Foto: Sab
Penurunan Stunting Terus Digaungkan
JAKARTA (AGRINA-ONLINE.COM) Pemerintah terus menggaungkan penurunan stunting mencapai 14%. Namun, saat ini angka stunting masih bertengger di 24%. Hal ini tentu bukan hal mudah, pemerintah terus mengupayakan untuk mencapai target untuk mempersiapkan generasi emas pada 2045. Pasalnya, stunting menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak di bawah usia dua tahun di Indonesia. Perlu adanya kolaborasi dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan mulia ini.
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PDHI, M Munawaroh, stunting merupakan akibat kurangnya protein hewani. Padalah protein hewani yang paling murah dan mudah di jangkau adalah telur. Sehingga PBPDHI memiliki program utama bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk membantu pemerintah menurunkan stunting. Perlu adanya gerakan makan telur pada anak-anak secara Nasional.
“PBPDHI memiliki anggota 20 ribu orang tersebar di Indonesia dan berkolaborasi dengan BKKBN yang memiliki data stunting Indonesia. PBPDHI memiliki program satu orang dokter menjadi orang tua asuh satu anak stunting. Anak di bawah dua tahun ditangani dan diawasi dengan memberikan telur minimal selama tiga tahun, bukan satu telur dibagi lima anak,” terangnya saat acara pengukuhan Ketua Baru ASKESMAVETI, Sabtu (11/3).
Safrina Salim, Direktur Kesehatan Reproduksi BKKBN, mengemukakan, terdapat beberapa program untuk menangani kasus stunting di Indonesia, diantaranya adalah Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (RAN PASTI) dan Bapak Asuh Atasi Stunting (BAAS). Guna mendukung penurunan angka stunting di indonesia, diharapkan dokter hewan ikut berperan dalam program BAAS. Bentuk peran dalam program BAAS adalah memberikan 1 telur per hari rutin selama 3-6 bulan. “Berkontribusi di lingkungan atau secara lokal masing- masing, maka anak asuh yang menderita stunting akan hilang dari komunitasnya dan hal tersebut akan membantu menurunkan angka stunting di Indonesia secara nasional,” terangnya.
Sebagai ketua baru, Renova menyampaikan, program kerja ASKESMAVETI harus bersifat adaptif, inovatif, dan kreatif dalam transformasi era digital dalam mengambil peran sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan Kesmavet. Melalui peningkatan pemahaman masyarakat akan pentingnya keamanan pangan dan promosi sumber protein hewani dalam penanganan stunting. ASKESMAVETI mempromosikan protein hewani dalam mencegah stunting. "KESMAVET di lapangan semakin bagus baik dalam pelaku usaha dalam menerapkan produk aman, bersih sanitasi dan lainnya. Sedangkan dari sisi masyarakat mengerti dalam membeli asal hewan yang aman atau daging Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH),” jelasnya.
Senada dengan Renova, Nancy Dian Anggraeni, Asisten Deputi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit-Kemenko PMK yang menyoroti Kemanaan Pangan Asal Hewan, Zoonosis dan Penanggulangan Stunting. Nancy menyampaikan, untuk membantu pencapaian visi nasional Indonesia Emas tahun 2025, diperlukan beberapa dukungan dari berbagai sektor. Terutama sektor Kesmavet untuk melakukan kampanye lebih intens untuk konsumsi protein hewani (telur dan daging ayam) “Selain itu, melakukan peningkatan kualitas dari segi jalur produksi peternakan, serta melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit zoonosis untuk menjaga ketahanan protein hewani dan menjaga keamanan kesmavet,” katanya.
Imron Suandy, mewakili Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, drh. Syamsul Ma'arif, M.Si menekankan, pentingnya membangun sistem produksi Pangan Asal Hewan dan bagaimana mengimplementasikannya di lapangan, Imron berharap, ASKESMAVETI dapat menjadi mitra bagi pemerintah dalam membangun dan melaksanakan fungsi kesmavet di Indonesia ASKESMAVETI dapat berkontribusi memberikan masukan kepada pemerintah, sekaligus menjadi penyeimbang dalam penyusunan, implementasi dan evaluasi kebijakan.
“ASKESMAVETI dapat berperan langsung di masyarakat, dengan ikut membangun kesadaran dan mendidik masyarakat. Kesmavet merupakan bagian dari kontribusi keilmuan kedokteran hewan yang sangat berperan dalam mewujudkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Kesmavet akan selalu menjadi jembatan yang tidak bisa diabaikan agar peran profesi Veteriner dapat mencapai tujuan,” tegasnya.
Sabrina Yuniawati