Selasa, 4 September 2007

Peluang Gede Kambing PE

Tidak salah bila Anda tertarik beternak kambing Peranakan Ettawa (PE). Harga anakannya tak pernah turun. Belum lagi dari penjualan susu dan pupuk kandangnya.

Sjambjah, Ketua Kelompok Tani Ternak (KTT) Kambing PE Mandiri, Dusun Nganggring, Girikerto, Turi, Sleman, Yogyakarta, telah merasakan betapa menguntungkannya beternak kambing ini. Menurut dia, skala usaha kambing PE yang menguntungkan minimal berjumlah 10 ekor, terdiri dari 9 ekor induk betina dan seekor pejantan.

 

Tiga Sumber Pendapatan

Kambing PE bisa beranak tiga kali dalam dua tahun dan rata-rata dua ekor per kelahiran. Jadi, dari 9 ekor induk tersebut akan diperoleh anakan 54 ekor dalam dua tahun. Harga anakan umur 4—6 bulan berkisar Rp2 juta per ekor bergantung kualitasnya.

Jika dihitung ada 4 ekor yang mati, pendapatan dari penjualan anakan (cempe) selama dua tahun sekitar Rp100 juta. “Padahal cempe kelas A umur 1—2 bulan saja harganya sudah lebih dari Rp1 juta dan umur 3 bulan lebih dari Rp3 juta. Untuk kelas B umur 4—6 bulan, harganya Rp2 juta—Rp3 juta,” terang Sjambjah. Kebanyakan cempe yang dihasilkan (75%) adalah kelas B.

Selain cempe, peternak juga mendapatkan susu. Seekor kambing sehabis melahirkan dapat diperah selama 100 hari dengan produksi rata-rata 0,5-0,8 liter per hari. Induk yang bagus dapat menghasilkan 2 liter susu per hari. Jika dihitung 0,5 liter per hari saja, dalam dua tahun seekor induk memproduksi 150 liter susu. Jadi, produksi susu 9 ekor induk sebanyak 1.350 liter. Di KTT Mandiri, susu peternak dibeli kelompok seharga Rp5.000 per liter. Dari sini dalam dua tahun peternak mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp6,75 juta.

Kambing PE juga menghasilkan kotoran sebagai pupuk yang harganya mencapai Rp3.000/kg. Pupuk kotoran kambing sangat disukai petani sehingga harganya tinggi. Seekor kambing membuang kotoran basah sekitar 0,5 kg basah atau 0,25 kg kering per hari. Jadi, 10 ekor kambing tersebut menghasilkan sekitar 2,5 kg pupuk yang senilai Rp7.500 per hari atau Rp.5,45 juta per dua tahun. Dengan begitu total pendapatan dari peternakan kambing skala 10 ekor mencapai Rp112 juta per dua tahun.

Pendapatan tersebut dikurangi biaya produksi yang berupa pakan, tenaga kerja, penyusutan kandang, dan biaya kesehatan berkisar Rp2.000/ekor/hari atau Rp14,6 juta. Pakan hijauan, seperti daun kaliandra dan sengon, diperoleh dari hutan, sedangkan pakan tambahannya berupa polar gandum.

Hitung punya hitung, keuntungan peternak dapat mencapai Rp97,4 juta per dua tahun atau sekitar Rp4 juta per bulan.

 

Tambah Stok Induk

Sjambjah menuturkan, permintaan anakan dan susu ke kelompoknya begitu besar. Permintaan itu datang dari konsumen lokal maupun internasional, seperti Malaysia dan Jerman. “Jumlah permintaan 300-1.000 ekor/bulan dan itu bisa kita penuhi,” jelasnya. Namun, untuk pasar ekspor baru Malaysia yang bisa dipasok, sekitar 100 ekor anakan PE kelas C per bulan.

Untuk mendapatkan pasokan sebanyak itu, kelompok menjalin kemitraan dengan para peternak kambing PE di luar Sleman, seperti Malang, Jepara, Purwodadi, Banjarnegara, Cilacap, Purwokerto, dan Lumajang yang dulu mengambil bibit dari KTT Mandiri. “Kalau mengambil bibit dari sini, maka kita tanggung pemasarannya,” tegas pemilik 30 ekor kambing ini. Setiap Rabu, KTT Mandiri menyelenggarakan pasar jual beli kambing. Jumlah kambing yang diperjualbelikan sekitar 250 ekor.

Seiring semakin tingginya permintaan susu kambing PE untuk pengobatan, KTT Mandiri akan menambah stok induk 600 ekor. “Sekarang masih kurang karena permintaannya berkuintal-kuintal, sedangkan induknya hanya 250 ekor,” ujar Tamto yang menangani produksi susu KTT Mandiri.

 

Faiz Faza (Yogyakarta)

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain