Senin, 20 Agustus 2007

Berbenah Jagung Ala Lampung

Usaha tani jagung adalah sebuah bisnis. Setiap bagian dari tataniaga jagung seharusnya  mendapat hasil yang adil.

Hal itu disampaikan Lloyd Le Page, Manager Pioneer Hi-Breed International, Inc. (anak perusahaan PT DuPont) dalam acara  pemberian bantuan mesin pengering jagung di Desa Kawat Sari, Kec. Sekampung Udik, Lampung Timur (9/8). Unit usaha pengering jagung tersebut selanjutnya dikelola dan dikembangkan menjadi unit usaha yang berkesinambungan oleh unit koperasi Kelompok Tani Manunggal Andalan Pioneer (MAP) Tani Manunggal sehingga petani mandiri secara finansial.

Perusahaan benih jagung hibrida dan pestisida multinasional yang beroperasi di 70 negara itu memberikan bantuan senilai US$75.000 (sekitar Rp686 juta) berupa  mesin pengering jagung berkapasitas lima ton per jam, mesin pemipil jagung, mesin pengayak, penyerap debu, dan sebuah gudang penyimpanan. PT DuPont Indonesia selanjutnya menyediakan dukungan teknis dan pelatihan manajemen bisnis kepada kelompok tani.

 

Pentingnya Pascapanen

Selain musim, harga jual jagung di tingkat petani sangat bergantung pada kualitas, terutama kadar air, kebersihan, dan bebas racun cendawan (aflatoksin). Jagung yang dipanen petani pada musim penghujan umumnya mengalami penurunan kualitas akibat tidak tersedianya fasilitas pascapanen yang memadai.

Peningkatan harga jagung dapat dicapai melalui penyediaan jagung pipilan berkualitas baik, kecepatan menjual, dan kemudahan akses ke pengumpul. Proyek percontohan pertanian yang digelar Pioneer Hi-Breed International, Inc. beserta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung bertujuan meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan hasil panen dan kualitas jagung pipilan.

Dilihat dari kancah nasional, Lampung terbilang nomor tiga terbesar pemasok produksi jagung nasional yang pada 2005 mencapai 12.013.710 ton. Menurut data Direktorat Budidaya Serealia, Ditjen Tanaman Pangan, Deptan, 2005,  produksi jagung  di Lampung mencapai 1.430.690 ton atau menyumbang 12% dari produksi jagung nasional.

Disamping sebagai sumber pangan masyarakat, jagung merupakan bahan baku industri pangan olahan dan pakan ternak yang kebutuhannya terus meningkat dari tahun ke tahun.  “Kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan ternak, makanan, dan minuman meningkat 10—15% per tahun,” ujar Hanafie Sirajuddin, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung

Meningkatnya konsumsi jagung nasional itu memberi angin segar pada para petani  menggenjot produktivitas tanaman jagungnya. Layaknya sebuah bisnis, pertanian harus dikerjakan secara serius dan menggunakan teknologi tinggi supaya produknya mempunyai daya saing. Demikian pula jagung, “Dengan agri input yang baik, produktivitas jagung dapat ditingkatkan sehingga pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat,” ujar Le Page.

Peningkatan produktivitas tanaman jagung dapat dicapai, antara lain dengan penggunaan benih jagung varietas unggul bermutu, terutama benih jagung hibrida yang produktivitasnya mencapai 7,5 ton per hektar. Sayangnya, penanaman benih jagung hibrida di Indonesia masih relatif rendah, baru mencapai 28%.

Peningkatan produksi jagung juga bisa diraih melalui perluasan areal tanam. Menurut Hanafie, Provinsi Lampung menargetkan luas areal tanam jagung sebesar 410.000 hektar dengan target produksi 1,5 juta ton. Jumlah ini meningkat 21% dari produksi tahun sebelumnya yang hanya  mencapai 1.183.982 ton. Sejumlah kabupaten di provinsi ini ditetapkan yang menjadi sasaran perluasan areal tanaman, yaitu Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Way Kanan.

 

Enny Purbani T., Selamet Riyanto.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain