Rabu, 4 Januari 2023

Saatnya Menguatkan Pasar Lokal

Saatnya Menguatkan Pasar Lokal

Foto: Istimewa
Jika hilir sawit dikembangkan, nilai tambahnya berkali lipat dari manfaat ekonomi yang kita nikmati saat ini

Jangan menganakbawangkan pasar lokal! Penduduk Indonesia yang mencapai 275 juta jiwa merupakan kekuatan pasar bagi industri kelapa sawit. Apalagi, ramalan resesi global 2023 bisa berdampak pelemahan serapan ekspor sawit.
 
Menurut catatan GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), pertumbuhan permintaan minyak sawit turun menjadi 8,7% pada 2016-2020 dan selama 2020-2022 pertumbuhannya justru minus 2,54%.
 
Kondisi itu diperkeruh oleh negara importir, yaitu Uni Eropa (UE) yang semakin berulah dengan mengeluarkan aturan-aturan yang memojokkan industri sawit. Terbaru, aturan UE Deforestation Free Commodities pada 2021 turunan kebijakan Green Deal.
 
Aturan tersebut memasukkan sawit sebagai komoditas yang harus bebas deforestasi. Dampaknya, sawit Indonesia yang masih dituduh melakukan deforestasi terancam tidak bisa masuk UE. Pasar UE ini sebesar 9-10% dari total nilai ekspor sawit kita.
 
Karena itu, pasar domestik menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi sawit nasional. Fadhil Hasan, Plt.Ketua Bidang Perdagangan dan Promosi GAPKImengungkap, konsumsi sawit dalam negeri relatif stabil dan bahkan naik karena program mandatori biodiesel. “Konsumsi dalam negeri tumbuh11,7% pada 2005-2010 lalu turun 9,25% dan naik 18% pada 2015-2020. Turun menjadi 7,5% pada 2020-2022,” terangnya.
 
Terlebih, ada 160-anjenis produk turunan sawit yang potensial dikembangkan untuk memperkuat pasar lokal. Produk hilir ini dapatmemenuhi industri pangan, nutrisi, bahan kimia, industri konstruksi, kawat, baja, hingga bahan bakar terbarukan.
 
Secara rinci, pelepah sawit diekstraksi menghasilkan vitamin E. Batangnya diolah menjadi fiber board sebagai bahan baku furnitur. Minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO) memiliki produk turunan sangat banyak. Sebut saja olein, asam amino, palm oil fatty acid distillate (PFAD), vitamin A dan E, karoten, stearin, protein sel tunggal, trigliserida; digliserida; dan monogliserida, lipase, soap stick, dan asam lemak.
 
Olein menghasilkan minyak goreng, minyak salad, shortening, dan metil esther si bahan baku biodiesel dan surfaktan. PFAD menurunkan produk sabun cuci, metil esther, fat powder, dan cocoa butter substitute (CBS). Stearin menghasilkan margarin, shortening, vegetable ghee, sabun, kosmetika, dan CBS.
 
Dari minyak inti sawit (PKO) dapat dihasilkan berupa shortening, CBS, coffe whitener, biscuit cream fats, sabun, detergen, dan sampo. Bahkan sisa pengolahan CPO pun menghasilkan bahan bakar boiler dan semifurnitur. Bungkil inti sawit dapat diolah jadi pakan ternak,sedangkan tempurungnya menjadi briket dan pengeras jalan.
 
Tandan kosong sawit (tankos) merupakan sumber pupuk kalium organik. Pengolahan tankos menjadi pupuk organik bisa mengurangi dosis pupuk kalium yang harganya lagi meroket dampak perang Rusia-Ukraina. Selain itu, tankos bermanfaat sebagai bahan serat pengisi jok mobil atau motor dan matras.
 
Jika hilir sawit dikembangkan, nilai tambahnya berkali lipat dari manfaat ekonomi yang kita nikmati saat ini. Termasuk, penciptaan lapangan kerja dan kesejahteraan pelaku usaha terkait. Yang sangat terasa meningkatkan serapan pasar lokal yaitu kebijakan mandatori biodiesel. Pada 1 Februari 2023 pemerintah resmi menerapkan aturan Biodiesel 35 (B35) dari sebelumnya B30.
 
Mandatori B30, menurut perhitungan Tungkot Sipayung, Direktur Eksekutif PASPI (Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute), menghemat devisa hingga US$7 miliar. Kebijakan ini juga menjaga stabilitas harga CPO dan tandan buah segar (TBS) di tingkat petani, mendorong kemandirian dan ketahanan energi nasional, serta mengurangi emisi gas rumah kaca.
 
Untuk memperkuat hilirisasi perlu dukungan kebijakan pemerintah yang kondusif bagi dunia usaha. Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif GIMNI (Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia) menyarankan pemerintah untuk mengundang industri bernilai tambah di Eropa buat memindahkan pabriknya ke Indonesia karena potensinya besar sekali. “Bikinlah regulasi yang baik terhadap BMTB (Barang Modal Tak Bergerak). Bagaimana mereka dengan 600% margin bisa datang ke Indonesia dan saya kira itu bisa kita lakukan,” tandasnya.
 
 
 
Windi Listianingsih

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain