Foto: Sabrina Yuniawati
Para Pemangku Kepentingan foto bersama saat pembukaan acara Agritechnica Asia dan Horti Asia 2022
Pandemi belum usai, perhelatan Agritechnica Asia dan Horti Asia 2022 tetap ramai.
Edisi pertama pameran Agritechnica Asia dan Horti Asia 2022 pascapandemi yang digelar 25-27 Mei 2022 di Bangkok International Trade & Exhibition Center (BITEC), Thailand, ini berlangsung meriah. Kali ini penyenggarapameran, yakni German Agriculture Society (DLG) International GmbH dan VNU Asia Pacific, bersama Kementerian Pertanian & Koperasi Thailand (MOAC) menggandeng Kementerian Pertanian & Pembangunan PedesaanVietnamsebagai negara mitra untuk kali pertama.
Alongkorn Ponlaboot, penasihat Menteri Pertanian dan Koperasi, Thailand, yang mewakili menteri mengatakan, penyelenggaraan pameran ini dapat mendorong petani untuk mengaplikasikan teknologi pertanian pintar 4.0.
“Menteri Pertanian dan Koperasi menyampaikan tentang kebijakan yang mendorong pertanian cerdas, teknologi pertanian 4.0, dan penetapan rencana aksi pertanian cerdas pada 2022-2023 MOAC. Kebijakan ini ditetapkan dalam rangka meletakkan fondasi pertanian cerdas Thailandsecara sistematis untuk bertransformasi menuju industri pangan berkelanjutan. MOAC telah menetapkan teknologi pertanian 4.0 sebagai penghubung teknologi dari hulu ke hilir,” ujarnya dalam seremoni pembukaan pameran dagang dua tahunan tersebut (25/5).
Sementara itu Wakil Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Than Thanh Nam mengatakan, Agritechnica Asia dan Horti Asia 2022 diharapkan menjadi tempat petani Asia untuk mengakses teknologi mekanisasi yang modern, efisien, dan sesuai dengan berbagai kondisi wilayah.
“Sebagai negara mitra Agritechnica Asia, Vietnam menyambut hangat semua orang yang tertarik untuk belajar tentang pertanian, petani, dan daerah pedesaan Vietnam yang beragam dan kaya akan budaya. Vietnam adalah tempat yang dapat menambah ide, inisiatif, danbelajar. Para pengunjung juga dapat belajar dari seminar diadakan di pameran ini,” ucap Than.
Pengunjung Antusias
Penyenggaraan kali ini sukses menggaet 250 pemilik brand dari 26 negara di antaranya Thailand, Jerman, Italia, China, India, dan Vietnam sebagai peserta pameran. Beberapa brand kondang tampak mengusung teknologi andalannya, seperti Claas, Fliegl, DJI, Maschio Gaspardo, dan Kuhn. Mereka ini memamerkan solusi unggulannya bagi pertanian Asia Tenggara.
Sebagai gelaran yang ditunggu-tunggu pelaku usaha pertanian, pameran ini mampu menarik 3.000 orang pengunjung domestik dan internasional. Belum termasuk 8.326 delegasi profesional dari 59 negara.
Seiring tren yang tercipta akibat pandemi, penyelenggara berinisiatif membuat pameran Agritechnica Asia dan Horti Asia 2022 versi virtual. Tujuannya agar pengunjung yang tidak mendatangi lokasi tetap dapat menyaksikan pameran virtual.
Bersamaan dengan pameran, penyelenggara juga mengadakan konferensi secara hibrid, tatap muka dan daring. Ada 98 sesi dalam konferensi tersebut dengan menghadirkan 218 pembicara ahli di bidang pertanian yang membahas produksi tanaman dan pertanian cerdas. Seminar dihadiri 4.326 peserta di lokasi dan 2.881 peserta daring.
Topik yang menarik antara lain industri gula Thailand pasca-Covid, mekanisasi, pascapanen, dan pertanian cerdas untuk pertanian berkelanjutan, dan pengembangan teknologi industri pertanian cerdas. Dan tak kalah menarik adalah pengembangan ganja (Cannabis) yang belum lama dilegalkan di Thailand.
Dari Alsintan hingga Peranti Pertanian Cerdas
Secara garis besar pameran menghadirkan alat mesin pertaniandan teknologi canggih untuk mendukung cara budidaya modern, peningkatan produksi komoditas pertanian dan hortikultura yang berkelanjutan, pertanian cerdas (smart farming), pertanian vertikal, dan budidaya organik.Sejumlah stan menampilkan traktor-traktor terbaru, mesin panen, drone pertanian, peranti pengukur pupuk, laboratorium berjalan, dan greenhouse.
Drone termasuk salah satu bintang. Berbagai macam drone dipamerkan mulai dari ukuran kecil, sedang hingga besar yang berasal dari berbagai negara untuk memenuhi kebutuhan pertanian modern. Rose Ding, Manager DJI Agriculture menjelaskan, “Pertanian telah mengarah pada teknologi canggih, salah satunya menggunakan drone dalam mengaplikasikan pupuk. Hal ini untuk memajukan kehidupan manusia dalam bidang pertanian yang lebih efektif dan efisien. Perusahaan juga berinovasi dalam mengembangkan teknologi dan produk yang sesuai dengan pertanian masa depan.
Rose berkomentar, “Acara ini sebagai ajang untuk mendorong petani mengarah pada pertanian lebih modern dan efisien. Petani yang datang ke sini dapat mengetahui lebih dalam tentang pertanian pintar. Berbagai macam produk dipamerkan untuk kebutuhan petani sehingga dapat meningkatkan produksi pertanian di wilayahnya. Kegiatan ini sangat bagus kami senang, acara ini akhirnya berlangsung setelah menunggu lama karena Covid-19.”
Di antara stan-stan itu, terdapat dua perusahaan dari Indonesia, yakni Prima Agro Tech dan Takiron Indonesia. Pemilik Prima Agro Tech Gunawan Sutio yang juga menjabat Ketua Asosiasi Bioagroinput Indonesia (ABI) mengungkapkan, peserta pameran Agritechnica Asia dan Horti Asia kali ini tidak sebanyak tahun sebelumnya, mungkin karena pandemi belum berakhir. “Jepang belum tampak hadir. Kegiatan ini memang bagus untuk memasarkan teknologi baru,” ujarnya. Kehadirannya di pameran untuk mencari importir produknya, bukan menjual produk secara langsung.
Dalam salah satu sesi seminar, AGRINA bertemu peserta dari Indonesia, Desrial, yang selalu berkunjung ke pameran ini. Ketua Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia tersebut melihat Thailand sudah menerapkan pertanian pintaryang dikontrol dengan android.
“Indonesia sudah mulai tapi belum terlalu banyak karena investasi begitu mahaldan masih ada hambatan dalam hal tenaga kerja. Namun dari sisi teknologi Indonesia tidak boleh ketinggalan. Masuknya teknologi modern akan mempercepat pelaksanaan modernisasi pertanian. Adanya kegiatan ini menambah ilmu, adanya pengembangan teknologi dan percepatan pertanian yang mengarah pada teknologi pintar, dari budidaya hingga pengolahan hasil,” urai pria lulusan S2 di Asian Institute of Technology Thailand ini.
Sabrina Yuniawati