Sabtu, 2 Juli 2022

Nanik Sriyati, Telat Aplikasi, Ular yang Datang

Nanik Sriyati, Telat Aplikasi, Ular yang Datang

Foto: Peni Sari Palupi
Penggunaan CLKS relatif aman bagi operator

Ketua Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI) ini melakukan studi untuk membandingkan efikasi aplikasi herbisida parakuat dengan alat semprot gendong (knapsack sprayer) konvensional dan aplikasi menggunakan alat semprot yang sama tapi ditambah peranti close loop knapsack system (CLKS).
 
Dengan peranti CLKS, cairan herbisida terpisah dari tangkinya sehingga relatif lebih aman bagi operator. Studinya dilakukan pada komoditas sawit fase TM dan jagung.
 
“Penggunaan CLKS sama efikasinya dengan alat semprot konvensional dalam mengendalikan gulma, baik pada sawit fase TM maupun jagung. Ini ditunjukkan dengan persentase penutupan gulma total dan bobot kering gulma total,” ungkap Nanik, Guru Besar Faperta Universitas Lampung ini di seminar ISSAAS beberapa waktu lalu.
 
Pada sawit, lanjut alumnus S2 dan S3 University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat tersebut, aplikasi parakuat efektif menekan pertumbuhan gulma sampai enam minggu atau lebih setelah aplikasi. Sementara pada jagung, herbisida terbatas pakai ini mampu menekan pertumbuhan gulma hingga empat minggu.
 
“Setelah empat minggu pada jagung, gulmanya sudah tinggi, mencapai 60%. Saya menganjurkan untuk penyiangan. Kalau tidak dilakukan, tikus mulai datang. Berikutnya lagi yang datang ular. Sudah pasti ya karena gulmanya ‘rungkut’ (lebat),” cetus wanita kelahiran Magelang, 1962, itu sambil tertawa.
 
 
 
Peni Sari Palupi

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain