensi pengembangan hortikultura di tanah air. “Saya berharap, acara ini dapat meningkatkan investasi yang sudah ada dan mampu menarik investasi baru di agribisnis hortikultura,” tandas Dimyati.
Pergelaran tahunan tersebut bertujuan menyebarluaskan informasi tentang potensi, prestasi, dan kemajuan yang telah dicapai di bidang hortikultura kepada para pengguna dan masyarakat. Di samping itu juga meningkatkan citra, apresiasi, dan cinta masyarakat terhadap produk hortikultura nasional.
Yan Suhendar