Foto: Dok. Sweety Farm
Aplikasi pupuk KCl membentuk buah sempurna dan kualitasnya prima
Petani hortikutura wajib memberikan pupuk ini bila menginginkan produktivitas dan kualitas hasil panennya tinggi.
Isu kelangkaan pangan kian mengemuka. Kebutuhan akan pangan makin meningkat seiring pertumbuhan populasi, tetapi di sisi lain luas lahan pertanian kian menyusut. Proses produksi pangan juga menghadapi tantangan akibat dampak perubahan iklim dan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Tidak hanya itu, sarana produksi seperti pupuk kimia sintetis terutama sumber hara fosfat dan kalium sulit didapat dan harganya pun melonjak lantaran rantai pasoknya di pasar dunia terganggu.
Untuk mengantisipasi kelangkaan pangan, “Indonesia telah berusaha banyak sekali meningkatkan produksi biji-bijian untuk mendapatkan kalori, mengembangkan ternak dan ikan untuk meningkatkan lemak dan protein. Dan belakangan kita sadar pentingnya produksi hortikultura untuk meningkatkan vitamin, mineral, bahkan enzim dalam pangan kita,” ungkap Prof. Bungaran Saragih, M.Sc., pakar agribisnis dalam pengantar webinar hasil kerja sama Majalah AGRINA dan PT Lautan Luas, Tbk., importir dan distributor pupuk KCl (30/6).
Lebih jauh, Ketua Dewan Redaksi AGRINA tersebut menambahkan, “Kita bicara pupuk, khususnya KCl, tidak bisa dihasilkan dari dalam negeri. Itu harus kita harus impor dan impor pun terbatas hanya dari beberapa negara sehingga harganya relatif tinggi. Maka kita harus bijaksana menggunakan pupuk kalium ini. KCl bukan tujuan tapi alat untuk meningkatkan produksi komoditas hortikultura,” ulas Guru Besar Emeritus Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University tersebut dalam webinar Kiat Sukses Bisnis Hortikultura bertema “Optimalisasi Produksi dengan Pupuk KCl”.
Acara yang digelar secara daring kali ini menghadirkan Dr. Makruf Nurudin, S.P., M.P., ahli pedologi, Departemen Tanah, Faperta UGM, Maxim Bratchikov, Head of Product Promotion Uralkali, produsen dan eksportir pupuk kalium dari Rusia, Adi Prima Saragih, Technical Engineer PT Lautan Luas Tbk., distributor pupuk KCl, Suhendar, petani cabai dan tomat asal Cianjur, serta Tonthowi Jauhari, petani melon dan semangka PT Sweety Farm, Tangerang, Banten.
Fungsi KCl
Untuk meningkatkan produktivitas, menurut Prof. Dr. Ir. Iswadi Anas Chaniago, M.Sc., dalam webinar sebelumnya, tanaman membutuhkan asupan pupuk berimbang. Ahli pupuk dan biologi tanah yang telah purnatugas dari IPB University itu menekankan, keberimbangan bukan hanya antara pupuk organik dan anorganik, tapi juga berimbang di antara unsur-unsur hara makro dan mikro.
Sementara itu Makrufmenjabarkanperan hara kalium (K) dalam tanamansecara lebih mendetail. K diserap akar tanaman dalam bentuk ion K+. K dapat diikat oleh lempung (clay) dan asam-asam organik sehingga tidak mudah lepas dan tidak mudah hilang. Peran K dalam tanaman dominan, sama seperti unsur nitrogen (N) dan fosfat (P) sebagai unsur hara makro primer.
Fungsi K antara lain mempertahankan turgor (memperkuat dinding sel) sehingga tanaman bisa tegak, tak mudah roboh, pembukaan stomata untuk sirkulasi udara, CO2, oksigen, pupuk, dan sebagainya. “Kalium juga penting dalam akumulasi dan translokasi hasil fotosintesis (karbohidrat),” terang alumnus S1 dan S2 Faperta UGM, Yogyakarta ini.
Kandungan K di jaringan tanaman cukup besar, 1%-5%, tetapi kisaran idealnya 1,5%-3%. Kendati sangat bermanfaat, lanjut dia, pemberian pupuk K tidak boleh berlebihan karena tanaman dapat menyerap lebih banyak juga. Akibatnya, penyerapan unsur hara makro lainnya, yaitu kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) terganggu sehingga tanaman mengalami defisiensi dua unsur hara ini.
Khusus pada sayuran, kandungan K berkisar 6%-8% dan terkonsentrasi di jaringan tanaman yang masih muda, seperti pucukdan jaringan meristem. Berarti, saat petani memanen sayuran dan buah, jumlah K yang terambil dari tanah juga besar. “Bila tidak ada pengembalian K ke dalam tanah, maka petani perlu melakukan pemupukan K. Di sinilah pentingnya pemupukan K untuk mempertahankan produktivitas tanaman,” tandas doktor alumnus Kyoto University, Jepang, tersebut.
Bila sampai kekurangan K, imbuh Makruf, tanaman mudah roboh, mudah terserang penyakit. Hasil buah dan kualitasnya akan menurun. Gejala lainnya daun-daun tua terlihat seperti terbakar.
Nilai kecukupan K dalam tanaman berbeda-beda. Misal jagung 1,7%-3%; kedelai 2,5%-5%, tomat 2,5-5%, dan apel 1,2-2%. Untuk mengetahui status ketersediaan K dan menentukan dosis pemupukan yang tepat, petani bisa melakukan analisis tanah dan analisis jaringan tanaman. Ketersediaan K dalam tanah juga dipengaruhi pH. K tersedia bagi tanaman bila pH tanah 6 sampai agak basa.
Wajib Pupuk K
Praktisi budidaya mengakui pentingnya aplikasi pupuk KCl bagi tanaman yang mereka usahakan. Suhendar, champion hortikultura yang bertanam di daerah Cipanas, Cianjur, Jabar, mengungkap, “Pupuk KCl sangat wajib untuk tanaman cabai. Kalau tidak ada sama sekali, saya yakin tanaman cabai tidak akan bisa normal.”
Supaya tepat dosis, Ketua Gapoktan Mujagi tersebut mengecek pH tanah terlebih dahulu, sudah normal atau belum. Kalau pH jauh dari normal, pemberian KCl akan berbahaya karena tanaman malah keracunan.
Pengalamannya selama ini, KCl diberikan dulu sebagai pupuk dasar dengan dosis 10 g/tanaman. Bila populasinya 18 ribu tanaman/ha berarti dosis KCl-nya 180 kg/ha. “Setelah umur 5 minggu ke atas, KCl diaplikasikan dalam bentuk kocoran 2,5 g/tanaman untuk pembungaan dan pembuahan yang sangat penting. Kalau kekurangan K, tanaman tidak sempurna, bunga banyak yang rontok dan mudah terserang OPT,” tuturnya. Bila kandungan K di dalam tanah masih banyak, dia memberikan asam humat untuk melepas K agar bisa diserap tanaman.
Pengalaman Tonthowi yang menanam melon, semangka, dan pepaya untuk memasok pasar kelas premium juga senada. “Aplikasi kalium itu tidak bisa dihindari, tidak bisa ditahan atau diirit. Pengalaman di lapangan saya selalu menggunakan pupuk K untuk pupuk dasar dan pupuk susulan. Untuk pupuk dasar selalu dengan MOP (KCl) karena jika kita menggunakan pupuk majemuk lain seperti NPK dikhawatirkan kandungan kaliumnya tidak mencukupi. Jadi, harus ada pupuk tunggal,” beber alumnus FISIP Unsoed, Purwokerto ini.
Tidak ingin overdosis yang menyebabkan unsur K berinteraksi dengan unsur hara lain, Thowi mengaplikasikan pupuk K sesuai umur tanaman. Pemberiannya bertahap dan terukur. Untuk melon dan semangka disesuaikan dengan fase pertumbuhan diukur dari hari setelah tanam (HST).
“Pemupukan susulan pertama sampai keenam dengan kocoran. Kalium diberikan dari sumber NPK. Menjelang fase generatif baru diberikan KCl untuk mendorong pembungaan dan pembentukan buah karena kalau jumlah K-nya tidak mencukupi, bunga-bunga calon buah ini gampang rontok. Kalaupun terbentuk buah, bentuk buahnya tidak akan sempurna dan biasanya akan rontok. Pada fase pembesaran buah, KCl diaplikasikan dengan cara kocoran dan ditunjang dengan sumber kalium lain KNO3 atau ZK melalui penyemprotan daun. K ini terus digunakan untuk memperkuat batang dan pembesaran buah,” tandas mantan wartawan tersebut.
Peni Sari Palupi