Sabtu, 4 Juni 2022

Agribisnis Pascapandemi Covid-19

“Pascapandemi Covid-19 menyadarkan kita bahwa sistem agribisnis itu kebal terhadap krisis, namun belum cukup efisien dan efektif untuk menyediakan pangan dalam jangka panjang dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi untuk mengelakkan kita dari middle income country trap,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
 
 
Bagaimana kondisi agribisnis pada masa pandemi?
 
Pandemi Covid-19 kembali menunjukkan bahwa sistem dan usaha agribisnis relatif kebal  menghadapi krisis ekonomi. Pengalaman kita tiga tahun belakangan ini, pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina membuat perekonomian dunia dan nasional mengalami kontraksi luar biasa.Namun sistem dan usaha agribisnis menunjukkan kinerja jauh lebih baik daripada sektor-sektor yang lain.
 
Kendati demikian kita mempunyai pekerjaan rumah sangat besar dalam soal pangan dan agribisnis untuk masa-masa yang akan datang terutama jangka menengah. Selama pandemi Covid-19, perekonomian kita sempat bertumbuh negatif -2,07% pada 2020lalukembali positif 3,69% pada 2021. Namun pertanian, pangan,dan agribisnis kita tetap bertumbuh positif masing-masing 1,77% dan 1,84%.
 
Jadi dalam perekonomian Indonesia pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang,pertanian, pangan,dan sistem agribisnis keseluruhan perlu diarahkan menjadi salah satu penggerak perekonomian nasional.
 
 
Bagaimana peran agribisnis pascapandemi Covid-19?
 
Dari kacamata sistem agribisnis,ada dua pekerjaan besar yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pascapandemi Covid-19. Pertama, bagaimana kita mengelola sistem dan usaha agribisnis sedemikian rupa agar bisa menyediakan pangan yang cukup dan bervariasi untuk penduduk Indonesia yang terus bertambah dan bisa membantu penyediaan pangan buat dunia?
 
Untuk bisa menyediakan pangan yang bervariasi,pertanian bersama dengan industri hulu, industri hilir,dan jasa penunjangnya atau sistem agribisnis harus dikelola sedemikian rupa agar terus menerus mengalami peningkatan produktivitas dan kualitas.
 
Dengan demikian penambahan produksi bisa melebihi peningkatan jumlah penduduk dan konsumsi akibat peningkatan pendapatan. Hal ini menjadi sangat penting karena semakin sulitnya penambahan areal pertanian baru untuk menopang peningkatan produksi sehingga diperlukan peningkatan inovasi, sumberdaya manusia, dan penggunaan teknologi.
 
Kedua, menghindari perangkap negara berpendapatan menengah. Indonesia sekarang telah mencapai middle income country. Selanjutnya kita harus mencegah jangan sampai Indonesia masuk ke dalam perangkap negara berpendapatan menengah, seperti dialami banyak negara Amerika Selatan dan beberapa negara Eropa Timur yang mengalami kesulitan mencapai high income country.
 
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 336 terbit Juni 2022 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain