Dalam ekonomi dunia yang kian terhubung, kejadian di suatu negara bisa dengan cepat beresonansi ke negara-negara lain.
Pandemi Covid-19, perang dagang China-Amerika Serikat, dan yang paling baru, perang Ukraina-Rusia adalah tiga contoh utama. Ketiga hal ini sangat mengganggu rantai pasok berbagai jenis barang, termasuk pangan beserta sarana produksinya. Gangguannya dalam bentuk kelangkaan suplai, peti kemas terbatas, kenaikan harga bahan bakar minyak yang berujung melambungnya harga barang.
Perdagangan biji-bijian pangan, seperti gandum, jagung, dan kedelai termasuk yang terkendala berat. Pertikaian antara Ukraina dan Rusia yang berlangsung sejak 24 Februari 2022 misalnya, menyebabkan jagung Ukraina tidak bisa diekspor. Demikian pula gandum dari Rusia terhambat memasok pasar dunia. Padahal dua negara itu termasuk lumbung jagung dan gandum dunia. Tanpa biji-bijian dari mereka, jutaan warga dunia terancam kelaparan.
Untunglah berkat desakan PBB, juga Presiden Turki Erdogan dan Presiden Jokowi, kedua negara mau bersepakat membuka blokade di Laut Hitam beserta pelabuhan ekspornya. Pada 1 Agustus 2022, untuk kali pertama berlangsung pengapalan jagung Ukraina dari pelabuhan Odesa ke Turki dan akan menuju Libanon.
Soal jagung, kita patut bersyukur karena tidak sepenuhnya tergantung impor. Hanya jagung khusus untuk pangan yang belum sepenuhnya mampu diproduksi petani kita. Namun banyak pekerjaan rumah bagi para pemangku kepentingan jagung agar pasokan jagung dari petani nyekrup dengan permintaan para pengguna tanpa merugikan salah satu pihak.
Para pabrikan pakan ternak anggota Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) sampai sekarang belum maksimal menggunakan jagung sebagai komponen utama dalam ransum pakan karena faktor harga, pola ketersediaan, dan standar kualitas. Baru sekitar 22% jagung masuk dalam komposisi pakan unggas, padahal semestinya bisa sampai 50%. Kekurangannya diisi bahan baku lain yang lebih terjangkau.
Pemerintah berusaha mendorong pemanfaatan jagung lokal dengan melarang impor jagung pakan. Pabrikan pun berupaya memperbesar serapan dengan memperbanyak fasilitas pengering jagung untuk mengolah jagung petani supaya kualitasnya masuk standar industri. Kalau harganya masuk akal,pola ketersediaannya merata sepanjang tahun, tidak seperti sekarang yang tiga bulan akhir tahun selalu tipis, dengan kualitas yang sesuai bagi industri, pastilah lebih banyak lagi jagung terserap. Harga memang harus dicari keseimbangannya agar menguntungkan petani, tapi juga masih layak bagi industri pakan dan peternak ayam petelur.
Kementerian Pertanian selaku penanggung jawab produksi jagung nasional sudah melaksanakan sejumlah program pengembangan komoditas ini. Tidak hanya jumlah produksi, tetapi juga sampai ke perbaikan kualitas dengan mengintroduksi mesin panen dan pengering di sentra-sentra jagung. Dengan harapan, petani dapat menjual hasil panen berkualitas sehingga harganya lebih baik.
Pun Perum BULOG, saat ini sedang membangun pusat-pusat fasilitas pengeringan jagung (Corn Dryer Center). Ketika fasilitas ini sudah siap dioperasikan, kelebihan produksi jagung dapat ditampung sebagai cadangan pemerintah seperti yang sudah disuarakan para pelaku usaha dan pakar tahun-tahun terakhir ini. Selama ini cadangan pemerintah hanya mencakup beras. Nantinya akan mencakup juga jagung dan kedelai. Saat di pasar suplai tiga komoditas tersebut menipis sehingga harga melonjak, BULOG dapat menyalurkannya ke pihak yang membutuhkan. Dengan demikian inflasi pun terjaga.
Kita berharap banyak kepadaBadan Pangan Nasional yang baru tahun lalu dibentuk dan mulai bekerja Februari 2022. Arif Prasetyo Adi, Kepala Badan Pangan Nasional, sudah berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait, juga sudah berdiskusi mendengar suara para petani, peternak ayam, dan industri pakan ternakuntuk meracik konten Peraturan Presiden tentang Cadangan Pangan Pemerintah. Dalam waktu dekat, tergantung tanda tangan Presiden, beleid ini akan meluncur. Semoga dapat menjadi solusi dan membenahi persoalan jagung yang terus berulang setiap tahun hingga akhirnya Indonesia bisa swasembada jagung berkelanjutan.
Peni Sari Palupi