Kamis, 2 Nopember 2023

Strategi Penguatan Stok Pangan di Tengah Ancaman El Nino

Strategi Penguatan Stok Pangan di Tengah Ancaman El Nino

Foto: - WINDI LISTIANINGSIH
Stok pangan nasional dan global di bawah ancaman El Nino

Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Ketersediaan pasokan beras nasional dan global menghadapi ancaman karena fenomena El Nino yang tengah melanda. Direktur Bisnis Perum BULOG, Febby Novita menjelaskan, saat ini tren kenaikan komoditas pangan, khsususnya beras, tertinggi dalam 4 tahun terakhir. Selain akibat El Nino, Febby mengulas, kondisi pangan di pasar global turut mempengaruhi cadangan beras pemerintah yang dikelola BULOG.

 

Mengutip data Departemen Pertanian Amerika Serika (USDA), Febby menyebut, stok beras dunia pada akhir tahun ini diprediksi akan menurun menjadi 171,8 juta ton, lebih rendah 2 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, ada pembatasan bahkan penutupan keran ekspor beras oleh negara produsen dunia, seperti yang dilakukan India.

 

“Dari hasil komunikasi dengan sejumlah negara di Asia Tenggara, peluang impor beras kini semakin sulit.Jadi, untuk impor juga tidak mudah,” kata Febby dalam diskusi Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bertajuk “Antisipasi Krisis Pangan Di Tengah Ancaman El Nino”, Selasa (31/10/2023).

 

Saat ini, lanjutnya, BULOG mengelola Cadangan Beras Pemerintah (CBP)sebanyak 1,47 juta ton yang terdiri dari PSO (public service obligation) sebanyak 1,38 juta ton dan beras untuk kegiatan komersial sebanyak 87.700 ton. BerasPSO tersebut berasal dari pengadaan luar negeri sebesar 1,3 juta ton dan dalam negeri 79.627 ton.

 

Untuk menjaga stabilisasi harga beras, BULOG sudah menggelontorkan beras sebanyak 877.142 ton sampai Oktober 2023. Dalam satu tahapan bantuan, ungkap Febby, BULOG menyalurkan 411 ribu ton. Sampai Desember 2023, diperkirakan bantuan pangan akan mencapai 1,2 juta ton.

 

”Dengan adanya bantuan pangan kepada 21 juta KPM (Kelompok Penerima Manfaat), akan mengurangi 2,1 juta orang masuk pasar, sehingga mampu meredam harga beras di pasar,” jelasnya.

 

Pada tahun ini, Febby melanjutkan, Perum BULOG mendapat kuota penugasan impor beras sebanyak 1,5 juta ton. Sebelumnya BULOG ditugaskan mengimpor 500 ribu ton pada akhir tahun 2022 yang realisasinya dilanjutkan ke tahun 2023. BULOG menargetkan bisa merealisasikan impor sebanyak 2 juta ton sampaiakhir tahun 2023.

 

“Nah, saat ini Bulog sudah secure (aman) stoknya, itu ada 1,4 juta ton. Sebenarnya sebanyak 1,5 juta ton memang (ditargetkan). Saat ini masuk terus beras dari luar negeri untuk pemenuhan stok minimal CBP itu sendiri,” jelas Febby.

 

Sementara itu, Direktur Ketersediaan Pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Budi Waryanto menjelaskan, pihaknya telah melakukan beberapa upaya strategis, khususnya di sektor hilir agar komoditas pangan yang bergejolak seperti beras bisa ditekan harganya. Misalnya, melanjutkan bantuan pangan beras yang sudah dilakukan pada tahap satu (Maret-Mei) sebesar 10 kg kepada 21.353 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Budi menilai, upaya ini bisa efektif mampu menekan inflasi.

 

Mengantisipasi dampak El Nino, khusus ketersediaan, pemerintah sudah menyiapkan cadangan pangan pemerintah untuk bantuan beras 21 juta KPM, masing-masing 10 kg. Bantuan pangan yang dilaksanakan pada semester 1 selama tiga bulan berdampak pada menurunnya inflasi.“Tapi ketika sebulan diputus,inflasi naik lagi sekitar September. Jadi,Presiden meminta dilanjutkan September, Oktober, November,” terang Budi.

 

Ke depan, Budi memperkirakan, cadangan pangan pemerintah kemungkinan akan dilanjutkan hingga Maret 2024. Hal itu untuk mengantisipasi masih minusnya neraca produksi-konsumsi karena mundurnya musim tanam di akhir 2023.

 

Apalagi, pemerintah juga harus mengantisipasi Hari Raya Besar Keagamaan Natal dan Tahun Baru, serta adanya pesta demokrasi pada Februari 2023, kemudian dilanjutkan Ramadhan dan Idul Fitri. ”Jadi, kita harus memperhatikan cadangan pangan agar terjaga dengan baik,” jelasnya.

 

Budi berharap, tahun depan kondisi produksi pangan, khsusunya padi, bisa normal kembali. Untuk itu, pihaknya mendorong Perum BULOG bisa menyerap gabah petani, targetnya 2,4 juat ton. Jumlah tersebut harus dipenuhi agar pemerintah bisa menjaga inflasi dengan baik. “Tidak hanya beras tapi juga daging dan telur. Sekarang kita sudah coba terobosan bantuan telur,” tukasnya.

 

Dalam rangka meningkatkan produksi beras nasional, Kementerian pertanian (Kementan) pun melakukan strategi.Setidaknya ada dua strategi yaitu meningkatkan indeks pertanaman (IP) padi dan perluasan areal tanam.

 

Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen Sarana dan Prasarana Pertanian, Kementan, Rahmanto menjelaskan, saat ini IP (Indeks Pertanaman) lahan sawan irigasi rata-rata baru 1,68. Artinya, belum sampai IP 2, kecuali lahan sawah di Bekasi, Karawang, dan Indramayu, Jawa Barat). ”Kalau kita tingkatakn IP jadi 1,92 atau penambahan luas tanam 1.076.125 ha, akan menyumbang produksi sebanyak 3,2 juta ton. Jadi, target peningkatan produksi bisa dengan mudah tercapai,” paparnya.

 

Sedangkan, untuk sawah nonirigasi yang luasnya mencapai 3 juta ha saat ini rata-rata IP-nya hanya 1. Jika bisa dinaikkan IP menjadi 1,3, maka akan meningakaan luas tanam menjadi 900 ribu ha atau luas panen 858.711 ha dengan tambahan produksi sebanyak 1,34 juta ton beras.

 

Langkah lain, menurut Rahmanto, adalah optimalisasi lahan rawa 1 juta ha. Dari lahan tersebut ada potensi penambahan produksi sebanyak3,1 juta ton. Selain itu optimalisasi lahan tadah hujan seperti lahan perkebunan, Perhutani dan tegalan masyarakat yang luasnya mencapai 7,6  juta ha. “Jika bisa dioptimalkan 1 juta ha, maka akan menyumbang 2,9 juta ton. Karena itu, harus dioptimalisasi dengan pemanfaatan air tanah,” urainya.

 

Rachmat, Koordinator Kelompok Padi Irigasi dan Rawa, Direktorat Serealia, DitjenTanaman Pangan,Kementan membenarkan penjelasan tersebut. “Posisinya intensitas tanam padi kita ini masih rata-rata belum dua kali ya. Seperti yang disampaikan Pak Rahmanto, ada yang satu ada yang dua. Sebagian ada yang tiga sebagian juga ada yang empat. Tapi rata rata masih di bawah dua,” ujarnya.

 

Untuk meningkatkan produktivitas padi, pemerintah berupaya menggeser varietas yang memiliki produktivitas rendah dengan menyiapkan varietas unggul.  Di sawah irigasi saat ini petani masih banyak menanam varietas Ciherang yang produktivitasnya hanya 5-6 ton/ha. Untuk itu, lanjut Rachmat, pemerintah menyiapkan varietas Inpari 32 yang produktivitasnya bisa mencapai 7-8 ton/ha.

 

”Di lahan tadah hujan ada varietas Inpago 8. Di lahan rawa ada Inpara yang produktivitasnya ada bisa mencapai 4-8ton/ha. Ini yang kita lakukan untuk meningkatkan produktivitas padi,” pungkasnya.

 

 

Windi Listiningsih

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain