Foto: Dok. Mcnalahan
Jangan gunakan alas keras saat terjadi lepuh atau luka pada kuku sapi
Lepasnya kuku kaki mengakibatkan sapi tidak mampu berdiri atau ambruk. Lantas, bagaimana peternak mengatasinya?
Sapi-sapi yang terkena virus penyakit kuku dan mulut (PMK) belum benar-benar dinyatakan sembuh sebelum hasil tes polymerase chain reaction (PCR)-nya negatif. Bahkan, yang kelihatannya sudah sehat tetap bisa sebagai pembawa (carrier) virus hingga tempo 24 bulan ke depan.
Menurut Deddy Fachrudin Kurniawan, CEO Dairy Pro Indonesia, antisipasi sangat dibutuhkan untuk meminimalkan imbas PMK. Caranya, dengan meningkatkan pengetahuan yang bertujuan agar peternak mampu mendeteksi PMK secara dini.
Lebih lanjut, dokter hewan lulusan IPB University ini membagi PMK ke dalam lima stadium. Pertama, sapi baru terinfeksi yang mengalami demam dan diam tidak ngos-ngosan. Kedua, sapi yang mengalami hipersalivasi atau mengeluarkan air liur berlebihan. “Ini merupakan reaksi dari peradangan yang luar biasa di sekitar mulut,” imbuhnya.
Ketiga, sapi akan mulai mengalami lepuh pertama di sekitar mulut. Keempat, lepuh-lepuh pada kaki dan kuku. Kelima, lepuh pada puting sapi betina. Dari sekian banyak gejala ini, ulas Deddy, banyak ahli yang mengatakan sapi bergejala ringan setelah diobati dengan baik masih memungkinkan tidak menjadi carrier.
Ia pun menyoroti, permasalahan yang tengah banyak dialami peternak sapi saat ini adalah sapi ambruk. Ambruknya sapi menandakan lepuh pada kuku kaki sudah parah, bahkan kuku kaki sampai terlepas. Namun begitu, ia mengimbau, peternak tidak perlu panik dan sebaiknya tidak memaksakan sapi untuk berdiri lebih dulu.
Penuhi Asupan Energi dan Air
Konsultan dan peternak sapi perah kawakan asal Batu, Jawa Timur ini mengingatkan, sapi yang ambruk akibat virus PMK tidak bisa diobati dengan antibiotik. Karena itu ia tidak menyarankan pemberian antibiotik. Yang terpenting, sapi dibantu untuk memperkuat dirinya supaya mampu melawan virus ini. Utamanya, pastikan sapi tidak mengalami dehidrasi.
Deddy menegaskan, sapi dengan kuku terlepas mengindikasikan terjadi peradangan luar biasa atau virus sudah banyak di sekitar kuku. Virus bertambah banyak lantaran tingkat stres tinggi akibat dehidrasi. Karena itu, saran Deddy, begitu sapi terkena PMK harus direhidrasi secepat mungkin.
Untuk bisa mengusir virus, sapi butuh neutrofil (sel darah putih) yang bersumber dari nutrisi dan air. “Kasih energi dan PMK booster secepat mungkin supaya tingkat stresnya turun. Nanti hormon-hormon seperti kortisol dan sitokin juga bisa turun, ini yang menghambat tubuh sapi memperbanyak virus,” jabarnya detail.
Senada dengan Deddy, Vatricia Aris Senjayani, dokter hewan dari KUD Sumber Makmur Ngantang, Kab. Malang, Jawa Timur,mengungkapkan, saat sapi terserang PMK dan ambruk, yang penting untuk dilakukan adalah merehidrasi sapi dengan air. Pastikan sapi dicukupi kebutuhan airnya. Tambahkan pula sumber energi dari gula putih atau merah plus garam,paling tidak 0,5 kg guladan5-10 sendok makan garam per ekor sapi setiap hari.
“Disarankan minimal pakai propilen glikol. Apalagi kondisi bunting tua dan post partus (masa nifas) yang rawan,” beber Aris, sapaannya.Dengan cara ini, tingkat kesembuhan sapi dara (muda) cukup bagus. Kesembuhan dalam artisapi sudah membaik sehat dan hilang gejala akibat PMK.
Sebagai informasi, Kec. Ngantang, Kab. Malang, Jawa Timur,merupakan wilayah pertama ditemukannya kasus PMK pada sapi perah. Saat ini, terdapat sekitar 3.000ekor sapi terpapar dengan tingkat kematian dan afkir 4% dari total populasi sekitar 18 ribu ekor.
Lulusan kedokteran hewan UGM Yogyakarta tersebut melanjutkan, ketika ditangani dengan baik, dalam dua-tiga harisapi akan bisa makan. Namun dengan syarat, rumput-rumput dicacah halus. Selain itu, bisa juga diberikan silase pada hari keduatetapi jangan terlalu banyak. Yang terpenting, melatih sapi untuk makan kembali dan membuat energi masukke tubuhnya.
Aris melanjutkan, ketika penanganan kuku tidak ekstra,maka sapi akan masih sulit berdiri bahkan sampai hari ke-14. Ia menyarankan injeksi multivitamin menjadi lebih sering. Sementara pemberian pakan, biasanya pada hari ke 5 – 7 hijauan sudah tidak dibatasi namun konsentrat dibatasi.
Berdasarkan pengalaman Aris, ketikasapi terserang PMK, body condition score (BCS) akan turun drastis. Oleh sebab itu, pemberian pakan hijauan harus banyak dengan syarat air diberikan lebih dulu sebelum makan. “Sapi dengan kecukupan air akan memiliki respon yang bagus. Paling tidak pemberian 10 liter, bisa dengan selang yang penting jangan sampai luka. Biasanya kita tambahkan sodium bikarbonat (NaHCO3) di konsentratnya untuk memastikan sapi tidak stres dan bakteri rumen tetap aman,” wanti-wantinya.
Ia pun menginformasikan, terdapat kasus sapi ambruk terjangkit PMK yang kemudian melahirkan dengan distokia. Nahasnya, fetus terlahir sudah mati dengan bagian kuku yang sudah terkelupas.
Deddy menekankan, sakit apapun sapi ketika sudah mulai makan, maka harus sebanyak mungkin diusahakan energi banyak masuk. Matinya sapi yang sudah membaik secara tiba-tiba tidak ada hubungannya dengan makanan. Hal itu justru lantaran sapi mengalami miokarditis atau peradangan berat pada otot jantung. Jadi, peternak jangan malah membatasi makanan.
Serupa dengan pendapat Aris dan Deddy, Fokko Tolsma, konsultan manajemen persapian yang berasal dari Belanda menyarankan, pemberian antibiotik tidak membantu pada gejala kaki kuku sakit, melunak, bahkan lepuh. Bagian pentingnya adalah sapi wajib tetap makan dan minum sepanjang hari.
Pemberian minum dilakukan secara ad libitum (tidak dibatasi) dan pakan rumput yang diberikan adalah yang lunak. Tujuannya, sapi makan dengan mudah kendati ada lepuh di mulut dan juga mencegah bakteri rumen mati.
Gunakan Alas Yang Nyaman
Aris menjelaskan, sapi yang cukup parah terkena PMK atau pada kondisi bunting tua akan sulit berdiri. Untuk itu, alas kandang sebaiknya tidak licin dan kering, misal serbuk gergaji.
“Kalau sapi tidak kuat atau meleset berdirinya akan memperparah kondisi. Perlu di-support provilen glikol, PMK booster, dan infus untuk penambah kalsium. Tidak dipaksa berdiri karena kukunya sedang peradangan luar biasa, nanti kukunya bisa copot,” ujarnya.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 337 terbit Juli 2022 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.