Selain berkutat dengan masalah penyakit dan fluktuasi harga, petani lele Lampung juga dihadapkan pada mahalnya biaya pakan yang menekan marjin keuntungan.
Dibandingkan Jawa Barat dan Jawa Timur, usaha budidaya lele di Kota Metro, Lampung terbilang baru. Perkembangan budidaya ikan tidak bersisik ini baru marak sekitar sepuluh tahun terakhir. Melihat hasilnya yang “wah”, banyak petani ikut-ikutan memelihara lele. Namun tak sedikit pula yang akhirnya gulung tikar akibat tajamnya fluktuasi harga.
Harga lele biasanya melemah pada periode Februari—Agustus hingga Rp4.000 per kilo. Akhir Agustus harga lele mulai naik, bahkan memasuki September melonjak sampai Rp9.000 per kilo. Bukan hanya panen, stok ikan sungai yang melimpah juga mempengaruhi harga jual lele. Saat ikan laut susah, banyak warga yang membeli lele, tapi hal ini tidak begitu mendongkrak harga.
Manfaatkan Sawah Kering
Adalah Suyanto, warga Lingkungan III RT 10, Margarejo, Kota Metro Selatan yang merintis budidaya lele pada 1997. Bermodalkan pinjaman bank sebesar Rp3 juta, ia membeli sepetak sawah dan membuat empat kolam di tempat tersebut. Pegawai BKKBN Kota Metro ini tertarik memelihara lele karena pada musim gadu (kemarau) persawahan di Metro Selatan tidak kebagian air sehingga tidak bisa ditanami padi.
Setelah sepuluh tahun, kini kolamnya mencapai 11 petak, sebagian telah dibeton agar tidak dilubangi lele. Selain itu, ia pun memiliki mesin pompa untuk menyedot air supaya tidak bergantung pada air irigasi.
Melihat keberhasilan Yanto, banyak warga sekitar yang mulai menggali sawahnya untuk dibuat kolam lele. Dalam kurun waktu tiga tahun, ratusan kolam lele dibuat di kecamatan tersebut.
Namun, sejak harga lele merosot sampai Rp4.000 per kilo pada 2005, banyak warga yang mulai menanam padi. Sementara, Yanto dan sejumlah petani lele lainnya terus bertahan karena kadung suka lele. Sebelum mengupayakan, ia telah mencoba memelihara ikan mas, tapi sering terserang penyakit dan merugi. Sampai akhirnya mendengar bahwa lele lebih tahan terhadap penyakit dan langsung mencobanya.
Bulan silam, ia panen 700 kilo lele yang langsung dijual ke pedagang pengumpul seharga Rp7.300 per kilo. Untuk mencapai umur panen, dibutuhkan waktu sekitar 2,5 bulan dengan menggunakan pakan komersial (pellet). Ia mengaku keuntungan yang diperolehnya sangat tipis mengingat harga pakan mencapai Rp143 ribu per karung (30 kg). Sementara untuk memperoleh 1 kilo lele membutuhkan 1 kilo pakan. “Jadi wajarnya harga lele ya Rp8.000 per kilo,” harapnya.
Mampu Tanggulangi Penyakit
Sementara itu Djoko, petani lele yang lain, mengaku, memelihara lele setelah melihat keberhasilan Yanto. Menurutnya, lele lebih tahan penyakit dibandingkan ikan mas dan patin. Namun, “Bukan berarti lele tidak ada penyakitnya, tapi tiap kali muncul bisa ditanggulangi,” ungkapnya. Ia memperkirakan penyakit muncul karena suhu air berubah-ubah dalam waktu cepat. Jika muncul serangan, di antaranya kudisan, kurap, bintik merah, dan moncong bercak, langsung diatasi dengan obat-obatan yang dibeli dari toko pakan.
Hingga kini pembudidaya lele di Metro belum membentuk koperasi yang bisa menampung produksi anggota. “Yang ada baru kelompok yang diharapkan menjadi cikal bakal koperasi,” jelas Djoko. Selain itu, mereka memerlukan pembinaan dari instansi terkait, terutama berkaitan dengan permodalan dan pemasaran. Dana dibutuhkan untuk membeli stok pakan, sedangkan pembinaan dari pemerintah diharapkan akan memfasilitasi kemitraan dengan pabrikan pakan.
Syafnijal (Kontributor Lampung)
No
Pengeluaran
Ukuran
Jumlah
Harga Satuan
Total Harga
Total
I
1. Bibit
5 – 7 mm
5.000 ekor
Rp60
Rp 300.000
Rp 300.000
2. Pakan
781-2
1 karung
Rp145.000
Rp 145.000
781
10 karung
Rp148.000
Rp1.480.000
SPLA-3
2 karung
Rp143.000
Rp 286.000
Rp1.911.000
3. Tenaga Kerja
a. Pembersihan Kolam
1 orang
1 hari
Rp 20.000
Rp 20.000
b. Pengisian Air
Rp 50.000
Rp 50.000
c. Pemeliharaan
1 orang
75 hari
Rp 2.000
Rp150.000
d. Pengurasan
Rp 50.000
Rp 50.000
e. Pemanenan
3 orang
1 hari
Rp 16.500
Rp 60.000
Rp 320.000
4. Obat-obatan
Neubro
120 gr
Rp21.000
Rp21.000
Koralin
100 gr
Rp16.500
Rp16.500
Rp 37.500
Total Pengeluaran
Rp2.568.500
II
Hasil Panen
Konsumsi
450 kg
Rp 7.000
Rp3.150.000
III
Keuntungan
Rp 581.000
Catatan :
1. Kematian 10%
2. Kondisi air tidak standar (kekeringan)
3. Harga standar