Jumat, 28 September 2007

Media Belut Ala Hadifa Eels Farm

Permintaan belut hidup dan olahan di pasar domestik maupun ekspor hingga kini baru separuhnya terpenuhi. Karena itu prospek usaha budidaya belut masih terbuka.

Hampir 85% pasokan belut masih mengandalkan dari tangkapan alam. Budidaya belut relatif belum berkembang karena pembenihan ikan licin yang bertelur sekali sepanjang hidupnya ini belum banyak dikuasai praktisi. Kendala lainnya, penguasaan teknologi pembuatan media masih kurang. 

 

Media Harus Matang

Sumarno, pengelola Hadifa Eels Farm & Trading di Kampung Sokonilo, Desa Sidoluhur, Kec.Godean, Kab. Sleman, Yogyakarta, menyatakan kematangan media menjadi  kunci  dalam budidaya belut. Ciri media yang matang, antara lain tidak mengeluarkan gelembung gas, letupan, dan bau saat media ditekan dengan tongkat. Jika mengeluarkan gelembung pun, di dalamnya tidak boleh ada gas berwarna putih.

Gas di dalam gelembung merupakan indikator yang menunjukkan suhu media masih tinggi. Jika pembudidaya menebar benih ke dalamnya, belut akan muncul ke permukaan dengan bercak merah di leher dan mati tak lama kemudian. Selain itu, belut akan bergerombol di pojok kolam yang kondisinya paling sesuai.

Syarat lainnya, campuran tanah dan bokashi (kompos hasil fermentasi) yang merupakan bahan media telah menyatu. Dengan demikian, teksturnya lunak tapi masih agak kompak layaknya tanah sawah untuk menanam padi. Ciri penting lainnya, media dihuni cacing berwarna merah, hitam, dan cokelat yang menunjukkan seluruh media telah kondusif sehingga belut dapat hidup di dalamnya. 

Media akan matang dalam waktu 2—3 minggu setelah berada di kolam budidaya. “Semakin lama waktunya, akan semakin baik,” terang Sumarno. Air untuk budidaya sebaiknya selalu mengalir, “Meskipun ibaratnya hanya menetes,” tambahnya. Aliran air dibutuhkan untuk suplai oksigen dan menjaga kualitas air agar selalu baik.

Derajat keasaman (pH) air yang baik berkisar 5—7 dan suhu lingkungan di antara 19o— 25oC, meskipun belut tetap bisa tumbuh pada suhu 32oC, misalnya di pantai utara Jawa. Lokasi budidaya belut sebaiknya pada ketinggian 200—300 meter di atas permukaan laut (dpl) sehingga dapat tumbuh optimal. Dalam menentukan lokasi, pembudidaya juga harus menghindari kawasan industri yang berpotensi mencemari lingkungan perairan.

         

Pembuatan Media

Media dapat dibuat di luar atau di dalam  kolam budidaya yang sebelumnya disterilisasi dengan kapur selama 10 hari. Jika dibuat di kolam sedalam 1 m dan luas 25 m2, lapisan pertama media adalah potongan jerami padi setebal 40—50 cm. Lapisan selanjutnya, pupuk urea dan NPK, masing-masing 5 kg, lalu disusul tanah gembur atau lumpur setinggi 10 cm.. 

Media itu kemudian ditaburi pupuk kandang berupa kotoran kambing setinggi 5 cm dan mikrobia starter untuk proses fermentasi. Langkah berikutnya, penaburan tanah, cincangan jantung dan bonggol pisang, serta tanah lagi masing-masing setebal 5, 10, dan 15 cm. Setelah tersusun, media dialiri air hingga becek selama 2—4 minggu. Kondisi ini  harus tetap dijaga agar proses fermentasi berlangsung sempurna. Jika mengering, segera tambahkan air secukupnya.

Dalam waktu 2—4 minggu, lakukan pengecekan kematangan media dengan menancapkan bambu untuk mengetahui adanya gas, warna, atau bau tertentu. Selama fermentasi, media dikocok dengan menggunakan bambu agar lekas matang. Setelah  matang, alirkan air  3—4 hari guna menghilangkan racun yang ada di kolam.

Sehari sebelum ditebari, kolam ditaburi 50 gram vetsin atau ramuan jamu perangsang nafsu makan berupa bawang putih, kencur, jahe, kunyit, lengkuas, dan temulawak yang diblender serta daun sirih yang difermentasi. Benih ditebar sebelum pukul 07.00 atau setelah pukul 17.00 dengan kepadatan 1—1,5 kg per m2. Ukuran benih 70—80 ekor per kg. Harga pasaran benih saat ini rata-rata Rp27.500 per kg.

Belut adalah ikan pemakan hewan air sehingga keberadaan udang renik dan protozoa di dalam media harus selalu tersedia. Caranya, dengan penggunaan pupuk yang mencukupi dalam pembuatan media. Untuk meningkatkan populasi plankton yang merupakan pakan udang renik, media ditambah starter. Pakan belut lainnya berupa cincangan katak hijau, cacing, bekicot, keong mas, ikan, dan kerang segar.

Jumlah pakan yang diberikan 5% dari jumlah benih yang ditebar sehingga 40 kg benih memerlukan 2 kg pakan per hari. Belut dipelihara selama 4—5 bulan sampai berukuran 10—20 ekor per kg. Jika pembesarannya optimal, per kilogram benih dapat menghasilkan 10 kg belut konsumsi.

Kegagalan budidaya belut biasanya akibat kekurangan pakan, kekeringan, kanibalisme, air tidak mengalir, dan suhu yang tinggi. Ancaman lainnya datang dari hewan pemangsanya, yaitu ular, bebek, burung belibis, dan berang-berang. Pengendalian hewan-hewan ini ddapat dilakukan dengan memagar kolam dan membuat kolam yang letaknya dekat  rumah tinggal supaya mudah diawasi.

 

Faiz Faza (Yogyakarta)

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain