Foto: Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan
BabeBUN jadi penghubung koperasi tani dengan produsen benih
Palembang (AGRINA-ONLINE.COM) – Berbagai terobosan terus dilakukan Kementerian Pertanian, dalam hal ini Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan mempercepat capaian target program peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Menindaklanjuti ini Direktorat Perbenihan melakukan Pertemuan Koordinasi Pemantapan Penyediaan dan Pengawasan Peredaran Benih Kelapa Sawit di Palembang (26/6).
Direktur Perbenihan Perkebunan, Ditjen Perkebunan, Gunawan menyampaikan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan salah satu cara dilakukan dengan menggunakan benih unggul bermutu bersertifikat dan berlabel.
"Penggunaan benih unggul bermutu bersertifikat dan berlabel sangat penting, karena sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman perkebunan," ujar Gunawan. Menjawab kebutuhan ini Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan meluncurkan aplikasi Bank Benih Perkebunan (BabeBUN).
Peluncuran applikasi ini memudahkan pekebun mengakses benih kelapa sawit langsung kepada 19 sumber benih kecambah yang menghasilkan 70 varietas benih unggul. Selain itu terdapat 216 produsen benih pembesaran yang tersebar di seluruh Indonesia. Sehingga tidak ada alasan pekebun peserta PSR kesulitan mendapatkan benih kelapa sawit unggul.
“Dengan adanya aplikasi BabeBUN akan mendorong capaian target program PSR, karena dengan BabeBUN ini bisa menjadi penghubung koperasi tani dengan produsen benih,” tegas Gunawan.
Bahkan, Gunawan menegaskan dengan adanya aplikasi BabeBUN koperasi bisa melihat atau mencari sumber benih yang terdekat. Ini penting mengingat kelapa sawit sebagai sumber devisa negara sehingga program PSR ini menjadi penting untuk memperbaiki produktivitas nasional.
Harus diakui bahwa rendahnya produktivitas nasional karena rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit milik pekebun. Artinya dengan memperbaiki produktivitas nasional sama saja dengan memperbaiki produktivitas milik pekebun dan dengan meningkatkan produktivitas lahan pekebun sama saja dengan meningkatkan ekonomi pekebun.
Lebih lanjut, terkait dengan program PSR, penggunaan benih memiliki peran strategis dalam pelaksanaanya, karena untuk proses penyiapan benih diperlukan waktu antara 3 sampai 24 bulan atau satu tahun sebelum penanaman. Selain itu, investasi yang dikeluarkan untuk melaksanakan kegiatan PSR sangat besar dengan harapan yang sangat besar juga.
Investasi dan harapan yang besar tersebut akan sia-sia manakala dalam pelaksanaan PSR menggunakan benih asalan atau benih ilegitim. Dampak negatif penggunaan benih sawit ilegitim antara lain: (1) tanaman lambat berbuah, (2) produksi TBS lebih rendah dari produksi normal, (3) proses pengolahan tidak efisien, serta (4) kerugian finansial dan ekonomi.
“Melalui aplikasi Babe Bun PSR, penggunaan benih ilegitim dapat diminimalisir, pemasaran/bisnis benih sawit lebih terbuka/tidak terjadi monopoli, distribusi benih sawit lebih terorganisir, pekebun memiliki kesempatan untuk memilih benih sawit sesuai dengan minat dan kesesuaian lokasi, serta pemerintah dalam hal ini Ditjenbun dan UPTD Perbenihan seluruh Provinsi dapat ikut mengawasi proses peredaran benih kelapa sawit khususnya untuk kegiatan PSR,” ungkap Gunawan.
Sehingga dalam hal ini aplikasi BabeBUN PSR yang bagian dari BabeBUN mempercepat terwujudnya program PSR.
Kadis Perkebunan, Agus Darwah menyambut baik program PSR. Sebab tidak sedikit petani perkebunan yang dahulu menggunakan benih asalan atau tidak bersertifikat. “Memang saat ditanam benih tersebut akan tumbuh, tapi tidak berbuah secara maksimal. Sehingga dengan adanya program PSR maka diharapkan benih yang ditanam bisa berbuah dengan maksimal,” harap Darwah.
Sedangkan Ketua Forum Kerjasama Produsen Benih Kelapa Sawit (FKPB-KS), Dwi Asmono menyatakan siap mendukung terwujudnya program PSR. Berapa pun kebutuhan benih untuk PSR, produsen benih siap memenuhinya. “Jika dahulu Indonesia dikenal sebagai produsen minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) terbesar didunia, saat ini Indonesia juga sebagai produsen benih kelapa sawit terbesar didunia,” jelas Dwi.
Terkait dengan benih, Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alamsyah pun menyampaikan bahwa investasi perkebunan merupakan investasi jangka panjang, untuk itu dalam pelaksanaanya perlu disiapkan dengan sangat baik. Salah satu faktor utama dan paling penting adalah pemilihan benih yang berkualitas. Dalam memilih benih perkebunan harus memenuhi 6 (enam) tepat yaitu tepat jumlah, varietas, mutu, waktu, lokasi dan harga.
Benih berkualitas dan berlabel merupakan benih yang berasal dari kebun sumber benih yang telah ditetapkan oleh Dirjen Perkebunan atas nama Menteri Pertanian, benihnya disertifikasi dan dilabel, dan dalam penyalurannya diawasi oleh petugas Pengawas Benih Tanaman.
Windi Listianingsih