Senin, 3 September 2007

SUARA AGRIBISNIS : Agribisnis Paradigma Baru Pertanian

“Agribisnis adalah cara atau paradigma baru melihat pertanian. Paradigma baru itu sesuai dengan perkembangan perekonomian bangsa-bangsa di dunia,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000–2004, saat diwawancarai AGRINA.

 

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan agribisnis itu?

Dulu, pertanian itu hanya dilihat sebagai usaha bercocok tanam, memelihara ternak, atau memelihara ikan. Bila ada orang yang mengatakan pertanian, dalam bayangan kita adalah pak tani dengan caping dan pacul. Pekerjaannya memacul sawah dan menggembala kerbau atau sapi. Itulah pertanian dan memang begitulah pertanian. Hasil usahanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, bila ada sisa baru dijual ke pasar. 

Pertanian sekarang termasuk di Indonesia sudah banyak berubah. Pertanian tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan petani dan keluarganya, tapi pertanian sudah berusaha untuk mengisi pasar. Petani itu sudah tidak tahu lagi siapa yang mengonsumsi hasilnya. Petani sawit atau karet di Sumatera yang produksinya diekspor, berarti produknya akan dikonsumsi masyarakat di belahan dunia lain. Selain itu, petani sekarang sudah membutuhkan benih unggul, pupuk, pestisida, dan traktor yang tidak dihasilkan sendiri. Petani sudah terintegrasi dengan pasar dari input dan output-nya.

Pertanian juga membutuhkan pembiayaan dari jasa perbankan, penemuan baru untuk peningkatan kualitas dari jasa penelitian, dan SDM berkualitas dari dunia pendidikan. Jadi, pertanian bukan lagi way of life, tapi pertanian sudah merupakan bisnis, farming is business. Jadi petani sekalipun masih menggunakan caping adalah businessman atau pengusaha.

 

Berarti pertanian hanya merupakan subsistem dari agribisnis?

Ya. Pertanian hanyalah salah satu subsistem dari sistem yang lebih besar, yakni sistem agribisnis. Sedangkan sistem agribisnis mencakup empat hal. Pertama, industri hulu pertanian yang disebut juga agribisnis hulu atau up stream agribusiness, yakni industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian seperti industri agro-kimia (pupuk, pestisida, obat-obat hewan), industri agro-otomotif (alat dan mesin pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian), dan industri pembibitan/perbenihan tanaman/hewan.

Kedua, pertanian dalam arti luas yang disebut juga on farm agribisnis, yaitu pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Ketiga, industri hilir pertanian yang disebut juga agribisnis hilir atau down stream agribusiness, yakni kegiatan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan, baik produk antara maupun produk akhir. Dan keempat, jasa penunjang agribisnis, yakni perdagangan, perbankan, pendidikan, dan lainnya.

Keterkaitan satu dan lainnya sangat erat sehingga dapat dikatakan pertanian yang hanya di usaha taninya saja sekarang ini tidak bisa terlepas dari industri hulu, industri hilir, dan jasa penunjangnya. Bahkan kalau kita ingin membangun pertanian, yang utama tidak lagi di usaha taninya tapi justru di luar itu, seperti industri hulu, industri hilir, dan jasa penunjangnya. Inilah salah satu cara pandang dan bertindak yang baru itu.

 

Apa implikasinya sistem agribisnis ini?

Hal itu dapat dilihat pada pendapatan domestik bruto (PDB). Peranan pertanian semakin lama semakin berkurang, dari sekitar 60% pada 1960-an sekarang hanya tinggal sekitar 16%. Karena itu banyak orang mengatakan pertanian tidak penting lagi. Tapi kalau kita kaitkan dengan off farm agribusiness, yaitu hulu, hilir, dan jasa penunjangnya sehingga menjadi suatu sistem agribisnis, maka peranannya sekarang itu sekitar 49%. Dengan peranannya yang hampir 50%, maka agribisnis adalah kluster bisnis terbesar di Indonesia.

Fenomena itu tidak hanya berlangsung di Indonesia tapi juga di negara-negara maju. Contoh Amerika Serikat. On farm agribusiness sekarang ini di AS hanya 3% dari total PDB mereka. Tapi peranan sistem agribisnisnya masih 28%.

Jadi industri hulu, industri hilir dan jasa penunjangnya punya pangsa pasar yang lebih besar. Di sinilah letaknya masa depan kesempatan agribisnis. Off farm agribusiness tersebut sangat besar peranannya karena nilai tambah yang besar ada di situ. Hal itu disebabkan off farm agribusiness banyak menerapkan teknologi, manajemen, dan organisasi modern yang aplikasinya lebih mudah dibandingkan penerapan pada on farm.  Tapi on farm sebagai inti sistem agribisnis tidak bisa dilupakan sebab tidak akan ada off farm bila tidak ada on farm.

 

Jika demikian ke depan Indonesia lebih tepat membangun sistem agribisnis daripada membangun pertanian saja?

Benar. Sebab membangun pertanian saja tidak mungkin mewujudkan perekonomian modern dan berdaya saing. Kita harus membangun sistem agribisnis yang berarti mengintegrasikan pembangunan pertanian, industri, dan jasa penunjangnya. Pendekatan pembangunannya juga harus berubah, dari pendekatan sektoral, parsial, dan non-sistemik menjadi pendekatan yang intersektoral, holistik, dan sistemik. Perubahan ini dilakukan mulai dari tataran pemerintah, pelaku bisnis, penelitian, sampai pendidikan.

Dalam inisiatif dan pelaksanaan pembangunannya pun berubah. Dulu pembangunan pertanian didominasi inisiatif dan pelaksanaannya oleh pemerintah. Sedangkan pembangunan sistem agribisnis sekarang, inisiatif dan pelaksanaannya didominasi masyarakat, yang terdiri dari pengusaha besar, menengah, kecil, dan koperasi.  Oleh karena pembangunan agribisnis sebagian besar dilaksanakan di pedesaan berarti sekaligus membangun perekonomian rakyat dan perekonomian daerah.

 

Untung Jaya

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain