Foto: Dok. Humas Jawa Tengah
Ganjar Pranowo (tengah), ketahanan di Jawa Tengah aman
SEMARANG (AGRINA-ONLINE.COM). Jawa tengah merupakan salah satu sentra penghasil pangan di Indonesia. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pun berupaya keras mempedulikan sektor pangan di wilayahnya dengan memajukan pangan.
Ganjar memiliki 5 strategi mentereng mengelola pangan daerah sehingga ketahanan pangan di Provinsi Jawa Tengah aman terkendali. Pertama, menggandeng kades (kepala desa) dan perangkat desa menjaga ketahanan pangan. Ganjar berharap, seluruh kades dan perangkat desa terus menjaga ketahanan pangan di level desa. Hal itu menjadi salah satu langkah penting selain terus berinovasi dalam menghadapi tantangan masa depan.
“Kalau desa ini kuat, dijaga betul oleh kawan-kawan kades atau perangkat desa, kawan-kawan dari Papdesi ini, menurut saya, ini akan menjadi bagian kita untuk menjaga ketahanan, di tengah geopolitik yang nanti bergerak,” kata Ganjar.
Ia menjelaskan, para kades memiliki banyak pengalaman memberdayakan pekarangan, menghadirkan makanan alternatif, dan diversifikasi pangan dalam rangka menjaga ketahanan pangan di Jawa Tengah.
Kedua, Mengajak petani menanam bahan pangan pendamping beras untuk mewujudkan ketahanan pangan. Ganjar kerap menyampaikan hal ini, terutama saat Jawa Tengah menghadapi pandemi Covid-19.
"Mari kita lihat kondisi dunia ketika pandemi berjalan. Ekonomi mereka sudah minus. Maka, pangan harus menjadi yang utama," terangnya.
Ganjar menyebutkan, ada sejumlah makanan alternatif selain nasi. Di antaranya, umbi-umbian, jagung, porang, dan makanan alternatif lainnya sebagai pendamping nasi. "Mari bersama-sama mengembangkan pertanian agar ketahanan pangan dan kedaulatannya cukup soal mulut dan perut agar kita tidak selalu makan gandum atau nasi, tetapi asupan gizinya tetap terpenuhi," katanya.
Data BPS Jawa Tengah menunjukkan, luas panen ubi kayu di Jawa Tengah pada tahun 2021 ada 97.976 hektar. Sedangkan, luas panen ubi jalar 5.268 hektar, luas panen jagung sekitar 582.432 hektar, dan luas panen kedelai 28.431 hektar.
Untuk mendukung lahan persawahan, Ganjar juga membangun1.000 embung. Program 1.000 Embung Buat Petani Sejahtera dicanangkan pada 2015 dan bertujuan mengatasi kesulitan air bersih dan kekeringan lahan pertanian. Dari target 1.000 embung, terbangun sebanyak 1.135 unit embung.
”Embung ibarat sebuah jantung desa. Dari embung, air mengalir untuk kebutuhan sehari-hari dan mengairi sawah-sawah warga. Gerakan seribu embung ini membuat petani jateng bisa panen 3 kali,” ungkapnya.
Ketiga, mengajak masyarakat membeli beras Srinuk Klaten. Gubernur Ganjar juga mendukung pembelian beras Srinuk asal Klaten untuk mendorong ketahanan pangan. Kabupaten Klaten misalnya, telah mengeluarkan kebijakan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diwajibkan membeli 10 kg beras Srinuk tiap sebulan.
"Kalau ini kita dampingi, ketahanan pangan kita kuat. Sambil tentu saja kalau Jateng (Jawa Tengah), beras sudah bagus dan surplus. Kita kembangkan pendamping beras karena banyak umbi, jagung, dan komoditas lain yang menggantikan," ucapnya saat menyalurkan bantuan sosial bagi gabungan kelompok tani (gapoktan) untuk pengendalian inflasi di Klaten.
Kabid Litbang Bappedalitbang Kabupaten Klaten, Muhammad Umar Said menyebutkan, tanaman padi padi Srinuk yang adasaat ini sekitar 180 hektar. "Kalau terhitung sejak awal tahun, sudah lebih dari 500 hektar. Rata-rata produktivitas sekitar 6 - 6,5 ton/hektar," kata Said.
Keempat, bersama Habib Syech Qodir Assegaf mengajak pramuka jaga ketahanan pangan. Ganjar dan Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf mendorong Pramuka Jateng untuk menjadi kekuatan dalam menginisiasi aktivitas di lingkungan sekitar. Di antaranya dalam hal ketahanan pangan, menjaga kebersihan lingkungan serta antinarkoba dan mencegah pernikahan dini.
“Mereka musti membantu tetangga kiri-kanannya agar ketahanan pangan bisa dilakukan. Ayo tanami pekarangannya. Siapkan tanaman-tanaman pendamping beras. Ini kita dorong agar mereka menjadi kekuatan untuk bisa menginisiasi aktivitas di lingkungan sekitarnya. Jadi ngiras-ngirus, sambil selawat kita edukasi pramuka kita,” urainya.
Ganjar juga mengajak Pramuka Jateng menjaga lingkungan dengan menjaga kebersihan serta aktif menanam pohon. “Mari kita gerakkan untuk menanam. Kemarin Pramuka Jateng ikut menanam mangrove di pesisir utara agar lingkungan terjaga dan sampah bisa dikendalikan. Jadi, bisa ijo royo-royo, sampah bersih, dan sumber air banyak,” seru Ganjar.
Kelima, membikin Badan Usaha Milik Petani (BUMP). Strategi yang tidak kalah mentereng adalah Ganjar membuat ide cemerlang membuat Badan Usaha Milik Petani (BUMP) yang sangat menguntungkan. Salah satunya, BUMP PT Wijaya Kusuma Pangan Mandiri di Sistem Resi Gudang, Kecamatan Sidareja, Kabupaten Cilacap.
Ganjar mengatakan, keuntungan yang didapat oleh petani dan pengelola BUMP bukan hanya satu. Seiring berjalannya waktu, petani juga akan mendapat keuntungan jika menjadi pemegang saham.
“Sehingga, petani desainnya akan mendapatkan dua keuntungan. Keuntungan pertama menjual produknya sudah untung, kedua pada saat akhir tahun mereka rapat umum pemegang saham,” kata Ganjar.
Sebagai pemerintah, lanjut Ganjar, pihaknya berkewajiban untuk terus memfasilitasi dan mendampingi petani dengan para pakar serta aktivis yang peduli untuk mengembangkan pangan. “Kita mulai tambah pengalaman-pengalaman yang bagus, akan kita tularkan sehingga kelak kemudian, tidak usah kita paksa tapi ada semacam demplot-demplot yang petani lain nanti bisa ngikuti dan belajar. Harapan saya setiap kabupaten punya,” tandas Ganjar.
BUMP adalah program Dinas Ketahanan Pangan Pemprov Jateng. Sejak berdiri 16 Agustus 2021, BUMP ini sudah membina 1000 petani. Petani mendapat bantuan benih, pupuk, dan pemasaran. Petani Cilacap yang tergabung dalam BUMP kini mendapat omzet Rp2 miliar dengan modal hanya Rp200 juta.
Windi Listianingsih