Dengan mengembangkan kawasan berbasis peternakan sapi perah berkapasitas 5.000 ekor yang dikelola secara terpadu tanpa limbah, Sukabumi berniat membangun “hotel”.
Tekad Pemkab Sukabumi untuk menjadi salah satu sentra agribisnis persusuan tampaknya bukan isapan jempol semata. Paling tidak itu terlihat dari program pengembangan kawasan berbasis sapi perah di bekas perkebunan teh Pasir Salam di Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung.
Hotel Sapi Perah
Di areal seluas 350 ha itu akan dibangun “hotel sapi perah”, begitu Asep Sugianto, Kepala Dinas Peternakan Sukabumi menyebutnya. Di hotel tersebut kelak akan terdapat usaha perbibitan, budidaya, pengolahan hasil, pengolahan pakan ternak, tempat diklat, lapangan eksibisi, sekaligus menjadi obyek agrowisata.
Kini di lokasi yang dulu dikelola PT Tukishima Indomilk itu terdapat peternakan sapi perah berpopulasi 600 ekor dengan menempati areal seluas 20 ha. Sisanya berupa kebun rumput pakan ternak unggul. Sapi-sapi tersebut milik sekitar 100 anggota Koperasi Peternak Sapi Perah Pasir Salam. “Kami di sini menyambut baik adanya rencana besar pemerintah ini yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan peternak,” komentar A. Dedi D. Sopian, Ketua Koperasi Peternak Sapi Perah Pasir Salam.
Asep menambahkan, pada tahap awal tahun ini sudah dibangun kandang pembibitan dengan kapasitas 350 ekor, dan telah disiapkan bibit sapi sebanyak 120 ekor yang akan segera dikembangkan dengan menempati lahan 50 ha. Peternakan sapi perah yang sudah ada, lanjut Asep, menjadi cikal bakal pengembangan hotel sapi perah. Ke depan diharapkan, produk yang dihasilkan dari kawasan terpadu ini tidak terbatas pada susu segar tetapi juga berbagi bentuk susu olahan seperti susu pasteurisasi dan yoghurt. Dari sini pula suplai pedet jantan, sapi perah jantan dan ternak afkir mengalir untuk digemukkan sebagai sapi pedaging. Tak ketinggalan tentu saja produksi pupuk kandang.
Kandang Koloni
Kandang yang akan dibangun berbentuk koloni dengan kapasitas 100 ekor/kandang. Kandang ini disewakan kepada peternak yang masing-masing akan memperoleh satu paket kandang untuk 10 ekor sapi perah, rumah jaga, dan gudang serta kebun rumput dengan total lahan setengah hektar. Jadi, satu kandang koloni dikelola 10 peternak. Jangka waktu sewa kandang maksimal selama 5 tahun dan dapat diperpanjang. “Dengan sistem sewa, diharapkan hanya peternak sapi perah saja yang tinggal di lokasi kawasan,” tandas Asep.
Target jumlah kandang koloni yang akan dibangun pemda sebanyak lima unit. Tahapan pembangunannya satu unit per tahun. Total jendral, hotel sapi perah ini ditargetkan mampu menampung 5.000 ekor sapi perah. Kalau satu kandang berkapasitas 100 ekor, berarti dibutuhkan 45 unit lagi. Pemda berharap, para peternak sapi perah di Selabintana yang akan dipindah ke hotel dan para investor baru membangun sendiri kandang mereka.
Pengelolaan kawasan tersebut dilaksanakan secara sinergis. Masing-masing unit usaha yang diintegrasikan saling mendukung, saling memperkuat, dan saling ketergantungan dengan memanfaatkan secara optimal seluruh potensi sumber adaya yang dimiliki melalui prinsip tanpa limbah (zero waste).
“Dengan prinsip zero waste, terjadi siklus daur ulang limbah secara berkesinambungan yang hasilnya bermanfaat bagi peningkatan efisiensi usaha dan nilai tambah ekonomi bagi usaha-usaha yang diintegrasikan antara sapi perah, perkebunan teh, dan tanaman pangan (jagung),” Asep menyudahi wawancaranya dengan AGRINA.
Yan Suhendar