Importasi tepung daging dan tepung tulang (meat & bone meal – MBM) ilegal sudah sering terjadi. Kenapa selalu terulang?
Tingginya harga MBM dari negara-negara produsen yang diizinkan pemerintah Indonesia memancing terjadinya importasi ilegal dari negara terlarang. MBM ini cukup banyak dibutuhkan industri pakan unggas sebagai salah satu bahan baku. Jumlah kebutuhan mereka mencapai 250.000—300.000 ton per tahun.
Menurut Fenni Firman Gunadi, Sekjen Asosiasi Pengusaha Pakan Ternak Indonesia (GPMT), pelaku impor ilegal tergiur mendatangkan MBM selundupan karena memang dari sisi harga jatuhnya lebih murah dibandingkan yang resmi. Namun MBM ini berisiko membawa bibit penyakit yang membahayakan peternakan dalam negeri.
Fenni yang juga pimpinan PT Berlian Unggas Sakti, produsen pakan di Medan, menambahkan, dulu modus kejahatan importasi MBM ilegal ini dilakukan dengan memalsukan dokumen impor sebagai tepung daging unggas (poultry meat meal - PMM). Kasus terbaru si pelaku menggunakan surat keterangan sebagai pakan burung (bird feed).
Berdasarkan penelusuran, sudah ada empat kali kasus sejak kejadian penyelundupan MBM terakhir. Pertama, pada 26 September 2006 ditemukan 260 peti kemas berisi MBM asal Spanyol yang diduga terjangkit penyakit sapi gila (Bovine Spongiform Encephalopathy/BSE) di Pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta Utara. Selang dua bulan terungkap kejadian kedua, pada 16 November 2006, sebanyak 600 ton diselundupkan melalui pelabuhan yang sama.
Selang sehari kembali terungkap penyelundupan 205 peti kemas MBM yang mengandung bibit penyakit sapi gila di Pelabuhan Tanjung Priuk. Terakhir, periode Juni—Juli, penyelundupan MBM dari Inggris sebanyak 112 peti kemas yang juga diduga mengandung penyakit sapi gila/BSE yang dilakukan importir berinisial TMW.
Karena itu, Sofjan Sudardjat, Ketua Dewan Pakar National Trade Corruption Watch, meminta pemerintah menindak tegas perusahaan yang melakukan importasi ilegal. Sanksinya diharapkan bukan berupa sanksi administrasi dengan pencabutan izin saja, tapi juga harus dengan sanksi hukum. “Penanganan hukum yang tidak tegas membuat kejadian ini selalu berulang kembali,” komentar mantan Dirjen Peternakan ini.
Akan Tegas
Menanggapi kasus tersebut, Mentan Anton Apriyantono menyatakan akan menindak dengan tegas pelakunya ke pengadilan dan barang bukti yang ada akan dimusnahkan. "Ini masalah etika moral. Mentalitas penyelundup yang mau untung sendiri tanpa mau berpikir panjang soal masa depan peternakan,” kata Mentan.
Pihak Deptan menduga pelaku penyelundupan MBM itu adalah pemain lama. Mereka sudah sering menyelundupkan MBM dengan menggunakan nama perusahaan berbeda-beda. "Karena itu harus dihukum tegas, apalagi diduga sudah melakukan berkali-kali," tandas Anton.
Sempat beredar kabar bahwa sebanyak 50 peti kemas dari 112 peti kemas barang bukti MBM ilegal yang direncanakan akan dimusnahkan lolos ke pasaran. “Jika kejadian ini benar, sangat menampar penegakan hukum dan semakin menunjukkan penanganan selama ini masih dapat diakali oleh pelaku tak bertanggung jawab,” ucap Budiarto Soebijanto, Ketua Umum GPMT dengan geram.
Namun sinyalemen itu dibantah Syukur Iwantoro, Kepala Badan Karantina Pertanian, Deptan. Selain, ia belum menerima laporannya, kejadian itu juga menurutnya tidak mungkin terjadi karena semua bahan baku pakan impor harus masuk jalur merah. Jadi, pemeriksaan dilakukan secara bersama-sama antara Badan Karantina dan Bea Cukai. “Jadi sudah sangat ketat, kalaupun ada yang lolos, maka sanksi tegas akan diberikan kepada petugas yang lalai di lapangan,” tegasnya.
Yan Suhendar
Maaf, Harga Pakan Naik! Harga bahan baku pakan terus merangkak naik. Akibatnya, harga pakan pun ikut terkatrol. Harga hampir semua jenis bahan baku utama pakan ternak kini dalam keadaan menjulang. Harga MBM asal Australia mencapai US$450—US$470 per ton (CNF), sedangkan yang dari Amerika Serikat berkisar US$380—US$400 per ton (CNF). Sementara harga jagung lokal franco Jakarta Rp2.250 per kg, dan jagung impor (US$253 per ton dengan tambahan bea masuk 5 persen dan tambahan biaya lainnya) sekitar Rp2.800 per kg. Bungkil kedelai asal Amerika Serikat dipatok US$360 per ton (CNF). Mahalnya bahan baku tersebut menyebabkan harga pakan ternak terus bergerak naik hingga 26 persen. Enam bulan lalu harga pakan ayam broiler per sak masih sekitar Rp135.000, tetapi sekarang menjadi Rp170.000. “Kenaikan harga pakan memukul peternak karena pakan menyerap 70—75 persen dari biaya produksi. Beban biaya produksi ini pada akhirnya ditanggung masyarakat,” ujar Tri Hardiyanto, Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN). Sayang hingga kini Deptan belum memberikan jalan keluar untuk mengendalikan laju peningkatan harga pakan unggas. Peternak terpaksa harus menanggung beban biaya produksi yang tinggi. Imbasnya harga telur dan daging pun naik. Yan Suhendar |