Foto: Sab
Seminar Outlook Bisnis Perternakan
JAKARTA (AGRINA-ONLINE.COM). Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) menggelar seminar secara tatap muka. Pasalnya, selama pandemi seminar selalu diadakan online. Hal tersebut juga disampaikan Irawati Fari, Ketua Umum ASOHI dalam sambutannya.
Menurut Irawati, pertemuan ini merupakan ajang reuni, bisa bertatap muka, dan evaluasi peternakan 2022.Pembahasan seminar saat ini merupakan hal penting untuk bisnis peternakan nasional. Berkaca pada program pemerintah meningkatkan konsumsi protein hewani dalam mencegah stunting, tentu akan berdampak baik pada produsen obat hewan.
“Ke depan bisnis peternakan harus lebih baik sama seperti tagline Kemerdekaan Indonesia ke-77 tahun, yaitu pulih lebih cepat. Harapannya, industri peternakan nasional dapat pulih lebih cepat dengan program-program pemeritah sehingga berdampak pada industri peternakan,” jelasnya saat seminar Outlook Bisnis Peternakan 2023 dengan tema “Melangkah Hadapi Ketidakpastian Global” yang diselenggarakan ASOHI, Jakarta (22/11).
Sementara itu, Kasubdit Kesehatan Hewan, Ira Virgorita mewakili Dirjen PKH, Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan, peternakan Indonesia mengalami masalah tidak henti-hentinya. Berawal dari munculnya penyakit African Swine Fever (ASF) menyerang ternak babi pada 2019, lalu penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) menyerang sapi dan kerbau, serta masuknya penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyerang ternak ruminansia.
Penyakit PMK merupakan penyakit yang paling ditakuti di seluruh dunia.Sehingga, pemerintah perlu melakukan antisipasi penyakit lintas batas lainnya. “Globalisasi perdagangan dan informasi arus lalu lintas tidak terbendung, menyebabkan risiko masuknya penyakit ke Indonesia. Masalah yang menimpa negeri bisa menjadi pelajaran untuk semua. Ini merupakan momentum untuk evaluasi 2022 peternakan nasional, serta rumusan peternakan mendatang,” terangnya.
Berbagai masalah menimpa peternakan Indonesia. Ekonom Senior, Rizal Ramli berpesan, perlu adanya evaluasi dalam berbagai subsektor peternakan dan pertanian. Contohnya, terkait data harus lebih baik dan sesuai fakta di lapangan agar tidak merugikan petani dan peternak. Sebetulnya,Indonesia bisa menjadi market leader negeri sendiri dan negara lain dalam hal produk pertanian dan peternakan.
Pasalnya, Indonesia merupakan negara terbesar memiliki alam yang luas, tenaga kerja banyak, dan lainnya. “Sehingga,negara bagian Asia timur seperti Taiwan, Jepang, China,negara tersebut memang banyak impor kekurangan makanan. Seharusnya Indonesia dapat menjadi produsen pangan nomor satu di Asia tersebut,” katanya.
Sabrina Yuniawati