Foto: Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan
Kotoran walet tergolong kategori organik
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM) - Burung walet dikenal salah satunya karena sarangnya memiliki nilai yang sangat tinggi di pasaran. Namun, selain sarangnya, ternyata kotoran burung walet juga memiliki manfaat bagi pertanian.
Menurut Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto, kotoran burung walet ini sangat bermanfaat bagi tanaman hortikultura. Prihasto memprediksi bahwa sekitar 40-45% dari kotoran burung walet terbentuk dari material organik yang efektif untuk memperbaiki serta memperkaya struktur dari tanah. Pupuk dari kotoran walet ini dapat digunakan pada semua jenis tanaman, baik tanaman untuk perkebunan maupun tanaman hias di dalam pot.
"Kotoran burung walet sangat cocok untuk menyuburkan tanah dan tentunya mampu meningkatkan produksi. Jadi, burung walet ini sejatinya keberkahan Allah SWT yang patut kita jaga dan lestarikan,” ujar Prihasto saat mengunjungi Balai Benih Induk Tanaman Padi, Palawija, dan Hortikultura Provinsi Sumatera Barat, Sabtu (10/6).
Prihasto melanjutkan, kotoran walet juga dapat berperan sebagai fungisida alami yang sangat berkhasiat bagi pertumbuhan tanaman karena mengandung berbagai bakteria dan mikrobiotik flora di dalamnya.
“Kandungan nutrisi kotoran walet ini selain cocok untuk dijadikan pupuk, dapat juga mengontrol jumlah nematoda yang pada umumnya memberi efek negatif pada tanaman di dalam tanah,” tambahnya.
Direktur Perlindungan Hortikultura, Jekvy Hendra mengamini pernyataan tersebut. Jekvy menjelaskan bahwa kotoran walet sering digunakan sebagai aktivator pada pembuatan pupuk organik atau kompos. Kotoran walet yang dijadikan pupuk sangat ampuh dalam membantu tanaman agar dapat menyerap unsur nutrisi yang baik bagi pertumbuhannya karena memiliki daya kapasitas tukar kation yang cukup tinggi.
“Kotoran walet ini sangat kaya akan unsur makro mineral seperti fosfor dan juga nitrogen. Tanaman yang ditanam menggunakan pupuk kotoran walet pada umumnya tumbuh dengan batang yang lebih kuat dan pembentukan daun baru menjadi lebih optimal,” terang Jekvy.
Karena kotoran walet tergolong pada kategori organik, sehingga tidak akan memberikan dampak negatif bagi lingkungan atau bisa dibilang sangat ramah lingkungan. Kotoran walet dapat dijadikan sebagai pupuk kompos, baik yang berbentuk padat maupun cair, sehingga dapat membantu petani dengan lebih mudah dalam pengaplikasiannya.
“Perlu diperhatikan bahwa kotoran burung walet ini digunakan sebagai aktivator. Penggunaan kotoran burung walet secara langsung sebagai pupuk tidaklah dianjurkan karena dapat memberikan efek kurang baik bagi tanaman,” tutup Jekvy.
Galuh Ilmia Cahyaningtyas