Senin, 6 Agustus 2007

Pandanputri Calon Pesaing Pandanwangi

Umurnya lebih genjah, toleran terhadap hama wereng biotipe satu, dan nasinya tidak cepat basi.

Itu kelebihan padi varietas Pandanputri dibandingkan Pandanwangi yang kondang lebih dulu. Padi pandanwangi terkenal menghasilkan beras yang beraroma harum, pulen, dan nilai jual yang tinggi. Namun sayang, padi varietas lokal ini mempunyai kelemahan pada umur tanamannya yang panjang, sekitar enam bulan, baru bisa dipanen.

Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) sebagai salah satu institusi yang mempunyai komitmen mengembangkan inovasi termasuk di bidang pertanian melakukan terobosan pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi menggunakan sinar gamma. Teknologi ini diterapkan untuk mendapatkan varietas baru yang akan dilepas secara nasional maupun memperbaiki varietas-varietas lokal bernilai ekonomi tinggi tapi mengandung kelemahan. Salah satu yang dilakukannya adalah memperbaiki kekurangan Pandanwangi.

Dr. Moch. Ismachin, salah satu peneliti BATAN dalam pemuliaan pandanputri mengungkap, butuh waktu lama dan proses yang panjang untuk melahirkan varietas berkualitas. “Langkah pertama, biji kita iradiasi dengan dosis tertentu. Generasi pertama biasanya tanaman akan rusak karena kena iradiasi. Generasi kedua kita seleksi terhadap wereng. Tahap berikutnya kita seleksi lagi. Begitu seterusnya sampai mendapatkan turunan yang terbaik,” tambah ketua bidang pertanian Forum Peduli Aplikasi Iptek tersebut.

 

Keunggulan dan Kelemahannya

Setelah memakan waktu lebih dari satu dasawarsa penelitian, akhirnya dihasilkan varietas Pandanputri yang secara fisik sama dengan pandanwangi tetapi memiliki beberapa keunggulan. Umur padi Pandanputri lebih singkat dua bulan dibandingkan Pandanwangi. Potensi hasilnya yang 8 ton/ha gabah kering giling sedikit lebih tinggi daripada Pandanwangi yang 7,4 ton/ha GKG.

Kandungan proteinnya 8,3% lebih tinggi ketimbang Pandanwangi yang hanya 7%. Ini menyebabkan nasi Pandanputri tidak cepat berair. Sedangkan kandungan amilosanya lebih rendah, hanya 23%, daripada Pandanwangi yang 25%. Lebih rendahnya amilosa ini berdampak nasinya kurang pulen.

Kendati demikian, di luar keunggulannya, Pandanputri masih menyimpan kelemahan pada ukuran malainya besar sehingga bulir padinya sulit dirontokkan. Akibatnya dibutuhkan mesin khusus untuk merontokannya. Kelemahan yang sama juga terdapat pada Pandanwangi.

Awalnya para peneliti BATAN mengembangkan si Pandanputri di Kabupaten Cianjur karena Pandanwangi yang merupakan induknya adalah varietas lokal Cianjur. Namun berdasarkan hasil percobaan mereka, Pandanputri ternyata mampu beradaptasi dengan kondisi daerah di luar Cianjur. “Kami pernah mengujicobakannya di Karawang dan daerah pantai selatan Jawa, ternyata hasilnya bagus,” terang pria berkacamata ini.

Berbeda dengan varietas padi unggul tipe baru yang dikembangkan secara nasional untuk menunjang kenaikan produksi nasional, produksi Pandanputri hanya mencakup skala lokal. Pasalnya, target pasarnya untuk konsumen kalangan menengah ke atas yang mampu menjangkau harga berasnya yang lebih mahal dibandingkan beras tipe baru.

Bila dibandingkan Pandanwangi, harga Pandanputri lebih murah. Dengan kualitas beras mirip, ia memancing oknum untuk memalsukannya sebagai Pandanwangi. Bahkan banyak juga yang hasil oplosan dengan beras varietas lain. Pemalsuan ini menyebabkan anjloknya citra Pandanwangi dan rancunya status Pandanputri.

Untuk menghindari hal tersebut, Moch. Ismachin dan kawan-kawan berharap varietas ini dapat resmi dilepas pemerintah sehingga statusnya bisa lebih jelas. Selanjutnya benih Pandanputri dapat diproduksi secara komersial.

 

Selamet Riyanto

 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain