Saat situasi ekonomi sulit seperti sekarang, jambu biji tetap menawarkan peluang bisnis yang menjanjikan.
Salah satu alasannya, tanaman asal Amerika Selatan ini mampu berbuah sepanjang tahun, alias tidak mengenal musim. Nasri misalnya, petani di kawasan Citayam, Bogor, ini rutin memanen jambu bijinya dua hari sekali. Dari lahan seluas 2.500 m2 yang ditanami 60 pohon, ia mendapatkan 70—300 kg jambu biji segar sekali panen. “Pohonnya memang nggak banyak, tapi hasilnya lumayan,” ungkap Nasri.
Lima Kali Panen Raya
Jambu biji merah dari kebun Nasri dijual dengan harga Rp2.500—Rp4.500 per kilo. Menurut Nasri, harga jambu berfluktuasi menurut musim. Menurut pengalaman pria kelahiran Jakarta ini, panen raya jambu berlangsung 4—5 kali setahun. Saat panen raya, hasil panennya mencapai 3—4 kuintal, tapi harga jualnya lebih rendah, hanya Rp2.500 per kilo. Sebaliknya, di luar panen besar, produksi tanamannya hanya sekitar 70 kg. Namun harganya bisa mencapai Rp4.500 per kilo.
“Saat ini jambu biji lagi susah, jadi harganya mahal,” tegas Nasri saat ditemui AGRINA bulan lalu. Satu kilo jambu biji ukuran super berisi empat buah, sedangkan jambu biji ukuran BS berisi enam buah. Khusus yang BS dijual dengan harga lebih murah, Rp3.000 per kilo. Dengan harga jual bervariasi dari Rp2.500—Rp4.500 sekilo dan produksi 70—300 kg, dia mendapat penghasilan Rp315 ribu—Rp750 ribu per panen.
Jambu biji (Psidium guajava) tergolong buah yang mudah dibudidayakan asal tahu kuncinya. Salah satunya adalah ketersediaan air. Menurut Nasri, sewaktu musim kemarau, penyiraman harus dilakukan dua hari sekali untuk menjaga kelembapan tanah. “Jika telat menyiram, pohon akan kering sehingga buah mudah rontok,” terangnya.
Petani Sekaligus Pengumpul
Agar hasil panen maksimal, ayah tiga anak tersebut memupuk tanamannya dengan campuran pupuk organik dan pupuk kimia. Kedua jenis pupuk tersebut diberikan dalam jumlah dan waktu yang berbeda. Pupuk NPK diberikan dengan cara ditabur di sekeliling tanaman tiga bulan sekali dengan dosis 250 gram per pohon. Sementara itu aplikasi pupuk organik tenggang waktunya lebih lama, enam bulan sekali sebanyak 10 kg per pohon. Pupuk organik ini dibuat sendiri dari campuran kotoran kambing miliknya dan rumput.
Masih menurut Nasri, tanaman yang berasal dari setek atau cangkok, biasanya mulai berbuah pada umur tujuh bulan. Namun, agar berkembang maksimal dan merata, jumlah buah dibatasi dua sampai tiga buah per tangkai.
Guna menghindari serangan lalat buah, tanaman disemprot satu minggu sekali dengan insektisida Decis. Sedangkan untuk memacu munculnya bunga dan mempercepat pertumbuhan buah, Nasri menggunakan larutan KN03 (kalium nitrat). “Saat buah berukuran sejempol kaki, saya bungkus biar nggak dimakan ulat (larva lalat buah, Red.),” paparnya. Dari mulai dibungkus sampai siap panen butuh waktu sekitar 1,5—2 bulan. Ada pun ciri buah yang siap panen terlihat dari warna kulit buahnya yang berubah dari hijau pekat menjadi hijau muda keputih-putihan.
Jambu biji Nasri dipasarkan ke Jakarta dan Surabaya melalui para pengepul yang datang ke kebunnya. Selain menjual buah dari kebun sendiri, dia juga mengumpulkan jambu dari 10 orang petani di sekitar kebunnya. “Keuntungan saya Rp500 per kilo. Kalau bantuin metik, saya ambil Rp1.000 per kilo,” akunya Nasri. Kesimpulannya, jambu biji budidayanya sederhana, hasil panennya melimpah, dan pasarnya masih terbuka. Anda ingin mencoba?
Selamet Riyanto