Selasa, 4 September 2007

Di Balik Sukses KPSBU

Dalam waktu sepuluh tahun, produksi susu segarnya meningkat dua kali lipat. Kualitasnya pun memenuhi standar industri sehingga harganya paling tinggi di Indonesia.

Itulah pencapaian Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU), Lembang, Jabar. Alhasil, tahun lalu tempat bernaung lebih dari enam ribu peternak sapi perah ini meraih penghargaan sebagai koperasi terbaik dari Kementerian Koperasi dan UKM.

 

Kerjasama untuk Kualitas dan Kuantitas

Menurut Dedi Setiadi, Ketua KPSBU, yang ditemui AGRINA di Lembang, produksi susu segar KPSBU pada 1996 sebanyak 56 ton per hari, kemudian meningkat menjadi 110 ton per hari tahun silam. Rata-rata pertumbuhan produksi sebanyak 10% per tahun.

""Lebih jauh Dedi mengungkap, peningkatan tersebut turut didorong oleh upaya pengembangan susu segar PT Frisian Flag Indonesia (FFI), produsen susu Cap Bendera di Jakarta, yang menampung susu segar dari KPSBU sejak 2002. “Saat ini, 95 ton per hari kami suplai ke FFI, sisanya ke ritel dan agen penjualan kita sekitar 15 ton per hari,” papar pria yang baru terpilih menjadi Ketua Umum Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) ini.

Memang diakui Dedi, produksi KPSBU sempat mengalami penurunan saat musim kemarau 2006. Sekitar delapan bulan susu produksi para anggota turun sampai 30%. Ketika itu, kualitas sapi mereka tidak terlalu baik. Mereka kemudian melakukan perbaikan sehingga sekarang produksi sudah mulai stabil lagi.

Hingga sekarang, sudah tercatat sekitar 6.092 peternak menjadi anggota KPSBU. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.500 orang terbilang anggota aktif yang memelihara 15.947 ekor. Padahal, pada 2001, jumlah anggota masih 4.595 peternak dengan  populasi sapi sekitar 12.000 ekor.

Dilihat dari jumlah kepemilikan sapi dan sifat usahanya, anggota koperasi ini terbagi tiga golongan. Golongan pertama, peternak yang membudidayakan sapi perah sebagai sampingan dengan kepemilikan 1—2 ekor. Golongan kedua, peternak pelaku cabang usaha dengan 3—5 ekor. Golongan ketiga, pelaku usaha pokok dengan populasi lebih dari 5 ekor.

Berkat kerjasama dengan berbagai pihak, produktivitas para peternak tersebut membaik. Dengan FFI misalnya, mereka memperoleh pengetahuan untuk meningkatkan kualitas susu segar, higienisitas, dan sanitasi peralatan susu. Selain itu, peternak pun mendapatkan penyuluhan dan manajemen peternakan.

Hal tersebut berdampak positif. Kualitas dan kuantitas susu meningkat, pendapatan peternak ikut terdongkrak sehingga kesejahteraan keluarga mereka makin baik. “Sebagai usaha koperasi, tentu seluruh pendapatan adalah milik para peternak yang menjadi anggota KPSBU,” lanjut Dedi yang juga memelihara sapi perah ini.

 

Harga Tertinggi

Tatkala konsumen mengeluhkan kenaikan harga susu beberapa bulan terakhir, para anggota KPSBU malah tengah tersenyum. Pasalnya, harga susu mereka kini menduduki peringkat tertinggi di Indonesia karena memenuhi syarat yang ditetapkan industri pengolahan susu (IPS), dalam hal ini pihak FFI.

Tatang Kurnia, peternak anggota KPSBU di Kampung Cihideng, Desa Gudang Kahuripan, Lembang mengatakan, saat ini harga susu di tingkat peternak sudah mencapai Rp2.685—Rp2.985 per liter. Padahal awal tahun ini harga susu masih bertengger di kisaran Rp2.000—Rp2.300 per liter.

Ayi Rahmat, peternak KPSBU di Desa Cikahuripan, Lembang, juga mengungkap hal senada. Setiap hari ia mampu menghasilkan susu dengan kualitas B1 (tingkatan tertinggi) dan total solid (TS) 12%. Karena itu ia menerima harga berkisar Rp2.625—Rp2.950 per liter.

Bicara soal kualitas susu, Dedi dengan bangga menuturkan, 99% dari total volume produksi susu anggota memenuhi standar kualitas yang diinginkan IPS. Hal ini tak terlepas dari kerja para penyuluh profesional yang digaji koperasi. Begitu ada peternak yang kualitas susunya jelek, penyuluh langsung mendatangi peternak tersebut dan memberikan bimbingan dalam perbaikan kualitas. “Selama ini, banyak peternak yang menjadi anggota karena merasakan ada pelayanan KPSBU dan koperasi tidak terlalu profit oriented,” jelas Tatang

Di KPSBU sekarang ada beberapa program bagi para anggotanya. Sebut saja simpan pinjam tanpa bunga, subsidi pakan ternak, dan pengobatan gratis bagi sapi milik anggota yang dilakukan setahun lima kali.

Setiap tahun koperasi juga menyisihkan anggaran sebesar Rp300 juta—Rp400 juta untuk membeli sapi. Sapi ini selanjutnya diberikan kepada peternak. Sebagai kompensasi, peternak membayar dengan menjual susunya ke koperasi seharga sapi tersebut tanpa bunga.

Terakhir, ketika akhir Ramadhan tiba, layaknya pegawai, peternak mendapatkan tunjangan hari raya (THR). KPBSU telah menyiapkan dana hingga Rp1 miliar untuk pembayaran THR dan pembelian susu  saat itu.

 

Yan Suhendar

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain